Lembar Baru (2)

17 7 0
                                    

Saat itu Gumitir telat pulang karena dia mencoba berpikir berkali-kali dan mencoba mengingat-ingat rumus matematika yang baru saja gurunya ajarkan. Dia mencoba untuk mengerti dengan lambang dan angka di hadapannya, namun tak kunjung mengerti juga. Gumitir pun mencoba mencari keterkaitan rumus ini dengan rumus matematika sebelumnya agar lebih mudah dipahami. Dan Gumitir pun menyadari, rumus ini ialah kelanjutan dari rumus matematika sebelumnya— ini adalah versi yang telah dikembangkan? Gumitir berpikir demikian, sehingga Gumitir hanya terlebih dahulu memahami rumus sebelumnya dan tidak menjadi hal sulit Gumitir memahami rumus yang baru diajarkan. Tinggal bagaimana cara dirinya untuk mendalami rumus ini agar dia tidak cepat lupa dan jika bentuk soal yang akan dia hadapi nanti termodifikasi, dia tidak akan terlalu kesusahan.

"Yang benar saja, si Gembrot ini belajar?" Mely menggebrak meja Gumitir "jangan sok paling bisa deh!" Mely menatap tajam seolah ingin menelan Gumitir bulat-bulat. Gumitir membalas tatapan tajam Mely.

"Wah, sudah berani dia Mel" ucap Rita memprovokasi. Degup jantung Gumitir begitu keras untuk pertama kalinya ia menatap tajam Mely, dia ingin berpaling dan segera pergi— namun jika tidak begitu ia akan terus mendapatkan perundungan.

"Gembrot jelek, berani—" Lisa hendak menjambak rambut Gumitir namun Gumitir segera menepis tangan Lisa yang membuat Lisa kaget dan menatap marah pada Gumitir "jangan sok, Gembrot!" Lisa hendak menampar wajah Gumitir namun tangan Gumitir lebih dulu menangkap tangan Lisa dengan kuat "lepas, Gembrot!" cengkraman tangan Gumitir terasa begitu kuat sehingga Lisa merasa kesakitan dan hampir menangis.

Mely tidak bisa berdiam diri dan hendak menampar Gumitir namun tatapan Gumitir yang begitu terasa mengintimidasi membuat nyali Mely ciut. Mereka bertiga tidak mengenali Gumitir yang ketakutan kala mereka datang ataupun Gumitir yang selalu menangis kala mereka usik. Siapa cewek yang di hadapan mereka ini? Rita refleks mundur selangkah karena merasa takut. Dalam perdebatan dan pertarungan adalah mental yang menjadi poin penting, jika berhasil menang dalam menjatuhkan mental lawan maka sudah dipastikan menang dalam perdebatan ataupun pertarungan apapun. Itu yang Gumitir lakukan, Gumitir menebar ancaman dengan tatapan tajam seperti yang pernah dilakukan oleh tokoh novel yang pernah ia baca— ini juga dilakukan agar mental yang dihadapinya merosot.

Lisa semakin merasa kesakitan dan akhirnya Gumitir melepaskan cengkraman kuatnya, Lisa memegangi pergelangan tangannya sembari menahan sakit. Pergelangan tangannya sampai tertinggal bekas. "Dasar Gembrot ga tahu diri, makanya kau tidak punya teman dan bodoh!" ucap Lisa yang bingung dengan kata apa lagi dirinya untuk menghina Gumitir, hanya kata-kata itu yang terlintas di dalam pikirannya.

"Aku memang tidak banyak punya teman, tapi aku yakin teman yang aku punya tidak pernah menusuk, memanfaatkan ataupun berteman denganku hanya karena menginginkan kehidupan yang lebih layak— benar kan, Rita? Sejujurnya kamu tidak pernah ingin berteman dengan mereka yang bodoh dalam pelajaran, kamu hanya numpang hidup dengan mereka iya kan? Lisa, Mely— kalian berteman dengan Rita karena ia mudah untuk disuruh mengerjakan tugas dan kalian selalu menyontek pada Rita karena hanya itu hal yang kalian inginkan dari Rita, bukankah kalian tidak ingin berteman dengan Rita karena dia miskin, kampungan dan tidak pernah mau berkunjung di rumah Rita yang reot itu iya kan? Dan Mely, bagaimana rasanya berpacaran dengan pacar Lisa? Kamu berhasil menggait pacar Lisa yang hanya ingin berpacaran karena hubungan bisnis orangtua mereka dan kamu melihat celah itu dan mendapatkan cinta dari pacarnya Lisa iya kan? Dan kalian berdua setuju jika Lisa itu terlalu jelek untuk kalian jadikan teman, kalian berdua sebenarnya sering memanfaatkan Lisa hanya untuk mendapatkan posisi bagus di sekolah ini karena yayasan sekolah ini masih ada di naungan perusahaan ayah Lisa" mereka bertiga membeku mendengar pernyataan Gumitir, karena memang itu kenyataannya "kalian bingung kenapa aku bisa tahu? Semua orang tahu namun mereka malas terlibat permasalahan dengan kalian— ataupun mereka tidak perduli dengan urusan kalian. Kalian tidak pernah menjadi terlalu spesial di hati orang lain, kalian justru sering dipandang pengganggu" bibir Gumitir bergetar mendengar suaranya sendiri, dia tidak menyangka apa yang selama ini ia tahan benar-benar ia keluarkan.

Cirebon dan Pohon Balas Dendam (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang