9. Very Melodious, Quena

378 10 0
                                    

Deg

Devan melihat monica pingsan tak sadarkan diri dengan kondisi kepala berlumuran darah. Devan mengoyang goyangan tubuh monica agar dia tersadar namun nihil tak ada sahutan dari gadis nya.

Tak lama pintu mobil di buka menampakan sosok pria paruh baya di pintu mobil kanan kiri nya.

"tuan, apakah anda tidak apa apa?" tanya pria paruh baya itu.

"bisakah, anda menolong kekasih saya untuk di bawa ke rumah sakit?" tanya devan dan dianggukan pria itu.

Devan keluar dibantu dengan pria paruh baya itu sedangkan monica sudah di atas brankar untuk di masukan ke mobil ambulans.

Di detik detik devan khawatir dengan kekasih nya itu. Kini sekarang mereka berada di satu mobil ambulans. Devan terus memegang tangan monica dan tak lama tangan itu sedikit bergerak.

Monica membuka mata nya sedikit sedikit dan memegang tangan devan erat erat. Sungguh sangat amat erat.

"sayang apakah kamu baik baik saja?" tanya devan yang sudah khawatir dengan kondisi gadisnya tanpa memedulikan kondisinya yang sekarang.

"van, maaf aku gak kuat lagi" ucap monica sambil meneteskan air mata.

"jangan ngomong kaya gitu sayang, kamu pasti kuat"

"van, aku mohon setelah kepergian ku, kamu bisa mencari sosok pendamping kamu lebih baik dari aku. Kamu ikhlas aku pergi ya. Terima kasih atas semuanya. Aku pamit dulu ya" kata monica sambil tersenyum dan pada detik itulah monica menghembuskan nafas terakhir nya.

Dokter yang ada di dalam mobil ambulans itu dengan sigap menolong monica namun kenyataan takdir berkata lain. Devan yang mengerti monica sudah meninggal rasanya sangat sesak sekali dan perlahan lahan penglihatan devan buran dan...

Bruk...

Devan terpingsan jatuh di bawah dengan tangan yang masih mengengam tangan monica.

Flasbacak off...

"apakah kamu baik baik saja disana?" ucap devan sambil menatap langit yang cerah "apa kamu bahagia? Mungkin di sana indah ya?" lanjut devan sambil memejamkan matanya dan merasakan hembusan angin yang menerpa wajah nya.

Di tutupnya laptop, devan langsung masuk ke kamar nya dan berjalan ke bawah menuju dapur nya.

"huff.. Bentar kata reni gue harus cari pembantu biar ada yang masakin" ucap devan pada dirinya sendiri.

Devan langsung berjalan ke ruang tamu dan menyalakan televisi. Dia sangat lapar, ingin sekali ia keluar tapi malas gerak. Devan mengambil ponsel nya untuk menghubungi mama nya dan setelah itu ia akan keluar mencari makanan.

Dring... Dring..

Suara panggilan dari ponsel devan, sedari tadi devan menelepon mama nya tapi masih belum di angkat saja. Devan mematikan panggilan dan menelepon mama nya lagi.

"ada apa nak? Maaf ini mama lagi di kantor nya papa habis temenin papa kamu rapat" ucap bella di seberang sana yang sudah mengangkat panggilan dari devan.

"tumben mama ke kantor?" tanya devan basa basi.

"bosan mama di rumah terus, paling kalau kamu mau nikah dan punya cucu mungkin mama gak bosen nanti mama akan terus di rumah kamu dan bermain bersama anak kamu"

Hah ini ini perkataan yang devan benci selalu membahas cucu, cucu, cucu! Kalau gak cucu kapan nikah nya? Devan sudah bosen dengan perkataan itu terus menerus. Tidak di rumah, tidak di kantor sama saja!

"ada apa kok tumben nelpon mama?" lanjut bella.

"mah tolong pindahkan bik siti sama pak yanto untuk bertugas di rumah baru ku kalau bisa sih besok"

"kamu cari baru aja, nanti di rumah mama siapa dong?"

"mama cari aja yang baru, bik siti dan pak yanto biar di rumah ku. Nyaman saja kalau sama mereka mah"

"yaudah kalau begitu, nanti mama bilang ke papa mu ya?"

"iya mah"

Tut..

Devan langsung mematikan teleponnya secara sepihak tanpa memerdulikan mama nya.

Bella pov

Tut..

"huh. Dasar anak ini, kalau mau menutup panggilan gak bilang, punya anak kok gini sih, mana gak mau nikah nikah coba" ucap ku karena sebal dengan anak tunggal ku satu satu nya yang menutup panggilan secara sepihak.

"siapa mah? Kok kayak kesel sih?" ucap zakra suami ku.

"ini lo pah, anak kamu masak gak sopan banget menutup panggilan secara sepihat sebel tau mama"

"biarin mah, itu anak juga begitu dari dulu"

"eh iya pah, devan tadi bilang katanya bik siti sama pak yanto di alihkan bertugas di rumah devan. Gimana?"

"iya nanti biarin papa untuk mereka agar bekerja di rumah devan. Lagian mereka berdua sudah di percayai devan sedari kecil kan?"

"iya pah" jawab ku sambil menggangukan kepala.

Aku dan suami yang tercinta ku ini langsung keluar dari ruangan rapat dan menuju ruang kerja suami ku.

Bella end pov

Devan mengambil kunci mobilnya dan melajukan mobil menuju kafe kung-sa. Memang kafe kung-sa terletak agak jauh dari tempatnya tapi kafe itu sangat nyaman untuk sendirian.

Devan menghentikan mobilnya di depan kafe kung-sa. Membuka pintu mobilnya, devan langsung keluar dari mobilnya dan langsung di sambut oleh teriakan orang yang berjalan di sana.

Apakah itu tuan muda yang memimpin perusahaan terbesar itu?

Ganteng banget sumpah, gak bohong.

Huwaaa, tambah ganteng kalau pakai pakaian santai.

Pingin deh jadi calon istrinya.

HALU LO!

Eh. Eh eh itu beneran tuan muda ardian devan alvano kan? Ganteng banget.

Kurang lebih begitulah suara teriakan dari oarang orang yang mengagumi sosok devan yang terkenal dingin, tampan, cool dan berwibawa apalagi ia adalah anak tunggal dan pewaris satu satunya di perusahaan vano cord grup.

Devan menghiraukan teriakan teriakan itu dan masuk ke dalam. Ia melihat meja yang bernomer 25 di pojok ruangan yang kosong, devan langsung berjalan ke meja tersebut.

"tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan di kafe itu.

"pesan kopi latte dan chicken katsu" jawab devan sambil melihat buku menu.

Pelayan tersebut langsung membungkuk dan pergi menyiapkan pesanan devan.

Tak perlu menunggu waktu lama, akhirnya pelayan itu datang kembali dengan membawa pesanan devan.

"maaf tuan menunggu lama, ini pesanan tuan" ucap pelayan itu dan meletakan kopi latte dan chicken katsu di atas meja.

Devan langsung memakan chicken katsu itu dengan sangat angunly. Menikmati hidangannya, tak lama seorang perempuan memakai dres hitam selutut menaiki panggung den pelan pelan.


Devan melihat perempuan itu, ia merasa kenal dengan gadis itu dan oh ternyata.. Dia quena cahyaningrat yang di temui beberapa saat jam ah.. Bukan lebih tepatnya pada pagi hari ini yang hampir menabrak dirinya.

Mengalihkan pandangannya devan kembali lagi dengan makanan di depannya dan memakan dengan santai sambil mendengarkan lagu yang di nyayikan quena. Sangat merdu sekali, sangat amat merdu sekali. Siapapun yang mendengarkan nya seakan terhipnotis. Pantas saja candra langsung ketar ketir mendengarkan suara quena waktu itu. Ini rupanya, suara yang merdu dan membuat siapapun itu akan merasakan perasaan lagu itu sendiri.

From CEO Debt to Girl Love✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang