Bab 3

9 0 0
                                    

Malam itu dia terlihat murung, pikirannya kacau tidak focus terlihat dari tatapan kosong dimatanya ketika kita sedang berbicara.

" Kamu kenapa? " tanyaku.

" gapapa kok " sahut dia.

" ada apa? Cerita sama aku kamu kenapa " ucapku.

" maaf kalau udah nyusahin kamu " ucapnya.

" hah??? Nyusahin apanya? Engga kok aku ga merasa susah " jawabku.

" aku gamau sakit lagi, aku gamau nyakitin kamu, kamu piker baik-baik piker dengan perasaan tenang matang-matang " jelasnya.

" why u say that? " tanyaku.

" aku takut perasan ini tambah dalam yang bisa menyakiti kamu dikemudian hari " ucapnya.

Ga peduli pandangan orang lain tentang aku dan kamu, yang penting perasaan ini nyata untuk mu, aku udah pikir baik-baik, you're the last for me and I will be the last for u babe " jelasku.

" aku tau kamu ga sengaja, kalau mau pergi gapapa pergi dari sekarang daripada semakin dalam semakin sakit nanti perasaanmu " ucapnya.

Dia berbicara dengan tatapan kosong dan kulihat airmata yang ada di kelopaknya sudah hampir penuh dan hampir tumpah, dengan cepat kupeluk erat dirinya dan seketika airmata yang mahal itu jatuh membasahi pipi didalam pelukanku.

Aku berhasil membuatnya tenang, setelah merasa tenang aku pun mengajaknya untuk pulang karena waktu sudah melewati tengah malam seperti biasa aku mengantarkan dia ke depan gang kost dan aku tunggu dia beberapa lama untuk memastikan dia aman.

" duhh mimpi apa semalam, mantanku tiba-tiba datang ke kost dan dia ketemu sama Aa, ricuhlah di kost bertengkar dia sampai subuh"

Isi chat nya pagi-pagi ketika aku buka Whatsapp, aku langsung mandi dan menjemputnya.

" aku jemput sekarang, kamu siap-siap ya " ucapku di telepon.

Dengan cepat kukendarai motorku secepat kilat, karena aku khawatir ada apa-apa di sana, sesampai didepan kost aku telepon dia kalau aku sudah didepan dan aku membawanya ke tempat yang sejuk dengan pemandangan ladang yang indah berharap bisa membuatnya tenang.

" ada apa? " tanyaku.

" semalem mantanku yang di kota sebelah tiba-tiba datang nyamperin aku, nah ketika dia mau pulang eh si Aa datang juga, rebut lah dia didepan kost aku suruh yang kota sebelah buru-buru balik biar ga tambah rame soalnya udah jam 3 subuh itu " jelasnya.

" trus gimana?" tanyaku.

" ya akhirnya aku rebut sama Aa sampe subuh,pusing kepalaku sekarang" ucapku.

" yaudah ini makan dulu tenangkan pikiranmu dulu" ucapku sambil menyodorkan pasta yang barusan datang.

" aku tu pengen banget lepas dari dia" ucapnya.

" kalau kamu mau lepas dengan dia ayo sama aku, aku bantuin kamu lepas sama dia, kamu tinggal bilang aku harus apa, aku harus ngapain " ucapku.

" tapi kamu tidak bisa langsung lepas begitu saja, 9 tahun bukan waktu yang sebentar, dia merasa memberimu nafkah jadi dia bisa semena-mena sama kamu, tapi balik lagi ke dirimu kamu mau ga untuk lepas dari dia, aku siap membantumu, aku siap menerimamu kapanpun " imbuhku.

Kami mengobrol banyak hari itu, berkeliling kota untuk mendiamkan pikiran yang ramai bagaikan mall walaupun hanya sejenak, disitu dia tersenyum sepanjang waktu meskipun aku tau ini hanya bisa menghibur hatinya di bagian permukaan saja tidak bisa masuk sampai dalam, senyuman yang indah itu membuatku jatuh cinta lagi.

" maaf nya aku gaada disisimu ketika kamu lagi butuh " ucapku.

" kamu ada disetiap hariku kok, love u " jawabnya sambil mencium pipiku.

" babe don't leave me " imbuhnya.

" yeah I won't leave u babe, im here still here and im stand with u here don't worry" jawabku.

Diperjalanan aku melihatnya dari kaca sepion pandangannya masih tampak kosong, sesekali kulihat dia mengusap kelopak matanya.

Malam yang indah aku tutup dengan membawanya ketempat dimana dia bisa melihat lampu-lampu dari kota seberang yang membuatnya jadi seperti bintang.

KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang