18-Facts Lies Behind The Lies

70 16 2
                                    

———

"One of a wizard's most rudimentary skills is levitation. The ability to make objects fly...."

Hari ini di kelas Charms, Professor Flitwick, seorang pria bertubuh pendek dengan kumis tebal dan suara yang nyaring, tampak menjelaskan menggunakan pembesar suara mini di tangannya. Guru Pelajaran Charms yang sekaligus menjabat sebagai kepala asrama Ravenclaw itu berdiri di podiumnya dengan bantuan tumpukan buku, sedang mempraktekkan gerakan tangan untuk mantra yang baru ia ajarkan hari ini : Wingardium Leviosa.

Irianna menyukai sihir, dan ini seharusnya merupakan hari yang baik mengingat ia diajar oleh kepala asramanya sendiri. Tapi sayangnya ia kesulitan untuk memperhatikan pelajaran hari ini, bahkan ketika Professor Flitwick dengan semangat menyuruh mereka untuk mempraktekkan mantra baru pada sehelai bulu, tongkat Irianna berayun melafalkan mantra kosong tanpa isi. Pikirannya berkabut dan ingatannya masih berputar pada apa yang ia lihat di koridor lantai 3 beberapa waktu lalu.

Anjing raksasa berkepala tiga.

Ia bisa merasakan tulang punggungnya mendingin mengingat hari itu, sudah hampir seminggu, tapi rasa takut masih enggan meninggalkan dirinya. Juga ditambah dengan sikap Professor Snape dan Professor Quirrel yang terasa aneh di hari itu.

Professor Snape memang dingin dan pemarah tapi biasanya ia tidak pernah bersikap tak sopan pada guru lainnya, bahkan Hagrid sekalipun. Selama ini Irianna tak terlalu memperhatikan namun belakangan ini ia baru menyadari jika memang Professor Snape selalu bersikap sinis dan membentak pada Professor Quirrell. Ia pernah mendengar rumor jika Professor Snape menginginkan posisi Professor Quirrell sebagai pengajar DADA, yah, agak masuk akal mereka tak akur. Tetapi emosi yang Irianna lihat malam itu jauh berbeda. Daripada bersaing, ia justru menangkap kecurigaan dan kemarahan yang besar antara keduanya. Professor Snape dari tiap intonasi ucapannya, dan Professor Quirrell dari pergerakan mata dan setiap hembusan napasnya.

Mereka bukan sekedar tak akur, namun memang benar-benar membenci satu sama lain.

Malam itu, mereka berbicara satu sama lain. Keduanya menggunakan kalimat kiasan yang tidak begitu Irianna pahami, Professor Snape menyerang dengan tajam sementara Professor Quirrell, meski terbata-bata, membantah dengan aura bertahan yang hampir sama. Ada kebencian besar dari kegagapannya yang membuat Irianna pusing saat merasakannya. Satu-satunya informasi yang berhasil bisa ia tangkap adalah mereka hendak masuk ke dalam ruangan terlarang itu untuk alasan yang berbeda. Tapi kenapa? Keduanya adalah pengajar di Hogwarts, mereka seharusnya bekerja sama untuk mengurus ruang terlarang itu dan bukannya melempar kecurigaan pada satu sama lain.

Tapi sebenarnya apa yang ada di ruang terlarang itu?

"....Harry adalah bukti hidup atas kekalahan You-know-who, cepat atau lambat seseorang pasti akan mengincarnya untuk pembalas dendam, para pemburu ini, dengan berbagai cara, bukan tidak mungkin mereka akan datang kemari...."

BAAM!!!

Bunyi ledakan berhasil mengejutkan lamunan Irianna. Ia mendongak dan melihat satu kelas menatap ke arah sumber ledakan di meja Gryffindor, di mana Seamus duduk di sana dengan wajahnya yang menghitam dan syok karena ledakan, sehelai bulu yang ada di hadapannya telah hancur menjadi abu.

 Ia mendongak dan melihat satu kelas menatap ke arah sumber ledakan di meja Gryffindor, di mana Seamus duduk di sana dengan wajahnya yang menghitam dan syok karena ledakan, sehelai bulu yang ada di hadapannya telah hancur menjadi abu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE LAST BLOOD (Muggleborn)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang