Bab 6.

11 0 0
                                    

Lantunan lagu terdengar memenuhi seisi kamar Kanaya. Ia merebahkan badan nya membiarkan tubuh ini beristirahat sejenak dari penat nya hari ini.  Kanaya merogoh saku celana nya dan mengambil sebuah benda pipih kesayangannya.

Kanaya.
Bataraaa, kapan pulang?

Batara.
Besok nay
Dari Jakarta nya siang jadi kemungkinan nyampe nya sore nay

Kanaya.
Oke deh
Bentar ta, mau ke warung dulu di suruh ayah.

Batara.
Jangan lama lama udah malem
Jangan pake acara keluyuran dulu

Kanaya.
Iya taa

. . .


Kanaya menutup ponsel nya lalu bergegas bangkit menuju warung. Sepanjang jalan Kanaya mengingat apa saja yang dititip oleh sang ayah membuat ia tidak menyadari bahwa ada yang tengah mengikuti nya.

Deg. Menyadari ada seseorang di belakang sana, kanaya dengan cepat melangkah menjauh. Namun seperti nya hari ini bukan lah hari keberuntungan Kanaya. Warung yang ia tuju sudah tutup membuat ia mau tak mau kembali dengan tangan kosong.

Selama di perjalanan pulang, ia masih saja di ikuti oleh seseorang. Kanaya memutar otak nya dengan keras mencari cara bagaimana agar menjauh dari orang aneh di belakang nya. Baru saja Kanaya mendapatkan ide mulut nya sudah terlebih dahulu di tutup oleh kain. Tangan nya di tahan membuat Kanaya tak mampu bergerak bebas. Sial dugaan Kanaya salah besar. Ia pikir hanya ada satu pria dibelakang nya namun ternyata ada 3 pria yang kini mengelilingi Kanaya, salah satu nya adalah yang kini sedang menahan Kanaya.

"Cepat keluarkan tali nya bodoh! tenaga wanita ini terlalu kuat." Pria dengan badan yang lebih kecil dari dua pria yang lain nya mulai mengeluarkan tali dan memberikan nya ke pria yang menggunakan topi.
Pria bertopi itu mulai mengikat Kanaya. Ia pertama tama mengikat kaki Kanaya lalu mengikat tangan Kanaya. Kanaya merengek sekuat tenaga namun gagal. Pria yang menahan Kanaya jauh lebih besar dari Kanaya membuat Kanaya tidak bisa melepaskan diri. Kanaya mulai menangis memikirkan kemungkinan kemungkinan terburuk jika ia tidak bisa berhasil lolos dari 3 pria di depan nya.

Pria yang menahan Kanaya kini menjatuhkan Kanaya ke tanah. Kanaya menangis kuat sembari berteriak meminta tolong. Sayang nya, pria yang tadi menahan Kanaya mulai menutup mulut kanaya dengan kain dan mengikat nya kuat membuat Kanaya tidak bisa mengeluarkan suara nya.

tolong.. siapapun..tolong aku..

Pria bertopi memposisikan dirinya tepat di hadapan Kanaya. Ia berjongkok dengan pisau yang ia arah kan ke kaki Kanaya. Kanaya yang sedang menangis ketakutan justru membuat ketiga pria itu tertawa. Saat ini Kanaya berada di sebuah sudut gang yang sepi hanya ada Kanaya dan tiga pria di hadapan nya. Salah satu pria itu meraba kaki Kanaya dan membuat kanaya terbaring di atas tanah. Perlahan pria itu mulai naik ke atas Kanaya sambil tersenyum remeh.

"Gadis manis.. jangan takut. Aku akan bermain sebentar dengan mu lalu aku akan menjual mu HAHAHA.!" Tubuh Kanaya bergetar hebat saat salah satu tangan pria membelai kepala nya. Pria yang berada di atas Kanaya mulai menurunkan wajah nya menuju leher Kanaya. Namun saat pria itu mencoba menyiumi leher Kanaya tiba tiba salah satu dari ketiga pria itu terjatuh tak sadarkan diri. Kedua pria yang masih sadar mulai panik dan bersiaga. Seperkian detik selanjutnya seorang lelaki menghampiri kedua pria itu lalu melemparkan pisau nya lurus hingga menancap disalah satu kepala pria tadi. Dua pria itu kini sudah tak sadarkan diri menyisakan satu pria yang kini sedang mengarahkan pisau nya kepada lelaki tersebut. Lelaki itu mulai berlati lalu memukul pria tersebut. Ia tidak menyisakan waktu untuk pria tersebut membalas nya.  Perkelahian itu di akhiri oleh pisau yang tertancap ditubuh sang pria.

Kanaya memperhatikan lelaki yang kini berjalan kearah nya. Deg. Zyan. Lelaki yang berkelahi dengan 3 pria itu adalah Zyan. Zyan melangkah mendekati Kanaya dengan tangan yang berlumuran darah. Ia berjongkok di depan Kanaya lalu membukakan iketan Kanaya. Tidak langsung meninggalkan Kanaya justru Zyan kini masih setia diam di hadapan Kanaya dengan mata yang menatap lurus ke arah tanah.

"Zyan.."

"Gua.. gua kaga terlambat kan?"

"..."

Melihat Kanaya terdiam membuat Zyan kini sedikit takut. Ia takut setelah ini mungkin pandangan Kanaya kepada nya akan berubah namun, tiba tiba Kanaya memeluk nya erat. Kanaya sangat bersyukur bahwa Zyan telah menyelamatkan nya. Ia menangis membasahi bahu zyan. Zyan ingin membalas pelukannya namun ia hentikan saat menyadari tangan nya kini berlumuran darah. 

"Makasih.. makasih zyan.."

Zyan tidak menjawab Kanaya. Ia membiarkan Kanaya menangis tanpa ingin menyuruh nya berhenti.

oh jadi ini rasa nya dipeluk seseorang?


Tbc.
Halooo shshsh kemarin tbtb stuck jadi baru sekarang up lagii. so stayy tuneee for the next bab gaisss (⁠^⁠∇⁠^⁠)⁠ノ⁠♪

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He's Not The One || Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang