༺𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 ❆ 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔༻
Malam minggu, memang hari yang cocok untuk kita semua melepaskan segala kepenatan usai seminggu beraktivitas. Setidaknya pada malam ini kita menggunakan waktu untuk berehat sejenak dari masalah yang ada. Sama seperti arwah ini. Ia kembali kemari disaat seperti ini.
Lihat saja dirinya, ia kembali ke dunia tepat di pasar malam. Baru empat hari yang lalu ia meninggal karena kecelakaan. Kini ia kembali ke dunia. Perkenalkan, Blaze namanya. Arwah yang masih menetap di dunia karena masih ada suatu hal.
Sekembalinya ia kemari, Blaze hanya bengong melihat orang berlalu-lalang menembus dirinya. Namun, ada sesuatu yang terlintas dalam batinnya. Blaze mencari kaca terdekat, ingin melihat bagaimana rupanya setelah menjadi arwah. "Woah, sekarang aku mirip hantu. Eits, tapi diri ini masih tetep ganteng. Gak kaya hantu-hantu lain."
Memang penampilannya masih seperti sediakala, sebelum kecelakaan terjadi. Kecelakaan itu benar-benar merusak parasnya, mangkanya Blaze khawatir jika dia bertransformasi menjadi hantu lokal. Eh sebentar, bukannya hantu gak bisa ngaca ya?
"Sekarang aku ngapain?" ujar Blaze pada dirinya sendiri. Mumpung ia masih berada disini ia harus segera menyelesaikan apa kata neneknya. Dulu sebelum dia pergi, nenek-kakeknya pernah berpesan jika dengan kematiannya, Blaze bisa menangkap pelaku tabrak larinya.
"Hmm, siapa yang kira-kira bisa ku mintain tolong?" Blaze masih hanyut dalam pikirannya. Dia disini hanya untuk sementara waktu, maka dari itu ia harus segera bertindak.
Kelibat sosok sahabatnya terlintas dalam pikirannya. "Aha! Ayo coba Thorn dulu!" ujarnya riang. Blaze lalu menghilang dan pergi ke rumah Thorn dalam sekejap.
"Thorn!" panggilnya. Ia berada di rumah sahabatnya. Kebetulan sekali ia langsung bertemu dengan Thorn. "Eh?" Thorn menoleh kesana kemari, seolah ia mendengar ada yang memanggilnya.
"Hah? Dia beneran bisa denger?" ujar Blaze terkesima. Syukurlah kalau benar Thorn bisa mendengarnya, misi kali ini akan sangat mudah!
Thorn hanya menggaruk tengkuknya, ragu apa benar tadi ada yang memanggilnya. Sebab setelah ia mencari asal suara itu, tidak ada seorang pun. "Perasaanku aja kali ya?"
Blaze mendelik mendengar ujaran Thorn. "WOE ENGGA! GUE DISINI!" ujar Blaze. Ia masih berusaha sekuat tenaga memberitahu Thorn bahwa ia berada persis dibelakangnya.
Thorn tergagap, hawa disekitarnya mencekam. "Hah?" Ia menggelengkan kepalanya, bergidik ngeri sejenak. "Serem, kaya suaranya Laze. Kayanya beneran harus ada pengajian disini," ujar Thorn lalu pergi meninggalkan Blaze.
"??? GUE BUKAN SETAN!" Emosi Blaze makin menjadi-jadi. Masa iya sih dirinya yang ganteng ini disamakan dengan setan? Iya sih, bukan setan. Tapi masih satu jenis, heh.
Blaze menghembuskan nafas, percuma ia marah-marah. Thorn tak akan tahu itu dan tidak akan minta maaf. Lebih baik ia menenangkan diri dulu. Blaze mencebik kesal, andai saja Thorn bukan sahabatnya, sudah ia gentayangi.
"Oke target gak peka, next kita ke profesor cilik," ujar Blaze. Usai berkata demikian Blaze langsung pindah ke kamar Solar. Benar saja pemilik kamar masih belum tidur, melainkan masih setia di depan laptopnya.
"Pst, Lar," panggil Blaze. Ia mendekat ke arah Solar, berharap kali ini benar-benar ada yang mendengar panggilannya. Namun, hasilnya nihil. Solar sama sekali tak mendengar panggilan Blaze dan malah asik dengan alam khayalnya sendiri.
"Gilak, aktornya cakep banget. Jadi pingin nikahin deh." Mendengar itu Blaze ikut mengernyit heran. "Bocah sinting, halu aja terus kerjaannya." Ah tapi Blaze tidak boleh memaki-maki Solar kali ini, ia harus bersikap baik. Siapa tahu Solar bisa membantunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
❄✧.*𝔇𝔯𝔢𝔞𝔪 .*✧❄
Fanfiction*ੈ✩‧₊˚Dream Dalam kehidupan yang harmonis, kakak beradik Blaze dan Ice saling mendukung satu sama lain. Blaze adalah sosok yang enerjik, berbakat dalam olahraga, dan memiliki kemampuan sosial yang baik, sementara Ice adalah sosok rapuh yang tak diin...