29. ᴄɪɴᴛᴀ ᴛᴇʀʟᴀʀᴀɴɢ

1 0 0
                                    

"Sesuatu yang berharga sedang menunggu untuk di cari"

"Dahulu kala ada seorang pria bernama Louis Penthover, ia adalah seorang ilmuan astronomi. Hari-harinya ia habiskan untuk mengamati serta meneliti bintang dan benda luar angkasa, malam itu ia sedang berada di balkon tempat ia melakukan penelitian. Dengan menggunakan teleskop pria itu menjelajah luar angkasa, ada sebuah bintang yang membuatnya tertarik, bintang paling terang yang pernah ia lihat"

"Tujuh hari barturut-turut ia selalu mengamati bintang itu, namun di hari ke delapan bintang itu hilang. Tidak mungkinkan bintang dapat bergerak dan berpindah tempat?

"Ia mencari berkas tentang jenis-jenis bintang, namun tak ada satu pun jenis bintang yang persis dengan bintang yang ia lihat kala itu. Apa kamu tau kemana perginya bintang itu?"

Aku menggeleng, masih mendengarkan cerita Atlas dengan seksama.

"Dia sudah kembali ke tempat asalnya, dia adalah malaikat yang di kutuk menjadi bintang, sebab.. Ia telah melanggar hukum alam, malaikat itu telah jatuh cinta pada seorang manusia" dua kalimat terakhir di ucapkan lelaki itu dengan sangat pelan, ku pikir dia sangat menghayati cerita nya. Tapi, aku seperti merasa dia benar-benar tidak sanggup mengucapkan kalimat itu.

Atlas kembali membuka suaranya setelah terdiam sejenak "manusia yang malaikat itu cintai adalah seorang Louis Penthover. Bintang itu telah menghilang di hari ke delapan sebab kutukannya telah di cabut, Malaikat itu tidak lagi mencintai Louis"

"Saat malam ke tujuh, ia melihat dari atas langit, Louis sedang membawa seorang wanita ke atas balkon tempat pria itu mengamati bintang. Louis mengajaknya untuk melihat bintang paling terang itu, itu adalah Malaikat terkutuk. Sang Malaikatpun merasa cemburu dan murka, ia rela di kutuk demi seorang pria bermana Louis itu. Tapi malangnya Louis malah menghianati Malaikat, rasa cintanya lenyap dan tak lagi mencintai pria itu."

"Setelahnya ia bersumpah atas semua kesalahannya, bahwa ia tidak lagi mencintai manusia, maka darinya kutukan itu di cabut."

Aku termenung mendengar ceritanya, carita itu berakhir dengan malang. Kisah cinta terlarang yang hanya sebelah pihak, kemudian di hianati setelah rela di kutuk demi seorang manusia.

Hatiku rasanya seperti berdenyut kencang, sesuatu yang mengguncang seperti terjadi gempa dadakan. Apa lagi saat aku menoleh menatap Atlas yang menengadahkan kepalanya ke atas sambil memejamkan mata, ada sesuatu tersirat dalam benakku, tapi aku tidak tau itu apa.

"Itu kisah yang nyata atau.." aku memberanikan bertanya setelah kesunyian melanda kami berdua. Lelaki itu menoleh sembari tersenyum "entahlah, jika di bilang 'ya' rasanya tidak mungkin. Tapi jika 'tidak' semua itu rasanya benar-benar nyata" setelah mengatakannya lelaki itu menunduk dan menghela nafas panjang.

Posisinya sekarang sedang duduk persandar pada batang pohon yang besar, aku memainkan rerumputan berusaha mengalihkan perhatianku. Langit sudah gelap sejak tadi, memperlihatkan taburan bintang yang indah seperti springkel di atas cupcake.

Bedanya langit dan bintang jauh lebih indah.

"Atlas" aku menoleh menatap anak itu yang ternyata tengah memperhatikan ku, netra galaksi nya tidak pernah gagal menarik perhatianku. Selalu ada siluet cahaya di matanya, apa lagi saat ke adaan gelap seperti sekarang.

Malam ini benar-benar indah.

"Mata kamu indah" apa lelaki itu bisa membaca pikiranku? dia seperti mewakilkan sesuatu yang ingin ku ucapkan sedari dulu.

Aku terdiam seribu bahasa. Tunggu, apa yang baru saja lelaki itu katakan? Dia memuji mataku? Justru matanya lah yang seharusnya ia kagumi, mata indah berkilau dengan warna campuran antara ungu, coklat, dan biru tua.

Persis seperti galaksi.

Atlas terkekeh setelahnya, aku tidak bisa menyembunyikan wajah merah padam ku. Ini memalukan!

"Kenapa?" suaranya terpotong-potong karna sedang tertawa, bahkan matanya sampai berair.

"Kamu sedang mengerjaiku?!" aku membuang muka dan menyilangkan kedua tangan, kenapa sifatnya bisa berubah-ubah sih? Tadi dia bersifat tenang dan dingin, tapi sekarang menjadi usil dan sangat menyebalkan. Huh

Atlas menepuk pundak ku pelan, sebelah tangannya memegang perut masih tak kuat menahan tawa. Sebenarnya dia kenapa?

"Ayo pulang, sudah malam" anak itu berdiri terlebih dahulu kemudian mengulurkan tangannya hendak membantuku berdiri, tapi dengan malangnya tangan itu menganggur dan hanya mengambang di udara. Aku menolaknya mentah-mentah.

"Mau ku ajarkan naik sepeda?" Atlas bertanya setelah tiba di samping sepeda menyusul diriku yang sudah sampai duluan, "katanya sudah malam" ucapku ketus.

"Siapa yang bilang sekarang?" sungguh, aku benar-benar kesal padanya. Aku mencubit tangannya sambil menghembuskan nafas kasar, ia hanya terkekeh geli dan menaiki sepedanya mengantarkanku pada stasiun kereta.

Ya, mungkin aku harus menaiki kereta api saja. Itu lebih aman, dari pada harus di culik supir taksi berhubung sekarang sudah malam hari.

"Kamu gak ikut naik kereta?" aku bertanya setelah turun dari atas sepeda.

"Rumahku kan tidak terlalu jauh, bisa pakai sepeda" aku mengangguk menanggapi, dan segera pergi menuju stasiun sembari melambaikan tangan.

Hari ini sangat menyenangkan. Bukan, bukan hanya hari ini.

Hari-hari ku bersama Atlas selalu menyenangkan.

★•°

Azura 🧁

Universe SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang