— 3 Januari 2020.
Terdengar suara kicauan burung dipagi hari. Cahaya matahari menyelinap masuk ke sela sela gorden menerangi kamar seorang gadis cantik bernama Natasya.
Tak lama kemudian suara alarm berbunyi tepat pada pukul 5.15, dimana itu sangat mengganggu ketenangan paginya. Natasya menggeliat pelan dan membuka mata, menyambut pagi hari.
Seiring langkah-langkahnya yang malas, Natasya menjalani rutinitas pagi yang sudah menjadi kebiasaannya. Seperti mencuci muka dan menyikat gigi dengan perlahan.
Waktu berjalan begitu cepat, sekarang jam didinding sudah menunjukkan pukul 5.45, Setelah mengenakan seragam sekolahnya, Natasya turun ke ruang makan, aroma makanan sedap sudah tercium dari dapur.
Terlihat dua orang yang sedang duduk di kursi makan, menunggu ku datang, sepertinya.
Tapi, mana mama? yang terlihat hanya kak Jesse dan papa disana.
Aku mendekati mereka, dan duduk di samping kak Jesse.
"Mama mana?" tanyaku membuka percakapan.
"Mama-"
"Mama ada urusan di Singapura, bakal balik 2 bulan lagi." papaku yang menjawab.
Aku hanya ber-oh dan lanjut memakan makanan ku. Orangtuaku memang sudah terbiasa berpergian ke luar negeri atau kota, urusan kerja, katanya.
Sarapan pagi ini berlangsung dengan suasana yang cukup menyenangkan. Hanya membahas tentang sekolah, ekstrakurikuler, teman-teman disekolah, dan beberapa event yang akan diselenggarakan sekolah kedepannya. Obrolan kami mengalir dengan lancar, diwarnai dengan senyum dan canda tawa.
Sesekali Kak Jesse melontarkan pertanyaan tentang pekerjaan papa, dan dengan penuh antusias papa menjawabnya. Papa selalu memiliki semangat yang tinggi ketika berbicara tentang pekerjaannya. Ia menceritakan tentang berbagai proyek yang tengah ia jalani di kantor, mulai dari yang sederhana hingga yang sangat penting.
Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi. Aku, Kak Jesse, dan papa harus segera beranjak dan pergi ke tujuan kami masing-masing. Aku dan Kak Jesse, tujuan kami adalah sekolah, sedangkan papa harus menuju kantor. Kita bersekolah di tempat yang sama, dengan perbedaan satu tingkat, di mana aku duduk di kelas 10 dan Kak Jesse berada di kelas 11.
Sekolah kami biasanya dimulai pada pukul 7.00, yang juga merupakan waktu ketika aktivitas kerja di kantor papa dimulai. Oleh karena itu, tak jarang kami meminta papa untuk mengantarkan kami ke sekolah, mengingat bahwa perjalanan kami berada dalam satu arah.
Tadinya, aku berencana untuk memesan ojek online untuk pergi ke sekolah. Namun, kak Jesse tiba-tiba bersuara, "Pa, aku nebeng ya" katanya. Papa hanya mengangguk sebagai persetujuan.
Papa memandangku dengan lembut, "Natasya, mau ikut juga atau mesen ojol?
Aku berpikir sejenak dan akhirnya menjawab, "Ikut aja pa."
Kami berjalan menuju garasi, tempat mobil keluarga kami terparkir. Papa menyalakan mesin mobil dan membukakan pintu untukku. Sementara itu, kak Jesse duduk di kursi penumpang depan, sebelah papa yang akan menjadi pengemudi.
Setelah perjalanan selama kurang lebih 20 menit, akhirnya kami tiba di SMA Negeri 2 Gemilang, atau yang lebih dikenal dengan sebutan SMANGEM.
Sekolah ini telah mendapatkan reputasi yang sangat baik di kota kami, bahkan menduduki peringkat kedua sebagai sekolah terbaik di daerah ini. Maka, tak heran jika murid-murid disekolah ini sangat berprestasi.
Aku merasa sedikit kagum saat pertama kali memasuki area sekolah ini dan sekaligus berfikir, mengapa aku bisa diterima di sini? Jalur prestasi adalah jalur yang aku tempuh, meskipun prestasiku tidak sebesar siswa-siswa lainnya.
YOU ARE READING
Echos of Ephemeral love.
Teen Fiction‼️ contain harsh word ‼️ - Dalam alunan musik yang melintas ruang dan waktu, mereka menyadari bahwa cinta sesungguhnya adalah karya seni yang paling indah, meski hanya berlangsung sejenak.