Happy Reading~
Jangan lupa kasih Saguna bintang ⭐ karena itu sangat berarti ^^
Terima kasih ya sudah baca cerita ini 🙏💗
••••
Saguna mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Guru yang mengajar dan semua murid di kelas itu menoleh ke arah pintu. Jarvis dan Darel tampak tersenyum saat mengetahui Saguna telah sadar serta bisa kembali ke kelas.
“Maaf, Pak. Saya tadi habis dari UKS,” ujar Saguna berusaha memberikan penjelasan.
“Iya, Bapak sudah tau. Silakan masuk dan duduk di kursimu!”
Saguna mengangguk, kemudian menyeret langkah perlahan menuju mejanya dan Jarvis.
“Gimana, Gun. Udah baikkan?” tanya Darel saat Saguna sampai di kursinya.
“Lo kenapa nggak diem di UKS aja sih? Muka lo masih pucet tuh,” tanya Jarvis yang juga khawatir.
“Gue nggak apa-apa, guys.”
“Ayo kembali perhatikan ini.” Guru Geografi itu mengetuk papan tulis dengan mistar panjangnya. Semua murid termasuk Saguna menatap ke tujuan yang sama.
Darel dan Jarvis terpaksa menunda rasa penasaran mereka terhadap Saguna. Tidak hanya kedua cowok itu saja yang mengkhawatirkan Saguna, tetapi juga Dania. Dari tempat gadis itu duduk, ia sedari tadi tidak lepas memandang Saguna.
Akhirnya pelajaran pun selesai. Bel istirahat telah berbunyi kembali. Guru yang mengajar juga pergi meninggalkan kelas.
“Lo serius udah nggak apa-apa?” Tanya Jarvis yang sudah menatap Saguna.
Darel menjulurkan badan ke depan, “Lo kenapa bisa pingsan? Apa yang lo rasain sebelum pingsan, Gun?”
Saguna sampai bingung harus menjawab pertanyaan yang mana dulu. Kedua sahabatnya menyerbu dengan banyak pertanyaan sedari tadi.
“Lo nggak apa-apa, Gun?”
Baru juga akan menjawab pertanyaan Jarvis dan Darel, tiba-tiba saja Dania sudah ada di sebelah Saguna. Gadis itu datang bersama Laya.
Saguna menghela napas panjang. Ia menatap mereka yang sekarang mengerubunginya.
“Gue nggak apa-apa. Sekarang gue udah lebih baik, guys. Kayaknya gue cuma kecapekan. Kalian nggak perlu khawatir berlebihan begitu,” jelas Saguna dengan tenang.
“Gimana nggak khawatir? Mendadak Darel dateng ke kelas terus kasih tau gue kalau lo pingsan, tapi gue nggak bisa ke sana karena bel masuk keburu bunyi. Gue dari tadi ke pikiran terus.”
Mendengar pengakuan Dania membuat Saguna terdiam. Saguna menarik kedua sudut bibirnya. Ia bergantian menatap teman-temannya itu.
“Sekarang gue udah baik-baik aja. Sedikit pusing sih, tapi gue rasa juga sebentar lagi hilang. Gue beneran nggak apa-apa.” Terakhir Saguna tersenyum pada Dania.
Wajah cemas Dania perlahan memudar. Ia ikut senang kalau Saguna sudah lebih baik dari sebelumnya.
“Kalau gitu ayo kita ke kantin!” ajak Jarvis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum dari Saguna
Novela Juvenil"Kalau keinginan terbesar lo apa?" "Gue cuma mau membuat semua orang yang gue sayang selalu tersenyum. Jadi alasan untuk mereka bahagia. Gue rasa itu hal paling membahagiakan di dunia." ... Hanya kisah seorang pemuda yang berusaha meninggalkan kena...