05. Sang Tuan

373 53 6
                                    

Terkutuklah si Justin, sekarang tangan dan kaki Haruto di rantai yang membuat ia tak bisa kemana mana. Terlebih di kamar ini tidak ada yang bisa Haruto lakukan selain berbaring di atas tempat tidur yang empuk.

Tak lama ia mendengar suara teriakan wanita dari luar

"Lepaskan aku! Bukannya aku sudah di gantikan oleh kak Haru?" Danielle yang baru saja di pulangkan dari pelayanan kesehatan di bawa paksa oleh bawahan Justin.

"Itu bisa kau tanyakan ke bos kami."

Danielle di tarik kembali oleh anak buah Justin dengan pasrah, pun dia percuma jika Danielle memberontak. Kaki dia belum sepenuhnya pulih dan tenaga Danielle sudah banyak yang terkuras.

Ah iya, Danielle. Haruto kembali merasa bersalah akan perbuatannya, harusnya ia tidak mengabulkan keinginan Kevin waktu itu. Tapi sejenak Haruto berpikir tentang nyawa ibunya yang menjadi korban jika ia membangkang. Nah, pemuda Watanabe itu teringat dengan ibunya.

Bagaimana kabar ibunya? Semoga beliau baik-baik saja...

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Sekarang pukul 8 malam, dimana bangunan tempat tinggal yang megah itu mulai di perketat penjagaannya. Di takutkan penyusup datang di malam hari.

Haruto yang baru saja membersihkan dirinya-dengan paksaan maid- terduduk di atas sofa dengan mata menghadap ke arah jendela dengan tatapan kosongnya.

Soal rantai yang membatasi pergerakannya tadi sudah di lepaskan oleh kedua maid itu.

Kepalanya yang basah kini sedang di keringkan oleh maid dengan menggunakan handuk.

Bukannya manja, Haruto tak ingin melakukan apapun selain memikirkan cara untuk kabur dari sini.

Ceklek

"Tuan Justin." Sapa salah satu maid yang tadi menuangkan teh ke gelas untuk Haruto kini membungkukkan tubuhnya, juga maid satunya yang mengeringkan rambut Haruto tadi.

"Kalian berdua boleh pergi." Tanpa berlama-lama keduanya langsung pergi dengan sopan.

Haruto tahu jika sang Tuan sudah pulang, namun ia memilih menghiraukannya dan tetap memandang keluar.

Kepala Haruto di paksa melihat ke arahnya, yang mana sang Tuan menatapnya dengan senyum penuh kemenangan. Seperti mendapatkan sesuatu yang sudah lama ia inginkan.

"Kitten, belum mau tidur?" Tanya Justin berusaha hangat ke makhluk kurus itu.

Ah kitten-nya sangat manis malam ini, menggunakan pakaian tidurnya dengan warna yang sangat cocok dengan warna kulitnya. Rambut yang beracak karena belum sempat di rapihkan oleh maid tadi juga mata yang menatap sayu membuat Justin ingin menerkamnya.

Haruto menepis pelan tangan yang ada di rahangnya "Aku ingin pulang."

"Ini rumahmu sekarang, dan kau sudah menjadi budak ku maka dari itu kau tidak boleh pulang ke rumah ibumu."

Mendengar itu mata bulat itu menjadi berkaca-kaca, kemudian ia menundukkan kepalanya dan menggigit bibir bawahnya.

Bagaimana dengan ibunya yang sedang menunggunya di rumah? Siapa yang akan mengajak ibunya makan malam selain dirinya?

"Jika kau patuh padaku, maka akan aku pulangkan ke rumah ibumu"

Ia langsung mendongakkan kepalanya dengan mata yang berbinar, Haruto mengangguk kepalanya sambil berkata

"B-baik, aku akan tunduk padamu asal aku pulang"

Tangan Justin mengusakkan kepala Haruto dengan gemas. Lalu mengangkat tubuh itu untuk di pindahkan ke tempat tidur dan merebahkan tubuhnya sendiri di sampingnya. Di kecupnya pipi kiri itu yang menimbulkan tatapan bingung dari si manis.

"Aku Tuanmu sekarang, aku berhak melakukan apa saja kepada budak ku ini" Justin berkata seolah mengetahui isi pikiran si pria manis.

Haruto sedikit sedih saat Justin menyebut dirinya 'budak' namun apalah daya dia tidak bisa protes, memang benar-benar menyedihkan menjadi seorang budak.

"Benar, engkau sekarang pemilik tubuh ini" Suara Haruto langsung memelan di akhir dan langsung menenggelamkan wajahnya di dada sang Tuan tanpa sadar.

Sejujurnya ia mengatakan itu karena terpaksa

Justin terkekeh dengan tingkah anak ini, kemudian memeluk tubuh itu dan mengarahkan bibir nya ke telinga Haruto

"Panggil aku Jeongwoo atau Jeo saat kita berdua, dan panggil aku Justin saat berada di keramaian."

Mendapat anggukan dari Haruto, Jeongwoo pun mengecup pucuk kepala itu dengan senyum tipisnya kemudian mengeratkan pelukannya.

"Ayo tidur, aku ngantuk" Ujar Haruto dengan suara yang teredam karena ia berada di dada bidang Jeongwoo

"Oke oke good night babe, tidur yang nyenyak"

Merasa Haruto sudah lelap di alam mimpinya, Jeongwoo melepaskan pelukannya secara perlahan agar anak itu tidak terbangun.

Kemudian ia duduk di pinggiran tempat tidur, dan mengambil ponsel untuk menelpon seseorang.

"Kenapa bro, butuh bantuan?"

"Habisi nyawa gadis di tempat ku, atas nama Danielle Marsh" Tanpa menunggu jawaban dari arah sana, Jeongwoo langsung menutup telpon itu dan melempar ponsel itu ke atas tempat tidur.

Lalu ia berdiri dan melipat tangan kemeja kerjanya hingga ke siku, kemudian di taruh nya kedua tangan itu di saku celana.

Pandangannya fokus ke Haruto yang sedang terlelap

Alisnya bertautan saat memikirkan bagaimana caranya agar Haruto tetap berada di sisinya, terlebih anak itu sepertinya sangat khawatir dengan ibunya.

Haruto sudah masuk ke kehidupannya sejak dulu, dan tak bisa keluar begitu saja. Katakanlah jika Jeongwoo memang gila karena sangat terobsesi dengan Haruto.








---
TBC

Menurut kalian, chapter ini pas ga? Aku nanya ini takut nya beberapa dari kalian ada yang gumoh atau kurang puas.

Dengan kalian vote book ini, membuat aku makin semangat nulis juga semakin rajin memperbaiki gaya penulisannya ku. Dan itu sebagai bentuk readers menghargai author.

Dan terimakasih juga yang sudah membaca book ini, maafin aku ya yang jarang up.

DustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang