Bab 4

8 0 0
                                    

Pagi itu dia sulit untuk dihubungi sampai pagi berganti siang dan siang berganti sore.

" maaf aku sepertinya gabisa sama kamu lagi " ucapnya pada pesan singkat yang aku kirimkan.

" loh kenapa? " jawabku.

" si Aa tau kalau kita keluar bareng selama ini dan sekarang dia memantau aku terus, aku gabisa kemana-mana " jawabnya.

" jangan gitu masih ada jalan" balasku.

Seketika foto profilnya hilang,pesanku Cuma terkirim menandakan aku sudah di block sama dia, perasaanku kacau dan panic inginku kesana tapi aku tak ingin menambah masalahnya aku hanya bisa diam dan menunggu.

Aku chat dia melalui nomorku yang satunya.

" aku tunggu kamu sampai masalahmu selesai, aku tidak bisa membantumu karena aku tidak punya akses disitu, bahkan ketika kamu akhirnya memilih untuk tidak bersamaku aku akan tetap menunggumu disini, jadi jangan berfikir kamu sendirian karena ada aku yang akan selalu ada untukmu kapanpun kamu membutuhkan ku cukup telepon atau chat aku maka aku akan datang " ucapku.

"seandainya saja ada yang seperti itu aku mungkin bisa percaya kalau cinta itu beneran ada " jawabnya.

" ada kok, ini keputusanku, keputusanku sudah bulat married with u or never" jawabku.

" bagaimanapun jalannya nanti yang penting aku sudah memilih jalannya ntah itu ada kerikil,batu,bahkan ada batu besar aku akan menjalaninya" tambahku.

" seandainya yang seperti itu ada" jawabnya.

" ADA, AKU DISINI, akan aku buktikan kalau semua itu benar adanya" sahutku.

Perasaan marah dan sedih bercampur aduk tak tau harus bagaimana, hari berganti hari setiap pagi,sore,malam aku coba chat dia dengan harapan suatu saat nanti dia membuka blokirnya, dan setelah beberapa hari dia membuka blokirnya.

Aku bergerak cepat aku tak mau kehilangan dia, aku piker ini adalah kesempatan terakhirku untuk bisa dengannya, aku berencana untuk memesan sepasang cincin untuk kita berdua.

" babe, kamu pilih yang mana? " tanyaku sambil menyodorkan beberapa foto model cincin nya.

" jangan yang itu terlalu tajam pinggirannya kalau buat aktifitas jadi gampang rusak " ucapnya.

" oh ini bagus seperti punyaku dulu sama mantan suamiku, enak simple " imbuhnya.

" okey " sahutku.

Cincin sudah dipesan, berharap dengan adanya cincin ini dia menjadi tenang,dengan cepat kami kembali seperti dulu lagi tapi dengan cepat juga dia pergi.

Dibilang aku adalah simpanannya? Atau aku selingkuhannya? Tidak, aku adalah orang yang serius dengannya, tetapi keadaan membuatku terlihat seolah-olah aku adalah simpanan dia, pihak ketiga diantara hubungan mereka.

Mantannya yang terus membuatnya terdesak akhirnya memaksaku untuk mundur, mundur bukan berarti berhenti atau mengalah tapi aku ingin memberinya ruang untuk bisa bergerak disela-sela desakan mantannya.

Sudah 2 minggu aku tak bisa tidur dengan tenang, berusaha mencerna apa yang sedang terjadi, apa yang sudah terjadi, hatiku berdebar kencang ketika teringat dia, rasa rindu yang menyerangku dengan brutal membuatku tak bisa tidur dengan tenang.

Berkali-kali aku mencoba mengalihkan pikiranku tapi semakin aku berusaha mengalihkan semakin jelas memory yang sudah aku lalui dengan dia.

Setiap malam kuberdoa memohon agar dia kembali.

Dia meragukan kesetiaan ku maka aku harus memberinya kesetiaan, memperlihatkan kepadanya dan dunia kalau kesetiaan itu ada.

KesetiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang