2

3 1 0
                                    

Keana si putri tidur akhirnya terbangun. Gadis itu masih terduduk di atas kasur, berusaha menyadarkan diri. Setelahnya menarik kedua sudut bibir menyunggingkan senyum, sudah pasti bermimpi indah malam tadi.

"Siap-siap ya La, sebentar lagi bakalan gue eksekusi!" ucapnya pada Lala seraya mengelus layar laptop kesayangan.

Penulis gila itu bergegas menuangkan seluruh imajinasi yang sudah terkumpul. Ia tidak ingin satu kata pun terlupakan. Pokoknya hari ini akan lembur bersama Lala lagi seperti hari-hari sebelumnya. Tidak lupa juga berkunjung ke kampus untuk memperhatikan target. Rahandika Edgar, tunggulah!

*

"Kak Dika!" panggil Keana, ia berlari kecil menemui Dika yang baru saja keluar dari sekretariat BEM. Gadis itu sudah lama mengintai, menunggu waktu yang tepat untuk bisa ngobrol berdua dengan Dika.

Pemuda jangkung yang ditargetkan mau tidak mau harus meladeni Keana. Biarpun habis kelelahan dan diterpa terik sinar matahari, ketampanan sosok Rahandika Edgar tidak pernah luntur. Jadi tidak heran kalau Keana tetap betah menatap pemuda itu.

"Buat gue?" tanya Dika ketika Keana memberikan sebotol air dan 2 bungkus roti isi coklat. Lalu Keana dengan cepat mengangguk.

"Pasti capek ya abis aksi? Panas-panasan sambil memperjuangkan hak-hak mahasiswa disini" dengan nada penuh kelembutan dan itu bukan gaya Keana "banget sih", gadis itu basa-basi.

"Lumayan" jawab Dika dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Kalau diperhatikan si Rahandika ini terlihat memiliki dua kepribadian yang bisa berubah hanya dalam sekejab. Dia lebih jago berbicara di depan ribuan orang, dan akan langsung mode hening ketika hanya dihadapkan dengan beberapa orang saja. Dia juga bisa menjadi sangat dingin atau akrab disapa kulkas berjalan oleh sekitarnya, dan bisa juga menghangat disituasi tertentu. Tipe-tipe pria seperti ini yang sering bikin para gadis bisa tidak tidur semalaman.

"Semakin dicuekin malah semakin pengen dimilikin" motto hidup Keana banget.

"Kak Dik--"

"Gue duluan, masih ada kelas"

"Eeehh, bentar dulu dong" cegah Keana menarik tangan pemuda itu.

"Lo enggak mau bilang apapun gitu ke gue?" tanya Keana dengan tatapan penuh harap. Dika berpikir sejenak.

"Oh, makasih air sama rotinya" kemudian langsung beranjak pergi.

"Ckk! Gitu doang? Mikisih iyir simi ritinyi" omelnya merasa tidak puas dengan jawaban Dika tadi.

*
Keana sibuk berkutat dengan Lala sambil sesekali melirik ke arah Dika yang sedang mengadakan rapat di hall gedung pusat kreativitas mahasiswa. Gadis itu dengan lihai menggerakan jemari dan menuangkan segala imajinasi perihal kisah yang sedang ia ciptakan.

"Udah masuk waktu sholat bukannya ke mushola malah masih aja jadi bulog!" omel Elea, sahabatnya yang menghampiri setelah selesai menunaikan ibadah sholat.Bulog (bucin goblog).

"Iya sebentar lagi El. Tunggu Kak Dika, biar bisa barengan ke mushola nya" jawab Keana enteng lalu kembali fokus ke layar laptop. Mendengar jawaban Keana, membuat Elea mengernyit bingung.

"Ke--"

"Iya El sabar, Kak Dika bentar lagi rampung kok"

"Lo ga tau?" tanya Elea dengan nada ragunya. Keana terpancing menoleh langsung menggumam. "Hm?"

"Dia Hindu"

Beautiful TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang