"Gio!"
Nada suara Mila terpaksa harus naik beberapa oktaf setelah cowok itu sejak awal jam istirahat tadi dengan santainya terus mengekorinya ke Perpustakaan seolah tak takut ada bahaya yg mengancam.
"Lo bisa stop ikutin gue, nggak?!"
Gio mendengus kesal. "Gue mau baca buku juga kali, memangnya salah kalo gue disini?"
"Gue perhatiin lo ikutin gue terus." Mila melipatkan ke dua tangannya di dada. "Nanti kalo cowok gue lihat, gimana?"
"Bukan urusan gue." Gio menarik satu buku yg mencuri perhatiannya. "Ini buku cocok untuk lo."
Gio menjulurkan tangannya pada Mila memberikan sebuah buku berjudul 'Cara Menjauhkan Diri Dari Pasangan Toxic'
Mila tak berniat untuk mengambil buku itu, ia hanya melirik judul buku itu sekilas lalu mendongakkan wajahnya hendak mensejajarkan kepalanya pada cowok itu. "Siapa yang toxic?"
Gio mengedikkan bahunya acuh, meletakkan kembali buku itu pada rak besar bersamaan dengan deretan buku yg lainnya. "Siapa tau lo lagi ngalamin itu."
"Lo tau sesuatu, ya?" Tanya Mila menunjuk wajah Gio menggunakan jari telunjuk diiringi dengan tatapan intimidasinya.
"Tau apa? Gue kan anak baru, bernafas disini juga baru dua hari yang lalu."
Mila membisu, mengamati gerak-gerik Gio yang sedang menyibukkan diri dengan membolak-balikkan buku yang diambilnya secara acak dari rak besar itu, tanda tanya besar terus terlintas dalam pikirannya tentang cowok itu yang datang seolah-olah mengetahui sesuatu tentang hubungannya dengan Johan.
"Mila!"
Mila berbalik dan tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya ketika melihat sosok yang meneriakinya itu sedang berdiri di lorong Perpustakaan dengan tatapan tajamnya, seolah telah siap untuk mencabik dirinya, cowok itu berjalan cepat seraya memasukkan ke dua tangannya kedalam saku celananya hendak mendekati Mila.
Gosh, i'm dying!
"Jo, aku bisa jelasin." Badan Mila bergetar hebat saat dirinya tertangkap basah sedang bersama dengan Gio, ia tak ingin kejadian tahun lalu terulang kembali. "Kamu harus tenang, jangan marah dulu."
Johan berdiri tepat di depan Mila, menatap dengan intens raut wajah ketakutan cewek itu yang tak bisa disembunyikannya sama sekali.
"Lo udah berani sekarang sama gue?!" Johan mencengkeram kuat lengan kecil Mila. "Kenapa lo nggak angkat telepon gue?!"
Mila terkesiap salah memperkirakan suatu masalah, ia pikir Johan akan mempermasalahkan hubungannya dengan Gio karena mereka tertangkap basah sedang berduaan, ternyata cowok itu malah mempermasalahkan hal kecil lain yang tak disangkanya sama sekali.
"Aku nggak pegang hp, Jo. Aku letak hp-nya di dalam tas." Ia meringis kesakitan saat merasakan lengannya semakin panas. "Aku tadi buru-buru disuruh Bu Elsa ambil buku Fisika disini."
Johan melepaskan tangannya dari lengan Mila, ia meraba seluruh tubuh cewek itu dan tentunya yang dikatakan Mila benar, ia sama sekali tak menemukan benda persegi panjang yang tengah jadi permasalahannya saat ini.
"Oke, karena lo udah jujur jadi gue maafin." Johan menunjuk dahi Mila dengan jari telunjuknya dan mendorongnya kasar. "Lain kali pake otak! Hp itu benda penting, jangan ditinggal sembarangan."
"I-iya!" Mila menundukkan wajahnya. "Lain kali nggak aku tinggal sembarangan."
"Good." Johan sedikit tersenyum. "Ternyata lo memang penurut."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARMILA
Teen FictionKata siapa jatuh cinta itu akan terus terasa indah? Armila Eliana berani bertaruh bahwa cinta tidak selamanya indah. Dibalik setiap senyum manisnya, tersimpan rasa takut yang kerap kali menghantuinya. Sejauh apapun dirinya mencoba berlari pada akhir...