08 - Waktu

460 41 7
                                    

Yuta terbangun kala jam sudah menunjukkan pukul 09.00 am KST. Ini hari libur, jadi ia memang sudah berencana untuk bangun siang. Menguap sejenak lalu mengucek kedua matanya dan berkedip pelan. Tirai berwarna biru langit yang sejak semalam menutup pintu kaca balkon sudah tersibak. Entah siapa yang membukanya, mungkin Jaemin atau Yangyang. Karena selain kedua pemuda itu, dan Taeyong sendiri tentunya, tidak ada yang boleh masuk ke dalam kamarnya. Kecuali Taeyong sendiri yang memberi perintah.

"Oh? Selamat pagi tuan," sapaan itu membuat Yuta menoleh ke arah pintu kamar mandi.

Yangyang berdiri diam di sana sambil membawa bathrobe dan juga handuk putih. Pemuda itu menundukkan kepala.

"Selamat pagi Yangyang-ie."

Pemuda kelahiran Osaka itu membawa tubuhnya untuk duduk. Memperhatikan Yangyang dengan rasa penasaran. Sedang apa pemuda itu?

"Untuk apa membawa bathrobe dan handuk itu?" ia bertanya.

"A-ah ini.. Jaemin bilang harus mengganti bathrobe dan handuk milik tuan. Jadi saya melakukannya," Yangyang menjelaskan.

Melihat bagaimana Yangyang berbicara dengan sangat formal padanya membuat Yuta mengernyit tak suka. Ia sungguh tidak bisa membuat orang lain merasa sebegitu segan padanya. Lain halnya jika orang yang memang ingin bersikap kurangajar.

"Jangan formal begitu. Aku tidak suka! Panggil dan bicara denganku biasa saja ketika sedang tidak ada Taeyong. Seperti yang kekasihmu lakukan."

Yangyang tersenyum tak enak. Pasalnya, Yuta itu adalah tuan juga di sana dan Taeyong memberi perintah untuk menghormatinya juga. Karena jika tidak, maka nyawa melayang. Jadi bagaimana Yangyang bisa menurut pada permintaan Yuta tadi? Biar ia pernah mengambil nyawa orang -jika diberikan tugas- , tapi Yangyang masih menyayangi hidupnya sendiri.

"Aku tuanmu juga bukan?"

Pemuda di hadapannya mengangguk.

"Oke! Kalau begitu ini perintah!" katanya tegas dan membuat Yangyang langsung mendongakkan kepala.

"Tapi-"

"Tidak ada bantahan! Panggil aku hyung atau onii-chan!"

Yangyang meringis kecil melihat tatapan tajam Yuta. Tidak, bukannya Yangyang takut karena tatapan itu. Justru Yangyang merasa dilema. Taeyong itu bukanlah tuan yang bisa memaafkan kesalahan, meski sekecil apapun. Yang tidak disengaja saja tak ada ampun, apalagi jika disengaja?

"Kau membantah?"

Mungkin karena sudah tinggal bersama jadi ada sedikit hal dari Taeyong yang bisa diikutinya. Contohnya tadi, menekan seseorang meski bukan dalam hal buruk.

"I-iya baik tu- ah maksudku, hyung," jawabnya ragu.

Setelah itu ia bisa melihat Yuta tersenyum. Yangyang sepertinya masih canggung karena kejadian beberapa waktu lalu. Karena Yuta mendapati kekasih Jaemin itu selalu menunduk karena malu ketika tidak sengaja berpapasan dengannya.

"Ya sudah, aku ingin mandi dulu. Kau boleh keluar sekarang."

Yangyang mengangguk kecil dan segera keluar dari kamar tunangan tuannya. Meninggalkan Yuta yang menggelengkan kepala sambil terkekeh kecil melihat tingkah Yangyang. Pemuda itu terlihat polos, tapi sayangnya terjebak di kandang singa seperti berkedok istana emas.

ooo

Suasana di ruang makan itu hening, hanya terdengar suara dentingan alat makan. Baik Taeyong maupun Yuta tidak berbicara seperti biasa. Si manis yang sibuk menghabiskan sarapannya, sementara Taeyong makan sambil membaca beberapa berita melalui ponsel.

Monster 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang