7. Tequila

389 50 18
                                    

Lisa mengetuk pintu menggunakan kaki, karena tangannya dan tangan Chaeyoung terisi oleh nampan yang memuat makanan.

Chaeyoung dan Lisa harap Jisoo-lah yang akan membukakan pintu, sebab kalau sampai Jennie, kemungkinan besar mereka akan langsung ditolak.

Chaeyoung dan Lisa bertatap muka dengan Jennie begitu pintu terbuka. Wajah Jennie tidak perlu dipertanyakan seberapa juteknya. Lisa yang merasa dirinya sebagai pemicu keributan pagi ini menunduk bersiap meminta maaf.

"Jennie unnie--"

"Masuk saja dulu, Chaeyoung-ah, Lisa-ya." Itu suara Jisoo yang turut hadir di muka pintu. Tidak mungkin kalimat Jennie bisa menjadi selembut itu setelah yang terjadi di meja makan.

"Jendeukie, senyum sedikit, kau membuat mereka takut."

Dengan sedikit mendorong Jennie agar menyingkir dari tengah pintu, Jisoo mempersilahkan Chaeyoung dan Lisa masuk dengan tersenyum pada mereka.

"Kalau begitu aku saja yang keluar."

Jisoo menahan Jennie agar menetap. "Jendeukie ...."

Jennie sengaja berdecak begitu keras sampai Chaeyoung dan Lisa bisa mendengarnya. Pasti Jennie merasa sangat terpaksa berada satu kamar dengan mereka berdua seperti sekarang.

Chaeyoung dan Lisa menaruh nampan itu di atas meja sofa. Jennie memandang tak percaya pada Chaeyoung dan Lisa yang justru memilih duduk di sofa daripada langsung pergi.

"Sepertinya kalian lupa membawa air minum. Chaeyoung-ah, bisa tolong ambilkan di kulkas itu?"

Chaeyoung menuju kulkas sesuai permintaan Jisoo. Jennie tidak butuh berada di sana. Dia mengambil nampan berisi makanan untuknya lalu pergi ke balkon.

Jisoo dan Lisa hanya menatap kepergian Jennie. Jisoo merasa memang sangat sulit mengatur Jennie.

Chaeyoung membawa dua botol air mineral dan agak bingung hingga dia melihat Jennie di balkon. Jisoo menerima sebotol air yang Chaeyoung ulurkan. Chaeyoung duduk di samping Lisa bersama satu botol yang seharusnya untuk Jennie.

"Apa wajahnya memang selalu seperti itu? Bagaimana cara Unnie bertahan?"

"Jennie?" Jisoo tersenyum geli begitu mendapat anggukan dari Lisa. "Jangan memikirkan harga dirimu saat di depannya. Harga diri Jennie setinggi langit. Kalau kalian juga memikirkan gengsi kalian maka yang terjadi ya seperti ini selamanya. Jennie memang selalu angkuh, seperti sekarang ini, tapi saat dia telah memberikan tempat untuk orang lain di hatinya, dia akan menjadi orang yang sangat berbeda."

"Karena Unnie kembarannya, maka aku percaya." Lisa mengambil botol dari tangan Chaeyoung, berniat menghampiri Jennie.

Chaeyoung membiarkan Lisa pergi sendiri, kini memandang secara penuh pada Jisoo yang sedang makan.

"Apa wajahku terlihat seperti orang jahat? Kenapa menatapku sampai begitu?"

Chaeyoung menggeleng. "Tidak, tapi Unnie, bagaimana orang dengan wajah selembut ini bisa memiliki tequila di kulkasnya?"

Jisoo berhenti mengunyah, wajahnya kaku menatap Chaeyoung.

"Aku tidak akan percaya kalau Unnie yang meminumnya. Apa itu milik Jennie unnie?" Kalimat terakhir Chaeyoung lebih terdengar seperti bisikan.

"Iya, kadang aku juga kesulitan dalam menghadapi Jennie. Aku akan sangat senang kalau Chaeyoungie membantuku dengan tutup mulut."

Chaeyoung tertawa mendengarnya. Jisoo menatapnya aneh. Chaeyoung memang tertawa, tapi rasanya itu hanya tawa yang kosong.

Tawa Chaeyoung yang memang hanya dibuat-buat berhenti dan menatap Jisoo dengan serius. "Buatkan waktu di mana kita berempat bisa pergi bersama, maka rahasia Unnie akan aman bersamaku."

"Kesempatan yang bagus untuk meminta sesuatu yang bagus. Akan kuatur, tenang saja."

Chaeyoung mencium pipi Jisoo terlampau gemas padanya. Bibir Chaeyoung bertahan di dekat telinga Jisoo. "Aku juga mau mencoba tequila itu." Chaeyoung duduk kembali di tempatnya menanti balasan dari Jisoo.

"Kita bisa mati kalau Appa dan Eomma sampai tau. Tunggu sampai umur kita genap dua puluh tahun, aku akan mengajakmu ke bar dan kau boleh minum sepuasnya di sana."

"Janji?"

"Ya, tentu saja."

Lisa menaruh sebotol air itu di meja lalu duduk di depan Jennie. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Jennie ingin tetap diam dan bersikap tidak peduli. Sedangkan Lisa hanya ingin menatapnya.

Dalam jarak fisik dan hati mereka yang sekarang ini, Lisa memang hanya melihat Jennie yang pemarah dan jual mahal. Lisa harap dia bisa segera melihat sisi lain dari Jennie yang sempat Jisoo bicarakan tadi.

"Kenapa? Apa salah kalau aku makan?"

"Tidak."

"Maka berpalinglah, kau membuatku tidak nyaman."

"Sebenarnya aku ingin minta maaf soal yang tadi. Boleh aku menciummu sebagai permintaan maaf?"

Jennie lanjut memakan makanannya tanpa menggubris permintaan konyol Lisa.

"Maksudku ... Unnie tidak pergi dan masih duduk di depanku, bukankah itu artinya Unnie sudah merasa nyaman bersamaku? Mungkin lain kali kita bisa duduk bersama sambil menikmati pemandangan malam kota dari bukit."

"Apa kau sudah gila? Jika sudah selesai pergi dari kamarku."

Lisa menarik nafas panjang pelan-pelan. Jennie memang sulit untuk ditarik dan dibuka hatinya. Dalam diri orang seperti itu, Lisa yakin sebenarnya begitu lembut hati Jennie.

Mereka berdua adalah saudari sekarang, meski hanya saudari tiri. Lisa rasa alasan itu saja cukup untuk meyakinkan dirinya bahwa suatu saat Jennie pasti akan menciumnya bahkan tanpa perlu Lisa meminta.

"Untuk saat ini biar aku saja yang menciummu." Lisa mencium pipi Jennie begitu singkat lalu melarikan diri dari hadapan Jennie.

Jennie hanya diam di tempat duduknya, bahkan tidak menoleh pada Lisa yang sudah pergi dari hadapannya.

"Dasar ... kurang ajar." Jennie menolak mengakui bahwa sebenarnya dia baru saja merasa ragu untuk mengatai Lisa kurang ajar.

Jennie menolak sadar bahwa dia telah berbuat salah karena telah dengan terang-terangan menunjukkan dirinya begitu tidak suka pada Chaeyoung dan Lisa. Jennie tidak salah ingat. Chaeyoung dan Lisa masih mau mendekati dan bersikap baik padanya meski Jennie selalu berusaha menyakiti hati mereka.

Jennie memegang pipinya yang baru dicium Lisa. Kenapa Lisa masih mau mencium orang yang selalu menyakiti hatinya?


 Kenapa Lisa masih mau mencium orang yang selalu menyakiti hatinya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang