DIRA
Setiap kali ada yang nikmatin masakan aku tuh rasanya aku seneng banget. Aku tau sih aku belum sehebat Mama, tapi hasil masakanku nggak memalukan. Rasa soto hari ini rasanya berkali-kali lipat lebih enak dari biasanya karena kehadiran Raffa yang saat ini duduk di hadapanku dengan mangkuk soto keduanya.
Tanpa aku sadari, bibirku terangkat ke atas ketika memperhatikan Raffa yang tanpa banyak bicara, menikmati soto buatanku.
"Enak?", tanyaku sambil tersenyum
"Banget", jawaban Raffa membuat senyumku semakin lebar
"Syukur deh kalau enak"
Ponselku berbunyi. Ku lihat Mama yang telpon. Aku meminta izin ke Raffa untuk mengangkat telepon lalu berlalu dari ruang makan ke sofa ruang TV.
"Halo, Ma", sapaku
"Halo, Sayang. Nggak ada event hari ini?", tanya Mama
"Ada, tapi Kai bilang dia bisa handle event hari ini. Jadi aku santai di rumah"
"Bagus deh kalau kamu ada waktu istirahat. Hmm.. Kamu.. Kamu kapan pulang ke rumah?", tanya Mama dengan nada ragu
Aku mendesah berat. Pulang ke rumah ada salah satu hal yang paling aku hindari.
"Belum tau, Ma", jawabku singkat
"Pulang dong, Nak. Jakarta ke Bandung itu gak jauh loh.. Tapi udah dua bulan ini Mama belum ketemu sama kamu", ucap Mama dengan suara lirih
"Kalau Mama mau ketemu, Mama bisa ke Jakarta. Atau kalau pas aku ada event di Bandung, kita bisa ketemu di luar"
"Jangan gitu dong, Nak. Mau sampai kapan kamu menghindar dari Papa?", aku bisa mendengar nada sedih dalam setiap ucapan Mama
"Hhh.. Ma, aku udah sering bilang kan? Setiap aku ketemu sama Papa, kita selalu aja berantem. Daripada aku gak enak Papa pun nggak enak, jadi mending kita gak usah ketemu aja. Kayak gini lebih baik"
"Papa itu sebenernya sayang banget sama kamu. Dia pengen yang terbaik buat kamu"
"Dengan selalu bandingin aku dengan ponakan-ponakan Papa? Dengan selalu menganggap semua keputusan yang aku buat salah? Dengan selalu ngerendahin aku? Gitu yang Mama anggap sayang sama aku?"
"Nggak gitu, Sayang.. Hhh... Kalau kamu keukeuh nggak mau pulang, ya udah.. Mama bisa apa.. Yang penting kamu sehat, kerjaan kamu lancar, kamu bahagia. Tapi please, sesekali pulang. Demi Mama.."
Air mata mulai tergenang di pelupuk mataku. Aku paling gak bisa kalau Mama udah kayak gini. Mama itu segalanya buat aku. Dari aku kecil, sampai sekarang Mama yang selalu ada buat aku, Mama yang selalu belain aku ketika aku berdebat sama Papa, Mama yang selalu ngertiin aku.
"Oke", ucapku dengan suara tercekat
"Ya udah kalau gitu. Kamu istirahat ya hari ini. Jaga kesehatan. Mama sayang sama kamu"
"Mama juga jangan kecapean. Aku sayang Mama"
Telepon ditutup. Aku menghela nafas sambil memejamkan mataku dan menengadah ke arah langit-langit apartemen. Untuk beberapa lama aku terdiam seperti itu.
Suara dentingan sendok dan piring ngingetin aku kalau aku nggak sendirian di apartemen ini. Ada Raffa yang lagi makan di ruang makan. Aku segera mengusap mukaku dengan tangan dan berjalan kembali ke meja makan.
Ternyata Raffa udah selesai makan. Dia duduk di kursi meja makan sambil melakukan sesuatu di ponselnya. Aku kembali duduk di hadapan Raffa.
"Sorry lama", ucapku dengan senyum yang dipaksakan
KAMU SEDANG MEMBACA
Place in Your Heart
RomantiekLove at first sight. Aku gak pernah percaya sama yang namanya cinta pada pandangan pertama. That's bullshit, you know.. Tapi semuanya berubah setelah suatu hari sebuah tatapan mata yang tajam tapi hangat menembus masuk langsung ke hatiku. 21+ Welcom...