Over The Sky

8.3K 186 19
                                    

Malam itu, Joshua tidak pernah lupa, bagaimana tubuhnya dihantamkan ke atas tempat tidur, lidahnya saling beradu dengan sang junior, dan bibirnya dilumat habis-habisan. Ia masih ingat rasa mint dari mojito yang baru beberapa menit lalu dikonsumsi oleh keduanya.

Bahkan apa yang terjadi setelahnya masih terekam jelas di ingatannya. Ketika kedua tangannya diangkat ke atas kepala, ditahan kuat-kuat selagi di bagian bawah sana dihantam oleh seorang pria. Meski samar-samar, ia tahu apa yang terjadi malam itu dan ketika matahari hendak kembali ke peraduannya, ia meninggalkan hotel tempat mereka saling memadu asmara dalam satu malam.

Kepalanya terasa berputar-putar dan untuk jalan saja, ia harus menyeret kakinya karena pinggangnya terasa begitu nyeri. Entah apa yang merasuki sang junior, sungguh ia tidak menyangka bahwa berada di ranjang bersama Seokmin akan sebegitu berbedanya dari keseharian pria ceria itu.

Satu hal yang tidak bisa ia ingat adalah bahwa ia sedikit berbeda daripada pria kebanyakan.

Dan malam itu yang telah mengubah semuanya.

↫ pockyjeruk ↬

Over The Sky

[Meet our little one]

↫ pockyjeruk ↬

Jeonghan tengah bercermin di wastafel ketika seseorang keluar dari salah satu bilik toilet dan mencuci tangannya. Ia pandangi bayangan dari orang itu lekat-lekat sebelum akhirnya membuka suara.

"Lo... hamil ya?"

Tentu saja yang dituduh langsung mengernyitkan kedua alisnya tidak percaya dan bahkan sempat untuk menyipratkan air yang tersisa di tangannya ke arah Jeonghan. Pertama, keduanya adalah pria. Kedua, pembicaraan ini sangat-sangat tidak lazim.

"Iya, hamil daging bakar. Lupa kalo akhir-akhir ini lo selalu ngajak gue buat makan daging setiap kali kita landing?"

Terkekeh, Jeonghan kemudian mengambil tissue untuk mengeringkan wajahnya yang tadi dicipratkan air, "Ya juga ya. Tapi perut lo itu buncit banget, Shua. Kayaknya kita mesti kurang-kurangin makan daging, deh."

Shua mendengus tidak percaya. Ia dikritik oleh orang yang membuat bentuk tubuhnya berubah. Kedua bahunya terangkat sebelum mengambil tissue juga untuk mengeringkan tangannya yang basah. Setelah membuang tissue itu, ia memiringkan badan dan melihat pantulan bayangannya di cermin.

Besar, sih. Tapi tidak sebegitu besar seperti bapak-bapak paruh baya yang sudah punya tiga anak. Buktinya seragam pramugaranya masih muat meski sekitar tiga bulan lalu memang harus ia rombak untuk naik satu ukuran.

Menggelengkan kepala, Shua kemudian menepuk bahu Jeonghan. Perkataan rekan kerjanya tidak ada salahnya–ia harus mulai diet.

"Panggilan kepada cabin crew untuk maskapai Korean First Airlines, dipersilahkan untuk masuk ke dalam pesawat dan melakukan pengecekan terakhir."

"Duluan, gue harus cek makanan," ujar Jeonghan, lantas beranjak keluar dari toilet lebih dulu.

Hari itu masih pagi, di luar juga masih agak gelap karena jam baru saja menunjukkan pukul empat. Joshua melangkah keluar dari toilet lima menit setelah Jeonghan, menuju ke arah pesawat sesuai dengan pengumuman yang baru saja didengarnya. Namun baru saja sesaat berjalan, perutnya terasa kram dan melilit. Ia meringis, setengah membungkuk dan memegangi bagian bawah perutnya.

Pasti sugesti. Jeonghan benar-benar membuatnya kepikiran soal perutnya, sekarang malah perutnya yang berulah, tiba-tiba terasa begitu ngilu.

"Ughh..." melenguh pelan, ia hampir saja jatuh terhuyung kalau saja seseorang tidak menangkapnya.

Over The Sky [SEOKSOO MPREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang