Hope in December

2 0 0
                                    

Seoul , Desember 2013

Gadis berkulit putih pucat itu, terus menatap bangunan putih besar dihadapannya. Entah keberapa kalinya Ia kembali mengunjungi tempat ini, Ia tak sempat menghitungnya, hatinya lah yang menuntunnya ketempat ini. Dengan susah payah Ia menggerakkan kursi rodanya, memasuki bangunan besar yang berdiri dengan gagah dihadapannya. Indra penciumannya, mencium dengan lekat aroma obat – obatan yang begitu menusuk.

Ia benci berada ditempat ini tapi, Ia tak pernah lelah mendatanginya. Bau obat – obatan yang khas membuatnya kesulitan bernafas, dan satu hal lagi yang Ia benci adalah fakta yang tak bisa dihindarinya, yang membawanya untuk kesekian kalinya berkunjung ketempat ini. Ia terus mengerakkan kursi rodanya menyusuri lorong – lorong rumah sakit, maniknya menatap lurus kedepan. Hingga Ia berhenti tepat didepan ruangan yang beberapa bulan terakhir ini selalu Ia kunjungi.

Menatap dalam diam ruangan dihadapannya. Telinganya dapat mendengar dengan jelas bunyi alat pendeteksi detak jantung dari ruangan serba putih itu, matanya menatap sayu sosok yang terbaring tak berdaya dengan beberapa alat yang ........ entah Ia juga tak tau apa nama alat–alat itu. Yang Ia tau, alat–alat itulah yang selama ini menunjang kehidupan sosok didalam sana. Disinilah Ia berada, menatap sosok tersebut dari balik jendela kaca ini. Memorinya kembali memutar kejadian beberapa bulan yang lalu.

******

Sama seperti hari – hari sebelumnya, Ia kembali datang mengunjungi seseorang dirumah sakit ini. Dan sama seperti hari – hari sebelumnya, Ia terus memanjatkan doa pada Tuhan agar Ia dapat melihat sosok tersebut sembuh dan kembali tersenyum padanya. Kini, Ia berdiri didepan ruangan tersebut, Ia terus memperhatikan sosok yang tertidur diranjang pesakitan itu.

Tiba – tiba, sosok bertubuh tinggi, berpostur tegap dengan jas putih tampak dihadapannya. Ia mengulas senyum.

" Dokter Jung, bagaimana keadaannya? " tanyanya

Dokter bername tag Jung itu tersenyum singkat, menimbulkan tanda Tanya besar bagi gadis dihadapannya.

"Saya minta maaf. Keadaannya semakin hari semakin memburuk. Entah sampai kapan dia mampu bertahan, kemungkinan sembuhnya hanya dua persen. Saya tidak dapat menjamin apa Ia bisa terus bertahan"

JDERRRR......

Ucapan dokter Jung bagaikan racun yang siap membunuhnya saat ini, tubuhnya menegang, tak percaya pada apa yang diucapkan dokter Jung padanya.

Hope In DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang