Inara, Dafa, dan kedua keluarga mereka sedang berada di Bandara. Hari ini merupakan hari keberangkatan Valdi ke Italia untuk menjalin kerjasama internasional dengan pemilik perusahaan XC'Company yang merupakan perusahaan terbesar di dunia. Tidak banyak perusahaan yang bisa bekerja dengan XC'Company karena ketatnya peraturan dan seleksi. Serta, tidak banyak yang berani berurusan dengan pemilik perusahaan besar itu.
"Papa hati-hati disana ya, jaga kesehatan." Ujar Ariana setelah memeluk suaminya singkat.
"Mama juga. Mulai hari ini mama tinggal bareng Dafa dan Inara, jangan membuat ulah disana." Nasihat Valdi sambil menatap istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Pasti, pa." Jawab Ariana tersenyum tipis.
"Jaga kesehatan pa." Kata Dafa.
"Ya, kamu jaga istrimu baik-baik." Kata Valdi kemudian menepuk pelan bahu Dafa beberapa kali.
Setelah berpamitan dengan keluarganya, menantu, serta sahabatnya, Valdi langsung bergegas masuk ke bandara karena meraka semua hanya mengantar di depan bandara saja.
"Nara, kami pamit dulu." Kata Hendra tersenyum simpul sambil mengelus kepala Inara yang tertutup hijab panjang.
"Iya yah, kalian hati-hati." Jawab Inara.
"Mbak Ariana, Dafa, kami pamit dulu. Dafa jaga baik-baik Inara." Ucap Arumi.
Ariana memandang sinis Arumi dan keluarganya. Wanita itu mengangguk singkat saja.
"Iya yah, bunda, Lia kalian hati-hati." Kata Dafa.
Hendra mengangguk singkat saat menatap Ariana. Dari awal, Hendra sangat tidak kenyukai Ariana. Tatapan wanita itu selalu saja sinis dan merendahkan saat menatap keluarga mereka. Bohong bila Hendra tidak khawatir meninggalkan putri sulungnya bersama Dafa dan Ariana.
Selepas kepergian keluarga Inara, Ariana langsung berjalan ke mobil.
"Ayo pulang, mama udah kepanasan!"
***
Satu minggu Valdi telah meninggalkan negara kelahirannya demi menjalin kerjasama perusahaan. Sudah satu minggu pula Ariana tinggal di rumah anak dan menantunya. Selama itu, kerap kali Ariana berlaku seenaknya saja. Ia juga sering memperlakukan Inara seperti pembantu di rumah itu.
Seperti siang ini, Ariana sengaja mengajak Inara ke mall. Bukan untuk berbelanja bersama namun Inara dijadikan selayaknya babu oleh Ariana. Lihatlah betapa kesusahannya wanita itu membawa paper bag berisi belanjaan Ariana yang sangat banyak.
"Cepat dong! Lelet banget sih." Ketus Ariana yang berjalan di depan sedangkan Inara mengikuti langkah wanita itu di belakang.
"Ma, sebentar. Inara cape ma." Inara berjalan lesu. Kakinya sudah tidak kuat lagi menahan bobot tubuhnya setelah 3 jam berkeliling di dalam mall yang sangat luas dengan paper bag berat ditangannya.
Ariana berhenti kemudian berbalik menatap wajah Inara yang bersimbah keringat, bahkan wajah Inara sudah memerah karena kegerahan.
"Kamu berani membantah saya?" Tanya Ariana dengan nada renda.
"Bukan begitu ma, Inar..."
"Tante Ariana?" Perkataan Inara terpotong dengan kehadiran seorang perempuan cantik di dekat mereka. Baik Ariana maupun Inara langsung menoleh ke sumber suara.
"Kamu?" Ariana menatap perempuan itu bingung. Ia seperti mengenal perempuan itu tapi dimana?"
"Tante masih ingat aku? Aku Zanna Auristela." Kata Zanna antusias.
Mata Ariana dan Inara sama-sama terbelalak. Di depan mereka ini adalah seorang model terkenal yang sedang naik daun, apalagi setelah potret cantiknya yang bekerja sama dengan Atmaja Group tersebar semakin membuat nama Zanna familiar di telinga orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Jendela Hati
RomanceTidak ada yang tau kapan penyesalan datang. Juga, tidak ada yang tau kapan rasa percaya runtuh akibat pengkhianatan dari orang terdekat. 2 tahun telah mengabdikan diri pada sang suami, tidak pernah Inara sangka jika kepercayaannya dihancurkan begitu...