27. ꜱᴀʟᴀʜ ꜰᴀʜᴀᴍ

1 0 0
                                    

"Ketika kau terbang dengan seribu mimpi, tapi nyatanya semua harapanmu hanya mengambang di udara"

Pagi ini rasanya benar-benar terasa asing, kamar ini masih gelap dan hanya remang-remang cahaya yang masuk melalui fentilasi jendela. Aku menyibak gorden putih dan memperlihatkan pemandangan langit biru tua, ku lirik jam dinding berhiasi gambar bunga.

Pukul enam pagi.

Mungkin aku agak sedikit terlambat pagi ini. Ya, aku akan datang ke sekolah. Menjalankan rutinitas sehari-hari ku seperti biasa.

Selembar kertas di nakas mengalihkan perhatianku, sebuah tulisan singkat membuat mataku memanas. Aku ingin menangis lagi..

Maafkan aku.. Aku sungguh merasa bersalah

Aku tau itu dari Atlas, ternyata dia tidak langsung pulang.

Seharusnya pukul enam aku sudah berdiri di halte bus tapi bahkan sekarang aku masih berdiri di depan pintu toilet.

Pikiran ku kembali melayang pada sosok yang baru saja membuatku kecewa sekaligus membuatku merasa bersalah, aku tidak tau siapa sebenarnya yang bersalah. Aku yakin dia pasti merasa sangat bersalah padaku, begitu pun denganku. Aku sudah jelas bersalah padanya, aku egois, kenapa aku menyuruhnya berjanji. Tidak ada yang tau dengan takdir bukan, entah siapa yang harus pergi duluan.

Sampai saat ini aku masih tidak mengerti tentang perihal kata 'pergi' yang di maksud, 'pergi' bukan berarti hanya untuk kata pengganti dari 'meninggal' kan?

Sebenarnya pagi ini aku ingin menemuinya dan meminta maaf berhubung kami akan bertemu di bus, tapi sepertinya tidak untuk pagi ini. Mungkin nanti aku akan berangkat menggunakan taksi ke sekolah.

Aku merindukannya, rindu dengan sikap dingin dan dewasanya. Tapi tidak dengan pembahasan perihal 'pergi' yang berujung bertengkaran?

Apakah kami baru saja bertengkar?

Aku tidak tau.

•••

Annalice datang menghampiriku yang sedang duduk di tepi lapangan bersama beberapa siswi untuk berteduh, sekarang sedang jam pelajaran olahraga.

"Kamu punya.. Boyfriend?" ucapnya tanpa basa-basi setelah duduk di antara diriku dan siswi bernama lea, sontak pertanyaannya mengundang perhatian beberapa siswi di dekat kami. Aku mengangkat sebelah alis, terkejut atas pertanyaannya.

"Siapa?" hanya kata itu yang keluar dari mulutku, "ku lihat beberapa hari sebelum kamu tidak masuk sekolah, aku melihat kamu sedang menaiki sepeda bersama seorang anak lelaki sepulang sekolah"

Sontak ucapannya membuatku terbatuk, kenapa dia harus melihatnya? Bahkan aku tidak melihat keberadaan Annalice saat bersepeda bersama.. atlas.

"Azura pacaran dengan Jay, ya?" Lea datang dan ikut bergabung dengan percakapan kami, bahkan siswi lainnya pun ikut mendekat, aku baru tau sifat kepo mereka sama dengan teman-temanku di kota dulu.

Untuk kedua kalinya aku terbatuk hebat, bagaimana bisa mereka mengira lelaki yang di maksud Ann's adalah Jay? Apa hubungannya dengan anak itu. Apa lagi sekarang-- Jay-- yang merasa nama nya di sebut menoleh--menghentikan aktivitasnya yang sedang bermain basket.

Aku harus mengklarifikasinya.

"Tapi kan Jay dekat dengan Ann's" timpal gadis lain.

"Tidak!" Ann's berteriak kencang, sontak membuat kami terdiam. Dia malu atau memang dia tidak suka dengan Jay dan harus mengklarifikasinya sama sepertiku?

Gadis itu menoleh kembali menatapku dengan netra coklatnya, jari telunjuknya terangkat tepat berada di antara dua mataku. "Jawab Azura.. Kamu punya pacar?"

"Tidak! Aku tidak punya pacar! Dia hanya.. Sahabatku" ucapku pelan saat kalimat terakhir itu keluar.

Lea mendekat dan menggandeng tangan kananku erat "nanti Jay nya marah loh kalo kamu cuma anggap dia sahabat" ucap gadis itu dengan nada memelas, aku jijik dengan kalimatnya. Mereka masih salah faham!

"Dia bukan Jay, lelaki itu tidak sekolah disini" ucapku sedikit pelan, kenapa aku jadi si interogasi seperti ini sih!?

"Dia memang bukan Jay, jadi.. Siapa lelaki itu?" Ann's bertanya setelah terdiam cukup lama.

Aku memandang siswi di hadapanku serta Ann's dan Lea yang berada di kedua sisiku--secara intens, aku tidak mau memberi tau identitas Atlas secara cuma-cuma. Hanya aku yang boleh mengenalinya!

"Rahasia" aku menaikkan sebelah alis dengan satu sisi bibir terangkat, semua nya menatapku kesal. "Aku yakin dia pacarmu, sampai-sampai kamu tidak mau memberi tau kami tentangnya" Annalice berucap heboh yang membuat satu tanganku--yang terbebas dari pelukan Lea-- terangkat untuk menutup mulut gadis itu.

"Tidak dia sahabatku, jadi kalian jangan salah faham lagi ya.." aku melirik Jay yang masih terus menperhatikan percakapan kami, hanya aku yang menyadari keberadaannya. Aku harap dia juga tidak salah faham, aku tidak menyukai Jay dan aku tidak berpacaran dengan.. Atlas?

Huh, terdengar lucu mendengar kalimat-- Aku? Berpacaran dengan Atlas?

Tidak, tidak

Bahkan sekarang permasalahan kami belum selesai, aku belum menemuinya untuk meminta maaf.

Apakah dia akan marah dengan tingkah kurang ajarku semalam yang jelas-jelas sangat tidak berterima kasih karna seharian lelaki itu sudah merawatku hingga aku sembuh.

Sepertinya para gadis di hadapanku ini tidak mengetahui tentang kepergian ibuku, termasuk Annalice.

Karna sedari tadi tidak ada yang mengucapkan berduka cita kepadaku, tapi aku tidak mungkin memberi tau itu pada mereka. Aku seperti mengemis rasa kasihan.


Nah loh..

Azura pacaran sama Atlas 😂

gak lah.. ini ceritanya tentang bersahabatan, gak ada cinta cintaan!

Azura 🪶

Universe SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang