35 | LDR

2.8K 344 26
                                    

Jenna merebahkan tubuh lelahnya ke atas kasur begitu ia sampai di unit miliknya. Pekerjaan hari ini sangat banyak dan melelahkan. Kalau bukan karena rasa lengket di tubuhnya, Jenna ingin langsung tidur saja rasanya.

Suara dering ponsel di dalam tas kerjanya membuat gadis itu membuka mata dan beranjak dengan agak ogah-ogahan. Diambilnya benda tersebut, lalu segera menggeser ikon berwarna hijau setelah membaca nama Garvin di layar setelah kembali rebahan di atas kasur.

"Halooo?" sapanya dengan suara malas-malasan.

"Kok, gitu suaranya?"

"Capeekk. Baru sampe rumah," rengek Jenna.

"Malem banget."

"Iya, biasalah kalau mau audit kan gini."

"Yaudah, habis ini mandi sama makan dulu. Baru habis itu langsung tidur, ya. Nggak usah begadang nonton film dulu."

"Yes, Sir. Kamu lagi apa?"

/PIIP PIIP/

Jenna menjauhkan ponselnya saat suara notifikasi berbunyi di tengah percakapannya dengan Garvin. Dia menegakkan badannya sebelum menerima panggilan video yang diminta oleh Garvin itu.

Sudah hampir satu minggu Garvin di New York, lelaki itu hampir selalu mengubah panggilan teleponnya ke video di tengah-tengah percakapan mereka. Garvin tidak langsung melakukan panggilan video karena dia harus memastikan dulu kalau Jenna dalam keadaan yang proper untuk menerima panggilan video.

"Katanya capek. Kok, nggak tiduran aja?" tanya Garvin begitu layar mereka berdua dipenuhi wajah satu sama lain.

"Angle aku jelek kalau terima vidcall sambil tiduran," jawab Jenna asal, yang mengundang tawa Garvin. "Kamu lagi apa?" Jenna mengulang pertanyaannya yang belum dijawab oleh Garvin tadi.

"Lagi ngeteh aja, ni. Sambil liatin tamannya Mommy yang lagi diberesin." Garvin mengarahkan kameranya ke taman milik sang ibu.

Perbedaan waktu 11 jam di antara mereka membuat keduanya selalu berada di keadaan yang bertolak belakang. Jika Garvin sedang segar-segarnya karena baru hendak memulai harinya, Jenna justru sudah lelah setelah seharian bekerja. Begitu pun sebaliknya.

"Yang di sini lagi pada pusing audit, kamu malah santai-santai ngeteh jam segini. Kamu kayak pengangguran tau, Vin," cibir Jenna.

Tawa Garvin kembali mengudara. "Iya, bener. Aku juga ngerasa gitu. Di sini, kegiatanku cuma makan, anter Mommy atau Daddy, balik rumah, tidur. Repeat. Kalau aku nggak imbangi jogging tiap pagi, udah kayak babi sih pasti aku."

"Nggak ada rencana ngapa-ngapain hari ini?"

"Jemput Daddy aja nanti. Oh iya, Jen, you know what?"

"Hm?"

"Kemarin waktu aku jemput Daddy, aku ketemu bocah yang mirip banget sama kamu."

"Oh ya? Cantik pasti," canda Jenna.

"Iya, cantik banget. Jadi, pengin punya satu, deh, Jen."

Jenna menyipitkan matanya ke arah Garvin yang terkekeh di sana. "Bawa aja tu bocah."

"Sembrono! Ntar dikira penculik aku."

"Ya, lagian!"

"Jennaira ...."

"Hm?"

"Kangen."

"Kalau kangen tu pulang. Jangan ngomong doang," balas Jenna ketus. Dia juga sangat merindukan Garvin, tapi seperti biasa, dia tidak bisa mengungkapkannya dengan mudah. Yang selalu keluar justru nada ketus.

Pay Your Love ✓ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang