3| After Six Years

18 7 0
                                    

Jika Oliv bisa kembali ke tujuh tahun yang lalu dan bertemu dengan dirinya di hari yang sama ketika dia pertama kali bertemu dengan teman KKN-nya; Adam Adhitama, Kiara Anastasia, Amanda Carissa Mandan, Elvian Qaid Arkana, dan Leo Putra Rajendra, kemudian mengatakan apa yang terjadi sekarang, maka dirinya yang dulu akan mengatakan kalau dia gila.

Dia yang dulu sama sekali tidak akan menyangka kalau Adam dan Kiara yang bagaikan langit dan bumi akan menikah.

Adam, sebagai artis pendatang baru yang menarik banyak perhatian berkat perannya di sebuah serial drama di Netflix, pernikahannya tentu saja tidak lepas dari kamera wartawan. Mereka semua berkumpul di depan balairiung yang dijaga ketat oleh penjaga yang disiapkan pihak hotel, mencari cara agar bisa masuk ke sana dan memotret apa pun yang mereka bisa dapatkan.

Oliv yakin Kiara dan Adam sudah menduga hal ini dan menambah alasan mereka untuk mengadakan pernikahan secara privat. Mereka juga menggunakan undangan digital dengan barcode khusus sebagai syarat agar bisa masuk ke balairiung.

Pintu dibuka oleh penjaga begitu Oliv berhasil memindai barcodenya. Dari balik punggungnya, dia bisa mendengar jepretan dan cahaya kilatan kamera para wartawan begitu pintu terbuka. Seorang pelayan berkemeja putih yang dibalut jas hitam dan memakai rok span yang sewarna jas muncul dari balik pintu. Setelah bertanya nama Oliv, pelayan itu memintanya untuk mengikutinya ke meja yang sudah disiapkan untuknya.

Oliv melihat sekitarnya dengan seksama. Langit-langit dipenuhi dengan lampu-lampu putih keemasan yang menjuntai seperti ranting pohon yang kurus. Meja-meja berbentuk lingkaran dan dibungkus dengan kain putih; satu meja bisa terdiri tiga sampai lima kursi.

Sebagai assistant general manager di hotel ini, Oliv tanpa sadar mengawasi setiap perkembangan acara pernikahan sahabatnya itu dan tidak ingin terjadi sedikit pun kesalahan. Untungnya, sejauh ini semuanya berjalan lancar. Namun, rasanya aneh jika Oliv datang ke sana bukan sebagai salah satu penanggung jawab, tapi sebagai tamu. Tapi Oliv, untuk sekarang, berusaha untuk melepas kebiasaannya mengawasi dan justru mencoba menikmati acara itu.

Oliv bisa melihat di mana tempat duduknya begitu mendapati Amanda dan Vian tidak jauh darinya.

"Amanda, Vian," sapa Oliv.

Dua orang yang Oliv panggil berbalik ke arahnya. Senyum mereka muncul tanpa mereka sadari. Amanda segera berdiri memeluk Oliv. Gadis itu memakai gaun rose gold dengan bahu asimetris. Wajah gadis itu tidak banyak berubah dari sejak pertama kali mereka bertemu. Mata teduh dan bibir penuh selalu bisa menarik semua pasang mata untuk memandangnya lama.

"Udah lama kita gak ketemu," kata Amanda setelah melepaskan pelukannya.

Oliv dan Amanda duduk di kursi masing-masing. Tangan Oliv terjulur begitu matanya bertemu dengan Vian untuk bersalaman dan pria itu menerimanya. "I know. Udah lama banget, sekitar enam tahun gak ketemu. Kalian gimana kabarnya?"

"Aku baik-baik saja," jawab Amanda.

"Banyak yang sudah terjadi selama kita gak ketemu, tapi aku masih baik-baik saja," jawab Vian. Wajah pria itu tampak lebih tegas. Lemak pipinya sudah terganti dengan tulang rahang yang tajam. Kulitnya juga terlihat lebih coklat karena terkena cahaya matahari dalam waktu yang lama. Namun, itu justru membuatnya tampak semakin dewasa dan maskulin.

"Well, kamu keliatan makin tampan," puji Oliv jujur.

"Thanks," balas Vian, sedikit bingung harus membalas apa untuk pujian itu.

"Kamu juga makin cantik Amanda," Oliv beralih ke Amanda yang duduk di sampingnya. Tone suaranya naik lebih tinggi karena senang bertemu teman perempuannya itu.

"Aku juga," ujar Amanda yang ikut menaikkan tone suaranya.

"Aku nonton vlog Get Ready With Me kamu yang terakhir itu. Kamu cantik banget di situ. Aku sengaja ngikutin look itu buat make up malam ini." Oliv menaruh telapak tangannya di bawah wajah untuk memperlihatkan hasil riasannya.

