chapter 16

117 12 2
                                    

Apa kau mau kakak ku mati hanya karena menuruti keegoisan mu, Yoongi-ssi?!

- Kim Yeon Jae -
.
.
.


Rumah sakit jiwa Jeongsan Seoul

" HYUNG!"

plak

" Yoongi-ah...", Sejin terperangah sedangkan Tae Hyung, pria itu mematung sambil memegang pipinya memerah.

Setitik air mata mengalir dari pelupuk matanya. Rasa panas di pipi nya dan perih di hatinya, lengkap sudah. Tamparan Yoongi tidak main-main sakitnya.

Yoongi menyadari bahwa ia keterlaluan pun kikuk. Tangannya terarah untuk menyentuh pundak Tae Hyung.

" Tae Hyung-ah...", Sontak Tae Hyung menatap Yoongi tajam. Tersirat kekecewaan dari matanya. Ia pun menepis tangan Yoongi dengan kasar.

" JAUHI AKU! AKU MEMBENCI MU!"

Deg

Dunia Yoongi serasa runtuh begitu saja. Setelah ia kehilangan pilarnya, pilar satu-satunya yang ia miliki sekarang retak.

Yoongi tertegun, kata-kata itu berhasil membuat nya jatuh untuk sekian kalinya dalam jurang penyesalan.

" Kau jahat Hyung! Hiks... Kau menampar ku"

" Tae... Aku-"

" Pergi... Hiks... Ku bilang pergi!"

"PERGI!!!", Yoongi terdiam sejenak, Tae Hyung dengan bahu naik turun perlahan meluruh ke bawah. Ia pun menangis sambil memeluk kedua lututnya.

Yoongi masih tertegun, air matanya mengalir begitu saja. Pilarnya sekarang retak, Tae Hyung membencinya.

Seketika Yoongi memundurkan tubuhnya, entah kenapa ia merasa ia kehilangan pijakan nya.

" Yoongi...", Sontak sejin menangkap Yoongi. Yoongi masih diam di sana menatap taehyung dengan tatapan kosong.

Melihat itu, spontan sejin menarik Yoongi menjauh. Merasa ada pergerakan,yoongi tersentak menatap sejin linglung.

" Hyung... Aku-"

" Biarkan Tae Hyung tenang dulu, Yoon", Yoongi menurut, sebelum pergi ia menoleh ke belakang melihat Tae Hyung.

Tae.. Hyung pergi dulu

Sejin menarik Yoongi menjauh, kini mereka berada di depan pintu kamar. Tiba-tiba sejin dibuat kaget karena Yoongi hampir limbung ke depan.

" Yoongi... Ada apa?!", Yoongi menutup matanya rapat sambil menggeleng kepalanya pelan. Ia mengernyit sambil memegang dadanya nyeri.

Sejin membawa pria itu duduk, Yoongi menyandarkan tubuhnya dengan kepala mendongak ke atas. Mata nya masih menutup erat bersamaan keringat dingin mengucur deras dari dahinya.

Sejin buru-buru mengeluarkan obat penahan sakit milik Yoongi untuk di minum. Setelah beberapa menit berangsur-angsur nyeri itu mereda, Yoongi mengatur pernafasannya yang masih terasa sesak. Melihat itu sejin menjadi khawatir.

" Kita ke rumah sakit saja ya Yoon", ujar sejin khawatir. Ia takut Yoongi kambuh dan berakhir seperti yang dulu-dulu namun Yoongi menggeleng kepalanya pelan dengan nafas yang masih tersengal-sengal.

" Tidak Hyung...hah... Aku... Baik-baik saja sekarang"

" Boleh kita ke dorm bentar Hyung? Aku ingin beristirahat di sana", lirih Yoongi lemah masih menutup matanya. Sejin tidak tega pun mengiyakan permintaan Yoongi.

" Baiklah, kajja ( ayo )", sejin membantu Yoongi untuk bangkit dan berjalan menyusuri koridor itu.

Yoongi tertegun, kata-kata Tae Hyung masih bergema di telinganya beberapa kali. Rasa bersalah kembali menghantuinya, melihat kondisi Tae Hyung sekarang menyadarkan dia bahwa ia gagal menjadi Hyung yang baik untuk pria itu.

Back to Home [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang