dua puluh tujuh

8 1 0
                                    


"Kita akhirnya bertemu juga, apa kabar kalian?" Tanya Rhea sambil membendung air matanya.

Rhea disana lalu membersihkan kedua makam ayah dan ibunya. Ketika sampai disini perasaannya mendadak lega sekaligus sedih.

"Rhea baik-baik aja disini, Rhea bertemu teman-teman yang baik banget sama Rhea, pengen rasanya ngenalin mereka ke ayah sama ibu." Kata Rhea lagi.

Kemudian gadis itu berdoa, agak lama dan sangat khusyuk. Ia lalu mengelus lagi batu nisan ayah dan ibunya.

Dibelakang Rhea ada seorang cowok yang merasakan hal yang serupa dengan Rhea, cowok itu meletakkan setangkai bunga putih diatas makam kakaknya. Mereka saling memunggungi dengan keadaan yang hampir serupa.

Aaron tepat berdiri di belakang Rhea, cowok itu sampai sekarang takut dan marah besar dengan perbuatan orangtuanya, entah dimana mereka beserta pasangan barunya berada, tapi yang jelas mereka berhutang atas kematian kakaknya.

"Tenang disana, Gio."

"Tenang disana, ayah.. ibu."

Langkah keduanya kemudian menjauh, menuju ke rutinitas masing-masing. Jauh didalam lubuk hati, mereka berjanji takkan sedih lagi.

Rhea langsung pergi menuju rumah barunya, tempat dimana ia mulai merasa nyaman bersama teman-teman barunya. Ia hanya berharap agar rumah kali ini tidak menghadirkan tragedi yang sama seperti sebelumnya.

"Gue pulang.." ucap Rhea ketika membuka pintu.

Kebetulan Ola, Shenna, dan El sedang duduk di ruang tamu. "Udah kek habis diselingkuhi aja Lo." Sahut Shenna sambil duduk membaca novel.

Rhea tidak menggubris dan malah duduk dengan perasaan cukup lega, ia mengambil cermin kecil di tas nya dan melihat bagaimana keadaan wajahnya saat ini.

"Wow, jadi begini bentukan gue dari tadi." Rhea memencet-mencet matanya.

Ola dan El ikut duduk didekat Rhea, "Jadi gimana? Udah ketemu?" Tanya El yang sejak awal sudah penasaran.

Rhea mengangguk-angguk, "yaa, syukurnya mereka udah dimakamkan dengan baik, dan begundal sialan itu  polisi udah tau kalo dia adalah penjahat, untungnya dia gak deket-deket sama makam bokap nyokap gue."

"Baguslah kalo gitu, lo jadi gak perlu khawatir lagi." Sahut Ola sambil tersenyum.

Namun disana Shenna tertunduk, ia ikut senang dengan Rhea tapi ia juga ingin menemukan tempat peristirahatan kakaknya, tapi apa boleh buat ia tak bisa se bebas Rhea berkeliaran.

"Anehnya, semua orang nganggep gue juga dibunuh, gue juga gatau alasannya kenapa." Ucap Rhea lagi.

"Seperti kata gue sejak awal, lo harus segera laporin ini atau rumor-rumor gak bener bakal makin merebak." Kata El.

Rhea menghembus napas panjang, "Dalam waktu dekat gue bakal coba."

Shenna tiba-tiba berdiri dan menarik Rhea untuk ikut berdiri bersamanya, "udah ya, sekarang mending kita bikin mie, cuaca dingin kek gini enak nih." Shenna langsung menarik Rhea menuju dapur.

Disana tinggallah Ola dan El. "Itu bakal bikin polisi sewaktu-waktu datang kesini, lo gak takut Shenna bakal ketahuan?"

"Gue bisa kasi dia rumah untuk menjauh sesaat, karena kalo Rhea makin lama ngelapor ini, dia semakin terancam." Jelas El cukup meyakinkan.

"Gue juga mikir gitu," Ola manggut-manggut.

El lalu menyalakan sebatang rokok, "menurut lo Shenna bakal tahan berapa lama?" Tanyanya tiba-tiba.

"Selama yang dia mau, bisa setahun paling lama atau dalam bulan ni paling cepat, tergantung dari kemantapan hatinya." Ola menimbang-nimbang dari sikap yang Shenna perlihatkan.

El lalu menghembus asap itu ke udara sambil mengangguk-angguk paham, "kita bakal urus masalah baru, tapi sekarang standarnya udah internasional. Mengingat cerita Lo di tempat latihan tadi, menurut lo Shenna bisa diajak gak untuk masalah kali ini?"

"Bisa, dia sangat berkompeten, kita harus bisa membuatnya mengendalikan pikirannya." Ola paham dengan bagaimana Shenna, gadis itu hanya perlu bimbingan agar mampu mengendalikan pikiran-pikiran buruknya.

Lalu Shenna dan Rhea datang sambil membawa empat mangkok mie dan meletakkannya diatas meja. Rhea tanpa basa-basi langsung mengambil rokok yang El hisap, melemparnya ke lantai dan menginjak ujungnya sampai apinya mati.

Rhea tersenyum manis tapi kecut kearah El, "Gue udah ingetin untuk terakhir kalinya, ya." Tersirat kekesalan di wajah Rhea sedikit.

"Ayolaa, cuma sebatang kok." El lalu merengek.

"Gaada, gue gamau lo cepet mati, alkohol iya, rokok juga iya," omel Rhea seperti emak-emak.

El menyaut, "giliran ngerokok aja dilarang, ini makan mie tiap hari gaada yang komplain, kita juga bisa mati kalo makan ini terus." El mencoba menyanggah.

"Hehe, janji ini yang terakhir." Shenna terkekeh sebab ini adalah idenya.

Rhea hanya tersenyum ramang, "Nih, buat lo yang gak pake sambel."

Rhea membagi porsi mereka masing-masing, setiap mangkuk berbeda versi, Rhea jelas paham bagaimana kesukaan masing-masing dari temannya.

Selesai makan El langsung mengajak teman-temannya untuk berdiskusi. "Gue yakin lo bakal senang, Ola. Sebab kasus kali ini ada hubungannya sama NauCops."

Ola hanya diam tapi menunjukkan gelagat penasaran, awalnya El mengeluarkan majalah dan membuka halaman tempat foto Jordan terpampang.

Mata Ola langsung membulat besar menatap foto wajah pria brengsek yang ada dihadapannya, "Jordan anjing!" Tanpa basa-basi ia merobek majalah itu dengan ganas.

"Ola? Lo gapapa?" Rhea coba menenangkan Ola yang mendadak seperti orang gila.

Ola mencoba mengatur napasnya setenang mungkin, "gue pernah cerita tentang pria yang hampir memangsa gue? Ini dia orangnya!" Ola menunjuk robekan kertas itu.

"Jadi dia?" Shenna juga ikut syok, terakhir kali Ola bercerita tentang kejadian kelamnya ia sama sekali tidak mau mengatakan nama pria yang hampir 'memakannya'

"Menarik." Ucap El langsung.

Disana El lalu bercerita berdasarkan informasi yang ia dapat. Tampak disana Ola semakin remuk hatinya saat El menyebutkan kalau NauCops berhasil Jordan gulingkan, yang mana perusahaan itu milik Naufal.

"Lo jangan ngaco deh, El. Berarti Naufal udah bangkrut sekarang? Dan si brengsek itu lagi gencar-gencarnya ngirim miras sama narkoba dari banyak negara?" Ola menegas kembali cerita yang El sampaikan, jelas ia tampak gelisah saat ini.

El mendadak bingung, "Bukannya kalo Naufal bangkrut Lo jadi seneng? Kan Lo punya utang sama laki-laki itu dan ini bayarannya."

"Itu usaha yang udah gue bangun sama dia bertahun-tahun, gue emang punya utang sama Naufal tapi gue sama sekali gak merelakan usaha gue jatuh ke tangan kotornya Jordan." Mata Ola membara, sangat jelas terpampang jika ia siap menerkam siapa saja.

Shenna lalu menyaut, "berarti ini kesempatan bagus buat Lo rampas balik apa yang udah lo usahain."

Ola tiba-tiba mengambil pisau di nakas, "Ayo kita bunuh aja dia." Ucapnya tiba-tiba.

"Wowowo, chill bro," Shenna dengan lambat mengambil pisau itu agar tidak mengundang keagresifan Ola.

"Jangan langgar perjanjian kita dong, kita cuma bisa mematikan bisnisnya, kalo soal mematikan nyawanya ya kita gak ikut campur."

***

To be continued..
Vote dan comment nya jangan lupa yaaa

Big love,
rosaekavania❤️


R.O.S.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang