Prologue : Pertemuan

8 1 0
                                    

Helios Laurencius, yang duduk santai sambil menikmati kepulan asap kopi yang melambai halus menyentuh wajahnya mendadak tersedak. Sementara Émeric, sang kakak, nampak tersenyum bahagia.

Ini. Sudah. Gila.

Si sialan ini sengaja ingin membunuhku.

Pintu tertutup, derap langkah kaki terdengar mendekat dan dunia Helios mendadak tuli. Yang berdiri di hadapannya tidak lain dan tidak bukan adalah noda di masa lalunya.

Elliot Griffin.

Nama itu. Mana mungkin melupakannya jika nama itu yang membawa trauma masa mudanya. Pria gila yang membuatnya jadi seperti saat ini. Pengganggu kelas kakap kalau ia boleh menyebut.

"Duduklah, Griffin. Senang melihatmu kembali setelah sekian lama," Émeric menyapa seolah berusaha mengaburkan atensi Helios yang terpaku.

Elliot membalasnya dengan tawa kecil, "Saya kira Anda sudah lupa, Sir."

"Haha, mana mungkin. Bukan begitu, Heli?" Émeric menyenggol Helios dengan sikunya. "Sulit untuk melupakannya, benar begitu?"

Helios menggeram. Cangkir di tangannya ia kembalikan dengan sedikit tenaga hingga isinya tumpah ke meja. Matanya menatap tajam ke arah Elliot yang menatapnya dengan senyum paling menjijikan di seluruh dunia. Si kacamata yang selalu membuatnya naik darah tiap kali ia bertemu pandang.

Lihat senyum bodohnya? Aku tidak akan tertipu lagi.

"Hah!" Helios mendecih tidak sudi bahkan hanya sekedar bertemu pandang. Sepasang netranya memilih untuk menatap ke arah hamparan bangunan di luar sana, enggan rasanya ia tetap berada di satu ruangan yang sama dengan pria itu.

Satu detik serasa satu jam, satu jam serasa satu hari, dan dunia rasanya berjalan terlalu lambat. Jika ini cara Tuhan menghukumnya, maka Helios memilih untuk mati saja. Tapi konyol rasanya jika ia mati di hadapan si sialan yang mengganggu hidupnya ini.

"... -Lios."

"... -cius."

"Helios Laurencius."

Helios tersadar dari lamunannya sampai dagunya hampir saja menghantam meja. Ia mengerjap beberapa kali menyadari sang kakak sudah tidak ada di ruangan yang sama dengan keduanya. Yang artinya ia hanya berdua dengan Elliot.

What a nightmare.

Baru saja Elliot hendak membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, kalimat itu terpaksa harus ditelannya ketika Helios tiba-tiba berdiri dari kursinya.

"Dengar. Aku tidak peduli dengan apa yang kau katakan. Dan aku tidak sudi untuk berdua denganmu. Jika kau ingin mengatakan sesuatu. Tulis saja di memo dan berikan pada sekretarisku," potong Helios.

Tapi Elliot malah membalasnya dengan tawa kecil.

"Tapi aku adalah sekretarismu sekarang."

Sinting.

Rahangnya mengeras. Helios selalu mendapatkan apa yang ia mau. Tapi kenapa hal yang paling tidak ia inginkan justru ia dapatkan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Until the Sun Rises Again (Omegaverse) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang