Johan tengah mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia menjalankan rutinitas seperti biasa mengantar Mila pulang dari sekolahnya bermaksud agar gadis itu tak singgah bermain dibelakangnya, ia melirik Mila yang tengah bersandar pada kaca jendela mobil dengan tatapan yang sulit diartikan.
Johan sadar betul bahwa belakangan ini dirinya selalu kasar pada Mila, ia tak bisa mengontrol emosinya ketika gadis itu berulah sedikit pun. Johan semata-mata hanya tak ingin kejadian lalu yang menyakiti dirinya terulang kembali.
Bagaikan seekor kumbang yang tak bisa hidup tanpa bunga, begitulah gambaran diri Johan untuk Mila, semua itu ia lakukan karena ia teramat sayang pada Mila, tak ingin gadis manis itu pergi dari dirinya.
Beberapa saat kemudian Johan menepikan mobilnya tepat di depan Minimarket seraya menggenggam tangan gadis itu lembut. "Aku mau ke Minimarket sebentar, kamu mau ikut masuk kedalam?"
Mila menggeleng pelan. "Kamu mau beli apa?"
"Rokok." Jawab Johan seraya membuka seat belt-nya. "Yaudah aku aja yang masuk, kamu mau titip sesuatu?"
Mila menggelengkan kepalanya lagi membuat Johan melangkahkan kakinya keluar tanpa suara.
Menit demi menit berlalu, Johan sama sekali belum menampakkan wajahnya hingga membuat Mila sedikit bosan menunggu di dalam. Mila menatap laci dashboard cowok itu yang terakhir kali dibukanya setahun yang lalu, semenjak cowok itu memperingatkannya untuk tidak menggeledah privasinya ia tak berani lagi menyentuh barang miliknya apapun itu, namun kali ini entah ada gerangan apa Mila berniat mengintip sedikit untuk mengetahui ada apa di dalam sana.
Dari dalam mobil, Mila mengamati Johan yang berada di dalam Minimarket sedang terlihat memilih sesuatu, mungkin inilah saat yang tepat untuk sekadar melihat isi dalam laci dashboard tersebut, mengingat Johan selalu marah besar jika privasinya diganggu dirinya.
Mila membukanya dengan hati-hati, di dalamnya banyak kertas berserakan yang di gulung layaknya sampah, sorot matanya tertuju pada kalung emas putih berbandul huruf G yang membuat gadis itu tak lagi tertarik untuk membaca satu persatu isi kertas itu.
Mila meraih kalung tersebut hingga membuat dirinya semakin penasaran dengan pemilik kalung itu. Ia bertanya pada dirinya sendiri bagaimana bisa sebuah kalung dengan huruf yang asing berada didalam sana.
Pintu mobil secara tiba-tiba dibuka kasar—mendapatkan pemandangan Johan tengah membawa satu kantong besar berisikan makanan ringan yang dilemparnya kesembarangan arah, ia merampas kalung itu dari tangan Mila dengan tatapan amarah yang menyeramkan.
"Bangsat, lo!!!" Johan menarik rambut panjang Mila, membuat gadis itu meringis kesakitan. "Lo ngapain buka laci dashboard gue!!"
"Ma—maaf." Ucap Mila lirih merasakan perih tanpa ampun dikepalanya. "Jo, sakit banget, maafin aku ... "
"Tangan lo udah mulai lancang ya sekarang!" Johan menarik rambut Mila menggunakan tangan kirinya sementara tangan kanannya meninju lengan Mila tanpa henti. "Lo itu maunya apa, sih??!!! Lo tinggal nurut sama gue aja susah, gue udah pernah bilang jangan penah bongkar privasi gue!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARMILA
Teen FictionKata siapa jatuh cinta itu akan terus terasa indah? Armila Eliana berani bertaruh bahwa cinta tidak selamanya indah. Dibalik setiap senyum manisnya, tersimpan rasa takut yang kerap kali menghantuinya. Sejauh apapun dirinya mencoba berlari pada akhir...