Chapter Eight: Dangerous Woman - 5

307 60 17
                                    

"Halo, boleh aku bergabung?"

Seseorang tanpa diundang datang dan berdiri di balik punggung Geumran. Orang itu terlalu asing bagi semua orang, hanya satu yang otomatis memalingkan wajah dengan ekspresi paling ambigu yang bisa dipahami mereka. 

"Aku lihat kalian sangat berpengaruh di sini. Boleh aku bergabung dan bicara dengan kalian?"

"Kau tidak bisa sehari saja tidak menggangguku?" Yerim cepat sekali menerkam, langsung menjelaskan hubungan dia dengan orang asing yang datang dan sok akrab pada mereka. "Kenapa kau selalu muncul di dekatku?"

Orang itu mencibir, kemudian menarik kursi dari meja lain yang ada di sana. Dia menendang kursi Yerim agar punya jarak untuk duduk di antara dirinya dan Geumran. Perilaku tidak terpuji itu tidak mendapat respons apapun dari orang-orang yang ada di meja. Mereka diam walaupun penasaran.

"Aku tidak punya urusan denganmu." Dia menjulurkan tangannya menyapa semua orang. "Namaku Park Sunghoon." Orang pertama yang dia tatap adalah Jeno, seperti menawan agar tangan itu diraih dan dijabat. 

Jeno terlihat heran tetapi membalas uluran tangan itu segera. "Jeno."

Kemudian Sunghoon mengulang hal yang sama kepada setiap orang yang ada di meja: menjulurkan tangan dan menyebutkan namanya berkali-kali untuk memperkenalkan diri. Hanya Yerim dan Geumran yang tidak mendapat kesempatan itu.

"Kalian ingat aku, kan? Aku teman Lee Heeseung. Kita pernah sparring tiga kali."

"Oh, iya. Aku ingat denganmu," sahut Beomgyu yang kemudian disambut oleh senyuman yang menyenangkan dari Sunghoon. 

"Benar, sunbae. Kita juga satu jurusan. Aku HI tahun pertama," jelas Sunghoon, sebuah TMI yang tidak berarti. "Aku lihat kalian sangat terkenal di fakultas, bahkan di kampus. Tapi tidak semua dari sini, ya?"

"Minjeong dan Chaewon dari fakultas Seni. Sungchan dan Giselle di fakultas teknik, sisanya baru dari fakultas ini," jelas Beomgyu.

"Tapi kalian selalu berkumpul di sini, kan? Aku sering melihat kalian."

"Itu benar. Di sini paling nyaman," 

"Kenapa kau datang ke sini?" 

Yerim tidak mau terkesan memberikan kelonggaran atas kehadiran Sunghoon di sana. Dia punya reputasi yang buruk dengan pemuda itu. Setidaknya untuk Bomin yang pernah melihat langsung pertikaian mereka. 

Sunghoon melirik sinis, "kenapa? Bukan urusanmu dengan siapa aku ingin bergaul. Jangan kira dunia ini hanya berpusat pada dirimu saja. Dasar pick me."

Sindiran itu bertujuan memperkeruh suasana, tanpa diduga berhasil dengan baik. Memang, Yerim tersindir bukan main. Tetapi dia justru senang dengan respons dari pada penghuni meja yang langsung tertawa seakan-akan setuju dengan Sunghoon.

"Tidak masalah kalau aku duduk di sini bersama kalian, kan?"

Hyunjin terkekeh keras, "apa kami terlihat akan menerimamu?" Pertanyaan yang melekit langsung ke hati, siapapun pasti merasa tersinggung. Tidak salah ketika itu dilayangkan pada orang yang sok akrab, hanya saja kalau mendengarnya langsung pasti akan pedih juga. Sedikit banyak Yerim memahami perasaan itu--ketika seseorang mengomentarinya dulu.

"Tidak ada alasan untuk menolak, bukan?" Rupanya Sunghoon tidak datang tanpa mental yang kuat. "Kalau ini perkumpulan anak hits, aku datang ke tempat yang tepat." Dagu yang terangkat tinggi menjadi tanda bahwa dia sangat percaya diri, pemuda itu bersedekap santai seraya bersandar di punggung kursi. 

Kekehan Giselle jadi yang paling keras, bahkan saat gadis itu masih sibuk dengan ponselnya.

"Kau hits?" Sungchan ikut bicara juga. 

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang