36.Sakit [pt2] [✓]

85 6 0
                                    

Hari ini Lyora dan Sastra berencana untuk pergi jalan-jalan mencari oleh-oleh untuk orang rumah, dan mencari suasana yang nyaman. Semenjak tadi malam Lyora selalu diam saja sampai sekarang, Sastra semakin bertambah khwatir.

"Udah jangan di pikirin, aku tetap jadi milik kamu kok gk ada yang mau ambil." Lyora tersenyum kecil ketika mendengar itu.

"Senyum dong biar cantik." Lyora tersenyum lebar dan itu hanya sekilas, membuat Sastra gemas sendiri. Mereka kini sedang ada di taman sambil memakan eskrim.

"Enak ya eskrim nya di tambah lagi ada bidadari di samping aku." Lyora tertawa mendengar itu. Hati Sastra seketika menghangat ketika melihat itu.

"Kapan nih mau buat adek nya? Sepi tau kalau gk ada adek." Ucap Sastra tiba-tiba membuat Lyora sedikit tersedak.

"Kalau makan eskrim tuh jangan sambil melamun jadi gitu kan." Ucap Sastra sambil menepuk-nepuk pundak Lyora.

"Emang kamu mau adek berapa?" Tanya Lyora.

"10 deh."

"WHAT!" Kedua mata Lyora membulat sempurna.

"Bercanda sayang, 2 udah cukup kok buat aku." Jawab Sastra, Keduanya kembali menikmati udara yang sejuk dan pemandangan taman yang indah.

"Kak nenek itu kasihan deh, ayo bantuin." Sastra pun mengangguk dan segera menghampiri nenek-nenek yang ingin menyebrang dengan Membawa barang yang banyak.

"Merci pour l'aide."

(Terimakasih atas bantuannya)

Lyora dan Sastra mengangguk dan tersenyum ramah.

"Mau pulang?"

"Nanti deh, keliling yuk." Sastra pun mengangguk. Mereka pun berkeliling selama setengah jam, terkadang Sastra juga menjahili Lyora dan membuat Lyora sedikit marah. Tapi setelah hal itu mereka akan baikan. Mereka sekarang duduk di cafe.

"Habis ini pulang yuk ngantuk nih." Ucap Lyora.

"Siap tuan putri."

"Dejavu aku tuh."

"Sama siapa?"

"Masa lalu." Sastra langsung mengangguk paham, Sastra yang merasa bersalah pun mengelus kepala Lyora dengan tersenyum. Bahkan hal itu bisa di artikan Lyora, seakan-akan Sastra mengatakan ya udah gapapa, maaf udah buat kamu jadi gk nyaman.

"Lyora..."

Lyora dan Sastra pun menoleh kearah suara itu berada. Ternyata itu Raden dan kedua orangtuanya, Lyora menatap Sastra. Lyora takut jika dia tidak bisa melupakan Raden karena jika dia ingin melupakannya maka ada unsur ketidak sengajaan yang mempertemukan mereka.

"Kalian, selamat ya maaf gk bisa datang kemarin." Ucap Raden, sakit sekali ketika mendengar ucapan itu dari Raden. Lyora tersenyum miris begitu pun dengan Sastra.

"Lyora, makasih ya udah peduli sama aku. Aku akan menghargai bantuan mu ini, aku akan pulang ke Indonesia. Mungkin juga kamu udah tau kalau aku sama Papa aku bukan orang yang baik."

"Aku cum-"

"Udah jangan di bahas itu sudah masa lalu, kita berdua pamit dulu ya. Permisi." Ucap Lyora sambil menarik tangan Sastra, Sastra tau perasaan Lyora saat ini. Saat sudah lebih jauh dari cafe Lyora menangis dan memeluk Sastra.

"Udah gapapa jangan nangis nanti kamu malah sakit, aku gk suka lihat kamu sakit." Ucap Sastra sambil mengelus-elus kepala Lyora.

"Sakit kak hati aku, sakit. Aku udah berusaha ngelupain dia tapi kenapa dia selalu saja begini." Sastra menghembuskan nafasnya panjang, ini yang membuat semakin khwatir dengan istrinya. Bahkan dia juga merasa tidak nyaman jika membahas hal ini.

Lyora Dan Kehidupannya•END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang