"Lo suka sama gue, kan?"
Magara mengangguk.
"Jadi... Lo mau gak jadi pacar gue?" Tanya Yerin malu-malu.
Bukannya menjawab, Magara malah tertegun tak percaya.
"Gue gak mau nanya itu dua kali, malu!" Pekik Yerin dengan pipi yang mulai berwarna merah.
Tubuh Magara bergetar karena terkejut atas pertanyaan dari Yerin, "Gara gak lagi mimpi, kan?!"
"Jawab aja, Gara!"
"Mau lah, masa iya harus nolak!" Akhirnya Magara menjawab tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Bagus, sekarang kita pacaran." Ucap Yerin dengan senyumannya yang terlihat cantik.
"Sekarang coba hitung angka dulu dari satu sampai tiga." Titah Yerin.
Tanpa banyak bicara, Magara melakukan apa yang diperintahkan, "Satu, dua, tiga..."
"Kita putus."
"Loh kenapa?!" Ucap Magara terkejut karena tiba-tiba Yerin berkata seperti itu.
Yerin menyunggingkan senyumnya, "Gue sukanya sama kakak lo, Gara."
"MAGARA FAIDZKA ALIGHAR!" Teriak seorang pemuda setelah melempar sebuah bantal pada wajah adiknya.
"Abang!" Pekik Magara kesal karena tidurnya terganggu oleh Jiraga.
"Lo tidur apa latihan mati sih? Gue bangunin lo susah banget tau." Ucap Jiraga sembari menatap datar Magara.
"Ya lagian kenapa abang bangunin Gara, kan ini belum pagi." Ucapnya sebelum sedetik kemudian menguap.
"Ini baru jam tujuh malam, lo itu lupa ya kalau tidur dari tadi sore?" Tanya Jiraga sembari menempelkan punggung tangannya pada kening Magara.
Magara menyingkirkan tangan sang kakak yang menyentuh keningnya, "Bukannya Gara tidur dari malam? Dan seharusnya ini tengah malam."
Jiraga berdecak, "Ngelantur ini anak, udah cuci muka cepet, gue tau lo belum makan dari pulang sekolah tadi."
Magara mengangguk, "Iya, bang. Gara ke kamar mandi dulu."
Hanya membutuhkan waktu tiga menit untuk Magara membasuh wajahnya dengan air agar terasa lebih segar.
Setelah selesai Magara langsung menghampiri Jiraga yang masih berada di kamarnya dan mereka berdua pergi ke lantai bawah untuk memasuki dapur.
"Lo kenapa malah ngelamun sih, Gar?" Tanya Jiraga bingung karena sedari tadi Magara hanya menatap makanannya.
Jiraga sudah menyiapkan nasi dengan lauk pauk kesukaan Magara, namun si empu tampaknya sedang tak berselera untuk mengisi perut.
"Tadi Gara mimpi aneh." Jawabnya.
"Mimpi apa? Cerita coba sama gue."
"Jadi tadi itu Gara mimpi kalau Yerin ngajak jadian, terus disitu Gara terima. Gak lama setelah itu Yerin bilang putus karena dia sukanya sama abang."
Jiraga tertawa kencang mendengar cerita yang keluar dari mulut adiknya.
"Kenapa malah ketawa?" Tanya Magara kebingungan karena menurutnya tak ada yang lucu.
Saking hebohnya Jiraga tertawa, pria itu sampai memukul meja makan, "Mimpi lo aneh banget!"
"Namanya juga mimpi..." Lirih Magara.
"Iya, makannya kalau sore itu jangan tidur."
"Biasanya Gara juga gak tidur, tadi cuman kecapekan aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magara and Love
FanfictionSejatinya, seorang Magara hanya ingin tahu bagaimana rasanya dicintai, bukan sekadar mencintai. Terkadang, lelaki itu merasa muak memberikan perhatian, rasa cinta, dan kasih sayang kepada orang-orang terdekatnya, sementara mereka seolah tak pernah m...