Memang sudah bukan rahasia lagi kalau Amanda Carissa Mandan, yang memiliki gelar sarjana ilmu hukum, menjadi seorang vlogger dan selebgram yang cukup terkenal. Tidak ada yang terkejut pada fakta ini karena semua orang tahu Amanda sudah punya banyak follower semasa kuliah. Terlebih karena wanita itu sejak dulu menyukai kegiatan yang bisa menyalurkan sisi kreatifnya, seperti fashion dan make up. Sekarang entah berapa kali wanita itu didapuk sebagai brand ambassador beberapa merek kosmetik dan fashion.

Amanda mendekatkan wajahnya untuk melihat dengan jelas. "Wah, iya. Aku baru sadar. Cocok sama kamu."

"Tapi aku masih belum bisa sepenuhnya ngukutin look kamu. Aku banyak improvisasi. Nanti ajari aku, yah, caranya."

Amanda mengangguk. "Pasti, pasti."

Oliv mengalihkan pandangannya dan matanya tanpa sengaja mendapati Vian yang sejak tadi memperhatikan mereka berdua. "Aku dengar kamu sekarang udah gak kerja lagi di Jakarta," ucap Oliv pada pria itu.

Pria itu menjawab, "iya, masa kontrak perusahaanku buat beroperasi di Indonesia sudah habis dan gak bisa lagi diperpanjang. Untungnya aku sudah punya pengalaman yang aku butuhkan, jadi lancar dapat kerja di perusahaan luar negeri."

"Oh, berarti kamu kerja wfh, yah?"

"Iya," jawab Vian dengan memperlihatkan sedikit senyumnya.

"Well, kelihatannya kamu senang kerja di rumah."

Vian tertawa kecil. "Aku memang sekarang punya waktu luang untuk melakukan hal yang dari dulu aku hindari."

Alis Oliv terangkat. "Apa itu?"

"Diving."

Mulut Oliv membentuk huruf O kecil. Informasi itu sedikit membuatnya terkejut. Dia ingat Vian yang dulu tidak begitu suka untuk berenang dan tiap kali mereka ke pantai, pria itu hanya memilih untuk duduk di daratan sambil melihat mereka bermain di air.

"Aku juga awalnya agak kaget pas tau Vian mulai diving," ujar Amanda. "Padahal dulu dia yang paling gak suka ketemu air laut."

"Iya, iya. Kalo dipaksa main air malah ngambek," tambah Oliv.

Ketiganya tertawa mengingat masa-masa itu. Meski tidak ada dari mereka yang mengatakannya, tapi masa-masa itu menjadi salah satu momen yang berharga yang merubah hidup mereka hingga bisa di titik ini.

"Well, itu juga alasan kenapa kulitnya makin gelap," ujar Amanda.

"Tapi dia lebih cocok dengan kulit coklatnya itu," balas Oliv.

"Setuju," Amanda mengangguk dua kali.

"Bisakah kalian berhenti membicarakanku di depanku?" Vian memiringkan kepalanya. "Aku merasa tidak nyaman."

Oliv dan Amanda tertawa bersamaan.

"Ngomong-ngomong, kalian berdua sudah ketemu pengantin?" tanya Oliv begitu tawanya berhenti. Dia melihat ke altar. Dari jauh dia bisa melihat gaun putih dan emas Kiara dan jas putih Adam.

"Belum, kita nungguin kamu dan Leo dulu," jawab Amanda.

Oliv mengerjap. Dia sudah menduga cepat atau lambat pria itu akan disebut. Namun, dia tidak bisa mengelak ada sengatan terasa di dadanya begitu mendengar nama yang sudah lama Oliv kubur dalam ingatannya. Tapi, dia segera menguasai raut wajahnya sebelum Amanda dan Vian menyadarinya. "Oh, dia belum datang?" tanyanya dengan nada suara yang sesantai mungkin.

Vian melihat ponselnya. "Katanya dia akan sampai sebentar lagi."

Amanda menatap Oliv dengan ragu-ragu. Dia sepertinya ingin berkata sesuatu, tapi sebelum dia sempat membuka mulutnya, Vian berseru, "oh, itu Leo udah datang."

Kepala Oliv mengikuti arah pandang Vian.

Leo Putra Rajendra muncul dari balik pintu dengan jas hitamnya yang melekat di tubuh. Tangannya terangkat begitu melihat Vian dan senyum lebarnya mengembang. Rambut yang dulu selalu acak-acakkan kini dipotong dengan model comma.

Oliv menegakkan punggungnya. Dia bisa merasakan jantungnya memompa darah dua kali lebih cepat dari biasanya. Syaraf otot perutnya menegang dan degupan di dadanya membuatnya mual. Muncul dorongan dalam dirinya untuk segera meninggalkan tempat duduknya dan dorongan itu meningkat tiap kali pria itu melangkah mendekat pada mereka.

Perfect Shade of Red [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang