tiga puluh tujuh

6.7K 319 3
                                    

Happyreading 🕊️



Sila meminta pada Rio untuk tetap bersikap layaknya bos dan bawahan saat di kantor. Gadis itu tidak ingin menjadi bahan gosip para karyawan. Berita kalau Sila mantan tragis Rio saja sudah cukup. Sila tidak ingin ada berita apapun lagi tentangnya.

Jelas saja hampir semua karyawan tau kalau Sila adalah mantan Rio yang na'as. Beritanya sempat viral empat tahun lalu yang berujung Sila harus menutup akun sosial media nya karena di serang fans dari keluarga Mahendra.

Tapi syukurlah, banyak karyawan yang menganggap itu hanyalah sebuah masa lalu dan tidak perlu di ungkit kembali.

Sampai detik ini pun keluarga Mahendra termasuk keluarga terkenal. Namun karena minim gosip jadi mereka jarang masuk ke televisi atau sosial media lainnya.

Padahal banyak prestasi yang bisa di banggakan dari bisnis keluarga Mahendra yang tengah di pimpin Rio, tapi tidak ada yang menarik awak media kecuali gosip.



Pagi ini, Sila turut ikut serta memainkan game yang telah dimulai sejak dua jam lalu. Ada beberapa game yang di mainkan, yaitu; memasak, membawa kelereng dengan sendok dimulut, memanah, kuis yang dilakukan per kelompok dan tarik tambang.

Tiga pemenang dalam setiap permainan mendapatkan kesempatan liburan ke Singapore selama seminggu, tentu saja semua biaya ditanggung perusahaan.

Para karyawan antusias menujukkan bakatnya. Setiap orang hanya boleh mengikuti satu game, dan sudah pasti Sila memilih lomba kelereng, karena hanya itu yang nggak ribet.

Udah nggak ribet tapi Sila tetap kalah. Hebat!

Sila lebih memilih melihat lomba masak yang banyak di ikuti ibu-ibu. Tak ingin kalah, Edo juga ada disitu.

Atas dasar rasa solidaritas, Sila ikut menyemangati Edo bersama anak semua divisi.

"AYO, DO. LO PASTI BISA!" sorak Anya.

"Bisa bikin kantor kebakaran," imbuh Vina sembari memakan snack nya."

"Iri bilang," sahut Angga, "dia cowok bisa masak, nah elu?"

"Yaudah kan bagus," Vina tak terima, "kalau dia bisa ngapain gue juga harus bisa?"

"Udah, udah," Mona menengahi, "dukung aja apa salahnya biar dia seneng," gadis itu menoleh ke Ilham, "iya kan, Ham?"

"Iya." Jawab Ilham.

Angga mengendus, "tanya kok, ke Ilham. Pasti di iyain."

Sila hanya menyimak obrolah mereka sembari tertawa kecil. Matanya menelisik mencari seseorang yang sejak tadi belum ia temukan keberadaannya.

"GO EDO, GO EDO, GO EDO," sorak mereka maksa biar keliatan kompak.

"EDO KALAU MENANG DI BELIIN AIRPODS BARU SAMA VINA," sahut Angga asal membuat Edo menoleh dengan senyum miring.

Pasti dia seneng.

Angga menarik sekilas rambut Vina, "mana ada!"

"Bikin temen seneng apa salahnya," cibir Angga. 

"Ya nggak gue juga yang beliin," Vina berkacak pinggang, "EDO KALAU KALAH, ANGGA BAKAL JALAN DI TROTOAR PAKE SEMPAK DOANG."

Edo yang tengah meracik mayonaise melirik sembari terkekeh. Rupanya opsi kedua lebih menarik baginya.

"Vina bego! Nggak bisa begitu. Porno," Angga membela diri.

Dari sekian banyak pendukung tiap divisi, mereka yang paling ribut.

"Nggak, nggak bisa. Lo buat keputusan sepihak di awal, gue juga buat keputusan sepihak," Vina menjauhkan wajah Angga.

"Tap—"

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang