Mark adalah pemuda pemalu yang sedang menjalin hubungan dengan Lee Jeno, seorang pria yang sama-sama pendiam. Keduanya adalah siswa kelas 2 di SMA Neo Culture Technology di Seoul, Korea Selatan. Meski sudah berpacaran selama setahun, hubungan mereka berjalan sederhana, bahkan bisa dibilang canggung. Mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk hal-hal kecil seperti menonton film dengan tenang atau mengobrolkan topik random.
Namun, satu hal yang selalu menjadi ganjalan adalah ciuman pertama. Selama ini, keduanya sering berada di momen "nyaris", tetapi tak pernah benar-benar terjadi. Bukan karena mereka tak ingin, melainkan karena rasa gugup yang terlalu besar.
Suatu sore, mereka sedang duduk berdua di sofa rumah Mark.
Jeno melirik Mark yang tampak serius menonton TV. Ia menarik napas panjang dan mencoba memulai percakapan. "Mark... kayaknya sebentar lagi bakal hujan, deh."
Mark menoleh dengan alis terangkat. "Hah? Dari mana kamu tahu?"
"Insting," jawab Jeno sambil mengangkat bahu.
Percakapan berlanjut seputar cuaca dan acara TV yang sedang mereka tonton. Tapi, di tengah pembicaraan, Jeno memberanikan diri mencondongkan tubuhnya ke arah Mark.
Mark menyadarinya dan langsung panik. Ia memeluk bantal sofa di dadanya, menatap Jeno dengan mata membesar. "K-kamu mau ngapain?"
Jeno terdiam sejenak, gugup. "Eh, enggak apa-apa... kamu pernah nonton Train to Busan?" ia mengalihkan topik sambil tersenyum canggung.
"Oh, iya, pernah," balas Mark, berusaha menenangkan diri.
Mereka kembali mengobrol, kali ini tentang film. Namun, Jeno perlahan mendekat lagi, dan Mark dengan reflek menggeser posisi duduknya ke ujung sofa. Setiap kali Jeno mencoba mendekat, Mark selalu mencari alasan untuk menghindar, entah berpindah tempat duduk atau mengalihkan topik pembicaraan.
Hingga akhirnya, Mark berdiri dengan kesal dan menyilangkan tangan di depan dada. "Jeno, kamu tuh mau cium aku atau enggak, sih?" tanyanya blak-blakan.
Jeno tertegun, wajahnya memerah. "Mau..." jawabnya pelan.
Mark menarik napas panjang, lalu memejamkan mata dan mendongakkan wajahnya. "Ya udah, ayo."
Jeno mendekat dengan hati-hati, gugup namun bersemangat. Tapi ketika akhirnya ia berhasil mencium Mark, sesuatu yang tak terduga terjadi. Bukannya mencium bibir, Jeno malah menyentuh gigi Mark!
Mark membuka matanya, terkejut. "Apa-apaan ini?!" serunya dalam hati, wajahnya memerah padam.
Jeno mundur dengan panik. "A-aku pulang dulu, ya! Selamat malam, Mark!" katanya buru-buru sambil melarikan diri dari rumah.
Mark hanya bisa berdiri mematung. Rasa malunya begitu besar hingga ia ingin lenyap dari dunia. "Dia malah mencium gigiku! Kenapa bukan bibirku?!" gerutunya.
.
.
.
Dua tahun berlalu, dan Mark berhasil menghindari Jeno sepenuhnya selama sisa masa SMA. Setiap kali melihat Jeno di koridor, Mark akan bersembunyi atau pura-pura sibuk. Bahkan, ia hampir tidak berbicara dengan siapa pun karena rasa malu yang terus menghantui.
Namun, ketika masuk perguruan tinggi di SM Culture University, Mark memutuskan untuk berubah. Ia bertekad menjadi lebih percaya diri, termasuk belajar cara berciuman yang baik.
Pada musim semi di tahun pertama kuliah, Mark pulang ke kampung halamannya untuk liburan. Saat ia berjalan melewati sebuah kafe yang sering ia kunjungi dulu, matanya menangkap sosok yang familiar. Jeno sedang duduk di salah satu meja, menikmati secangkir kopi.
Mark tersenyum kecil, lalu mendekatinya. Ia menepuk bahu Jeno yang tampak terkejut melihatnya.
"Halo, Jeno," sapa Mark santai.
"Halo, Mark," balas Jeno, sedikit kikuk.
Tanpa banyak bicara, Mark duduk di sebelahnya. "Aku mau memperbaiki sesuatu," katanya dengan nada serius. Sebelum Jeno sempat bertanya, Mark mendekat dan mencium bibirnya. Kali ini, tanpa ragu atau canggung.
Jeno membalas ciuman itu, terkejut sekaligus lega. Ketika akhirnya mereka berhenti, Jeno hanya bisa menatap Mark dengan senyuman.
"Wow... kamu berubah," ujar Jeno sambil tertawa kecil.
Mark mengangguk, tersenyum penuh percaya diri. "Aku belajar dari yang terbaik... meski awalnya konyol."
Keduanya tertawa, dan dari sana, hubungan mereka yang sempat terhenti mulai berjalan lagi, kali ini dengan lebih dewasa dan percaya diri.
~END~

KAMU SEDANG MEMBACA
Tales of the Unexpected
FanfictionSebuah kumpulan cerpen yang menelusuri lika-liku kehidupan, diwarnai oleh kejutan tak terduga, emosi yang mengguncang, dan makna mendalam yang tersembunyi di balik setiap peristiwa. Setiap kisah membawa pembaca ke dalam perjalanan yang penuh misteri...