Warning! Cerita ini mengandung kekerasan verbal dan nonverbal, sexual desire, dan Using dangerous weapons.❗Only 18+ mohon baca sesuai usia ya, bijaklah dalam memilih bacaan.
Rhea sedang duduk di taman dekat lobi kantor El. Ia tengah menunggu El dan Dodit berkemas di dalam.
Mata gadis itu selalu merayap ke segala arah, menerka-nerka setiap sebab dari kejadian yang menghampiri pengelihatannya.
Sampai akhirnya perhatiannya tertuju pada seorang gadis kecil yang tengah membeli gulali bersama ayahnya, dari kejauhan seorang wanita datang dan menggendong gadis kecil itu, membuat tawaan lucu sampai-sampai suara itu sampai ke telinga Rhea.
Decak gembira dari gadis kecil itu membuat Rhea spontan tersenyum. Bersyukur rasanya ia bisa melihat pemandangan se indah ini, bersyukur juga rasanya ia bisa sempat merasakan hal itu dulunya, bersama sang ayah.
"Semoga kebahagiaan selalu bersamamu, manis." Rhea memanjatkan doa untuk gadis kecil nan manis itu, rasanya ia tak ingin ada gadis lain yang akan bernasib sama dengannya dikemudian hari.
Rhea lalu menyandarkan dirinya, menegakkan wajahnya ke arah langit. Hamparan biru itu membuat sedikit tenang dan Rhea pun menutup matanya.
Sangat tenang sampai-sampai Rhea terbuai karenanya. Ia membayangkan kehadiran sosok yang sudah menghilang jauh dan tak bisa ia dekap lagi.
"Huhh, kita harus ketemu sekarang juga ayah, ibu." Rhea langsung beranjak dan mencari keberadaan El, ketika ia hendak membuka pintu, sosok yang dicari langsung muncul.
Rhea langsung menyampaikan niatnya, "gue mau ke rumah," katanya agak sedikit gemetar.
"Kita kan emang mau pulang." Sanggah El agak sedikit bingung.
Rhea menggeleng cepat, "Bukan, bukan rumah itu, tapi rumah gue."
El dan Dodit saling menatap, mereka sama-sama tahu kalau rumah Rhea sudah lama ditinggalkan sejak insiden menimpa Rhea dulu.
"Re, rumah itu udah gaada orang lagi, Lo harus sabar, gue mohon lo harus tegar." Dodit mencoba menyadarkan Rhea.
"Maksud gue, gue mau mastiin ayah dan ibu sudah berada di tempat yang layak, makanya gue mau pulang dulu, mumpung disini." Jelas Rhea sambil mencoba mengontrol emosinya.
"Kalo gitu gue ikut." El langsung melangkah,
Langsung Rhea menahan langkah El, "Gausa! Gue gamau repotin kalian, gue mau coba cari sendiri, lagian ini udah mau sore."
"Ya karena sore makanya di temenin." Tukas El agak sedikit menghardik.
"Enggak! Gue mau nangis kejer, ntar kalian malah ngetawain gue, gue janji kalo udah ketemu, gue bakal ajak kalian kesana." Rhea mencoba meyakinkan mereka.
El lalu mengangguk, "oke, kalo itu yang lo mau, tapi jangan lama-lama, malam nanti harus sampai di markas."
"Siap bos!!" Rhea langsung memberi hormat.
Akhirnya Rhea sendirian disana, ia langsung memesan ojek online dan pergi menuju kediamannya dulu.
Rumah yang dulunya menjadi tempat ternyaman bagi Rhea, kini dipenuhi ilalang dan lumut. Rhea menatap rumah itu cukup lama, mengamati setiap sudutnya.
Tanpa rasa gentar dan takut ia lalu masuk melalui jendela depan yang sudah rusak. Ternyata keadaan didalamnya tidak begitu buruk, hanya sedikit berdebu dan lembap, interior dan barang-barang dirumah ini juga sudah tidak ada lagi.
Rhea kemudian beralih ke kamarnya, disana ada pita polisi yang sudah jatuh ke tanah, aneh ya, padahal baru beberapa bulan ia meninggalkan tempat ini, tapi keadaan disini benar-benar tidak terurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
R.O.S.E
ActionWarning! 🔞 Rhea, Ola, Shenna, dan Eleanna. Mereka tidak akan balas dendam atas luka yang mereka terima, justru mereka akan bertekad dan memastikan tidak ada perempuan-perempuan setelahnya yang akan mendapat luka yang sama. Lalu bagaimana mereka bis...