3

36.2K 1.9K 37
                                    

Pertama tama saya ucapkan terima kasih banyak atas respon positif terhadap cerita Mas Sultan ini, sayang kalian banyak banyak.

Apakah Mas Sultan itu bener bener ada?  Bisa dikatakan ada, beneran ada dosen muda yang kayak gini kok. Saya hanya berharap Mas Sultan asli engga nemuin cerita ini. 

Engga bakal lah yaa, masak dia punya waktu buat baca cerita saya. Iya kannn????








Setelah beberapa hari berlalu setelah orang tuanya pulang, akhirnya Sultan kembali menempati apartemennya. Beruntung masa sewa aprtemennya sudah habis, dan penyewa itu tidak memperpanjangnya karena mendapat pekerjaan di luar kota sehingga mengharuskannya pindah.

Sultan kembali menata semua buku bukunya ke rak tinggi yang memang sengaja ia beli untuk menaruh koleksi bukunya. Yang melahkan dari kepindahannya adalah harus kembali menata buku koleksinya, karena barang barangnya yang lain hanya sedikit hingga tidak telalu merepotkan. Namun karena bukunya terlalu banyak, dan ia terbiasa menata menurut judul bahkan penulisnya sehingga menghabiskan banyak waktu.

Sultan meraih ponselnya, tanpa sadar bibirnya tertarik membentuk senyuman ketika melihat pesan masuk dari Isyana. Sebelumnya mereka membicarakan mengenai topik "fatherless". Senyuman pria itu berubah menjadi senyum masam ketika ia menyadari bahwa mungkin dirinya juga mengalami bagaimana peran ayah yang sangat minim di hidupnya.

Sultan membuka file gallery, memilih melihat sebuah foto yang dulu ia protret diam diam saat berada di Heaven Bakery. Pria itu memotret Isyana yang sedang tersenyum lebar menyambut pelanggan, sedangkan Sultan sediri duduk tidak jauh dari meja kasir tempat Isyana bekerja.

Selama ini mereka tidak pernah berfoto bersama. Mungkin karena memang mereka berdua tidak pandai bergaya di depan kamera, atau memang karena mereka berdua terlalu menikmati kebersamaan keduanya hingga tidak pernah terpikirkan untuk berfoto.

o0o

Alumni Mas Sultan

Fatherless, sebenarnya yang menjadi dasar masalahnya adalah si laki laki yang kurang paham peran, cara, tanggung jawab dalam parenting. Ditambah dengan ketidakdewasaan, sibuk bekerja, dan social media. Membuat kebanyakan ayah ketika libur inginnya me time dengan caranya sendiri, yang kadang jauh dari interaksi dengan keluarga. Hal tersebut juga berlaku ketika pulang kantor, energinya telah habis. Maka orang tua tersebut merasa bersalah pada anak, sehingga mereka berpikir dengan kompensasinya adalah dengan memenuhi semua keinginan anaknya. Anak mau ponsel/ motor/ mobil/ barang lainnya orang tua langsung membelikan. Tentu hal itu akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir anak, dan sifatnya.






Chat di atas merupakan salah satu isi percakapan Isyana dan Sultan. Masih banyak opini opini Sultan yang membuat Isyana senang dan nyaman ketika berbalas pesan dengan pria itu. Mereka berdua memang tidak berpacaran, ya pria itu tidak pernah menyatakan cintanya pada Isyana. Namun keduanya sadar bahwa mereka lebih dari sekedar teman.

Berulang kali Isyana mencoba menampik perasaannya, yah mungkin memang Sultan memang seperti itu dengan orang lain. Pria itu ramah dan dengan sabar menjelaskan tentang sesuatu hal yang tidak Isyana pahami. Ah memikirkan Sultan selalu membuat kepalanya penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang menghantuinya.

Tiba tiba notifikasi group whatsapp kost Himalaya muncul beruntun, ada apa gerangan group ramai tengah malam begini.

Amalia Kamar 2

Amalia Kamar 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BETTER THAN WORDS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang