Chapter 14

360 52 5
                                    

"Jangan pergi terlalu jauh Jeonghan."

Sepasang kaki kecil mengitari bebatuan dibibir sungai. Netra manis melirik lucu ke arah si lawan bicara.

"Cerewet." Ketus Jeonghan kecil.

"Sini." Lambaian tangan Jeonghan memintanya untuk mendekat, sebuah batu kecil diberikan padanya. Jeonghan tertawa kecil menampakkan giginya yang ompong dibagian tengah.

"Untuk apa?" Tanya si lawan bicara bingung.

"Hadiah supaya kita selalu terhubung!" Ucap Jeonghan kecil girang.

"Siapa yang mau menjadikan batu sebagai hadiah." Bibirnya langsung menggerutu kecil ketika sang teman melontarkan kalimat barusan.

"Terima kasih, Jeonghan."

"Sama-sama."

*Kriiing Kriiing

Deringan alarm dari ponsel membangunkan Jeonghan yang tengah terlarut dalam bunga tidur. Maniknya menatap langit-langit kosong, terlintas ingatan dalam mimpinya sepersekian detik lalu.

"Siapa itu?" Tanya Jeonghan bingung.

Jeongan sangat penasaran siapa orang yang ia ajak bicara dalam mimpinya. Namun anehnya, Jeonghan lagi-lagi melihat dari sisi orang lain. Jeonghan masih bisa merasakan jika orang ini masih serupa dengan mimpin mimpinya yang lalu. Singkatnya, Jeonghan merasa orang ini masih sama. Dia selalu terjebak dalam tubuh orang tersebut.

"Pagi Hyung!" Sapa Dino ceria. Jeonghan mendelik, agak terkejut mendapati kehadiran si hantu tepat di sebelahnya.

"Masih pagi, jangan berisik."

"Lagian yang mendengar suaraku cuma Jeonghan Hyung." Dino mencebikkan bibirnya, manusia itu belum terbiasa dengan kehadirannya.

"Dino hari ini kau tinggal disini dulu ya."

"Belakangan ini kau sering sekali meninggalkanku sendirian." Jeonghan yang mulai bersiap melirik Dino sesaat, ia memberikan sebuah kedipan mata lalu terkekeh.

"Jangan bilang kau sedang kencan!" Jeonghan memberikan seringai licik dan menaikkan sebelah alisnya. Wajah menggoda yang membuat Dino paham kalau malamnya tidak ingin diganggu.

"Cuma akhir pekan ini, besok aku pakai gelangnya lagi." Dino mengangguk, biarlah, Dino juga tak ingin melihat wajah kasmaran Jeonghan.

"Dah, aku pergi dulu."

"Buru-buru sekali, tidak sarapan?" Baru merapikan diri dan orang ini langsung pergi keluar, apa tidak salah? Pikir Dino heran.

"Aku mau makan di luar. Dah! Sampai ketemu nanti malam!"

Jeonghan sudah melesat keluar dari apartemen. Ia menghela napas lega sembari melirik tas selempang coklat kebanggaannya.

"Bagaimana aku bisa menemukan rumah Dino?" Gumam Jeonghan.

Iris matanya melirik ke atas langit. Cuaca sangat bagus, alangkah baiknya cuaca berpihak pada Jeonghan hari ini. Ekspedisi mencari penjelasan kematian Dino akan ia mulai.

Jeonghan sudah mempersiapkan semua, namun ia tidak bisa mengatakan apapun. Jeonghan tidak ingin hantu itu memarahinya karena telah melanggar peringatan Dino. Tapi Jeonghan sangat penasaran dengan semua, seolah ada sesuatu yang menarik dirinya untuk masuk lebih dalam. Hari ini ia sudah ada janji dengan seseorang, Jeonghan bergegas ke cafe yang sudah ia jadikan sebagai titik temu. Mengendarai mobil di tengah keramaian akhir pekan.

Sebatang rokok disesap tenang kemudian meniupkan asap putih ke udara. Atap rooftop adalah pilihan terbaik untuk menikmati hari libur. Kala sedang bersantai matanya tak sengaja menangkap perawakan tinggi besar yang biasa mengumpat padanya. Yang lebih membuat Seungcheol terkejut ternyata juga ada Jeonghan di sana.

Brücke | JeongCheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang