Part 28. Pembelaan

6.2K 285 12
                                    

“Kualitas seseorang itu, tergantung dari ucapannya. Jika ingin mengetahui seberapa besar kebodohan dari seseorang, maka lihatlah seberapa besar dia menyakiti orang lain dengan lisannya.”

-Takdir Sang Ilahi-

°°°

Di sebuah tempat coffee shop, semua karyawan sudah berkumpul dengan pasutri baru yang saat ini menjadi pusat perhatian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah tempat coffee shop, semua karyawan sudah berkumpul dengan pasutri baru yang saat ini menjadi pusat perhatian. Seorang lelaki berdiri tegap dengan seorang perempuan cantik yang ada di sampingnya. Azzam melirik sang istri dengan sebuah senyuman kecil dan genggaman tangan yang bertaut.

"Saya yakin kalian sudah tau dengan pernikahan saya yang dilaksanakan kemarin. Saya mengumpulkan kalian di sini, hanya ingin memperkenalkan istri saya di hadapan kalian semua." ujar Azzam melihat karyawan nya yang saat ini mulai tengah berbisik-bisik.

Tangan Alifah sudah mulai berkeringat dingin, ketika raut wajah dari mereka yang tampak tidak suka. Merasakan keringat dingin pada tangan sang istri, Azzam lantas mengelusnya lembut. Netra Azzam kini menyoroti mereka semua.

"Seperti yang kalian lihat, perempuan yang ada di samping saya ini adalah istri saya. Dan kalian pasti tau jika istri saya pernah bekerja di sini, bulan yang lalu."

"Saya harap kalian bisa menghargai istri saya yang berada di sini!" kata Azzam dengan netra yang memperhatikan mereka.

Semua karyawan tersebut mengangguk bersama.

"Baik kak!" seru mereka semua.

"Kak Azzam, selamat untuk pernikahan kak Azzam sama istrinya ya. Semoga langgeng terus dan banyak kebahagiaan yang datang," ucap salah satu karyawan perempuan.

Azzam mengangguk. "Aamiin. Terima kasih untuk ucapan dan doa kalian." balas Azzam sembari tersenyum tipis.

"Kalian semua bisa kembali bekerja! Hari ini, coffee shop akan tutup lebih cepat dari biasanya, biar kalian bisa istirahat dan bersenang-senang." ujar Azzam yang langsung membuat mereka bersorak gembira.

Sesaat kemudian, semua karyawan kembali ke tempat dengan pekerjaan mereka. Azzam menghela napas lega, genggaman tangan yang masih bertaut itu, ia bisa merasakan jika keringat dingin sang istri masih terasa.

"Kak Azzam, boleh aku menemui kak Bunga sebentar?" Alifah bertanya sedikit pelan karena tidak ingin mengganggu pengunjung yang datang.

Azzam menoleh ke samping. "Boleh, saya juga mau bicara sebentar sama teman saya dulu."

Alifah mengangguk kecil. Ia ingin melepaskan tangannya yang di genggam itu, namun Azzam menahannya.

"Kenapa kak?" tanya Alifah dengan wajah polosnya.

"Gapapa, saya cuma nyaman aja kalau pegang tangan kamu," ucap Azzam yang berhasil membuat Alifah sedikit tersipu malu.

Azzam melihat pipi kemerahan dari sang istri, sangat gemas. Namun, berusaha untuk menahan diri tidak mencubit pipi istrinya itu.

Takdir Sang Ilahi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang