cowo rese.

5.7K 233 8
                                    

"shani, kapan kamu bawa cowo kamu kerumah? kamu udah cukup umur? ga kasian sama mama yang pengen gendong cucu?" rentetan pertanyaan yang diajukan oleh bunda ve mama shani, wanita berparas cantik bak bidadari itu tengah menyiapkan sarapan untuk anak semata wayangnya itu, shani anak tunggal dia hidup serba mewah, tapi dia selalu bersikap sederhana.

ve mendesak shani untuk menikah bukan karna apa, dia dirumah hanya berdua dengan shani rumah itu terasa sangat sepi, bahkan keduanya jarang berinteraksi layaknya anak dan orang tua, keduanya seperti teman kantor yang bertemu jika sarapan dan makan malam selebihnya keduanya sibuk dengan pekerjaan, semenjak kematian ayah shani,verandalah yang membanting tulang untuk menghidupi putri tunggalnya itu.

shani menghelang nafas panjang sambil menyuapi nasi goreng yang dibuatkan mamanya itu kedalam mulutnya, dia tetap menhargai masakan mamanya walaupun kesal karna pertanyaan itu.

"hufft... mah, shani kan udah bilang aran itu sibuk, mama kayak gatau aja, di dunia entertainment" ucap shani panjang.

"ya masa, setiap mau ketemu harus nentuib jadwal, mama cuman pengen tau calon mantu mama kok ga dibolehin" balas ve sambil memakan masakannya.

"nanti shani bawa" balas shani lagi.

"halah, nunggu kamu bunda keriputan yang ada. udah kalo dalam seminggu ini kamu ga bawa pacar kamu itu, bunda jodohin sama temen bunda" ucap ve.

"bunda, gamau denger bantahan kamu, kalo kamu ngebantah bawa pacar kamu, tanyain mau serius apa engga?" ve beranjak dari kursinya menuju dapur.

sedangkan shani hanya menatap malas pada punggung wanita 52 tahun itu, parasnya yang cantik dan badannya yang terawat membuat wanita itu tidak seperti bundanya malah seperti kakaknya, sudah banyak orang yang berbicara keduanya tidak cocok menjadi ibu dan anak malah lebih cocok seperti adik dan kakak.

shani beranjak dari kursinya dan berpamitan sedikit berteriak karna dia lupa hari ini ada meeting jam 8 pagi, shani terburu buru keluar mengambil sepatu heelsnya itu dirak.

"bun, aku berangkat" ucap shani sambil bergegas ke arah mobil yang sudah di panaskan oleh pak umam.

shani menjalankan mobilnya keluar dari perumahan elit gajah mada. shani mengambil rute jalan tikus agar menghindari macet karna dia yakin ibu kota ini akan sangat ramai apalagi sekarang hari senin.

shani menelfon sekertarisnya itu sekaligus sahabat karibnya bernama shania gracia, dia biasa memanggil gee karna dia cadel engga bisa bilang r.

"gee, udah disiapin ruang meetingnya?" tanya shani di sebrang sana.

"halo ci, udah ini klien kita udah sampe cici dimana? hati hati kalo dijalan" tanya gracia kawatir.

"iya gee, 10 menit lagi aku sampek." sahut shani sambil menutup telfon.

shani memarkirkan mobilnya di basement kantornya itu dan beberapa kali tersenyum karyawan yang menyapa dirinya.

shani sudah sampai di ruangan meeting di dampingi oleh gracia sebagai sekertarisnya, meeting kali itu berjalan dengan lancar namun shani tidak bertemu dengan sang pemilik perusahan adi jaya yang dipimpin oleh algara itu.

"maaf ibu, bapak alnya tidak bisa hadir hari ini, sudah saya hubungi tadi cuman bapak al tidak mengangkat telfon saya" ucap sekertaris bernama alden pantjoro.

"gapapa pak alden, yang terpenting kerja sama kita lancar" ucap shani.

"sepertinya meeting kali ini sudah cukup saya pamit terlebih dahulu bu shani, bu gracia." pamit alden.

"huft..." helan nafas panjang shani terdengar oleh telinga gracia, dia tau sahabatnya itu tengah lelah karna hubungannya dengan artis muda bernama aran itu.

"sabar ci, cici keren bertahan sama manusia jarang ngabarin kek gitu" sindir gracia sambil merapikan berkas yang tadi buat meeting.

terdengar kekehan dari mulut shani "gimana lagi gee, sengeselin apapun aran kalo udah sweet akunya lemah." jawab shani.

"bucin akut, udah ah ayo makan ci" ajak gracia.

"ada ramen enak di mall depan, aku traktir cici hari ini"

"emang ada uang?" ledek shani sambil beranjak dari kursinya itu, sambil mengclose hpnya itu setelah mengirimkan kabar dan memberitahu aran dia akan kemana hari ini.

"ada, uang kerja aku kan cair hari ini" gracia menjulurkan lidahnya kepada shani sambil berlalu pergi dari ruangan itu.

-
-
-
-

seorang laki yang berlarian di area mall karna dia ingin membeli beberapa koleksi figuran karakter mainan untuk pajangan ditempat main store miliknya itu, hingga lelaki itu menyenggol bahu milik shani dan shani hampir oleng karna dirinya yang tidak seimbang.

"astaga, jalan lebar masi aja grasak grusuk" hardik shani yang kesal.

"rame ini tante, lo ngalangin jalan si" timpal lelaki itu yang terhenti karna menyenggol shani.

"tante?!" wajah shani sudah memerah karna perkataan laki laki didepannya ini.

"emang aku pernah nikah sama kakak kamu?" sahut kesal shani.

"bacot ah tan, gue cabut duluan dah, gundam gue nunggu itu" lelaki itu seperti anak kecil berjalan cepat ke arah tempat figuran koleksinya itu.

"cowo rese."  hentakan kaki shani yang terlihat memedam amarah.

wajah shani yang tadinya tertekuk akhirnya kembali ceria karna ulah gracia yang membawakan dirinya eskrim dan deringan pada hpnya itu berbunyi.

"ah, makasi geee" jawab shani sebelum sibuk berbincang dengan kekasihnya.

gracia sudah biasa melihat kelakuan dan kebucinan shani, jika di kantor dia menjadi seorang yang berwibawa,cool, serta bijaksana, dia akan berubahan hanya didepan dirinya, tante veranda dan juga kekasihnya selebihnya dia hanya akan datar.

-
-
-

langit yang tadinya panas berubah menjadi mendung shani lagi, harus terjebak macet dan hujan. shani sebenarnya menyukai hujan namun saat dirinya sudah dirumah dia bisa istirahat dan tertidur lelap karna mendengar suara hujan, dia sangat lelah namun malah terjebak di situasi macet dan hujan dua kali lipat lelahnya.

jam setengah 6 dia baru menampakan kakinya di rumah tercintanya lagi, ada mamanya yang sudah duduk di sofa sambil menonton film di netflix, shani mendekat ke arah bundanya itu merebahkan dirinya disamping veranda sambil menenggelamkan kepalanya diceruk leher bundanya itu.

veranda tau shani sedang kelelahan, veranda tau persis kelakuan shani jika sudah seperti ini adalah dia akan sakit, akibat kelelahan.

"makanya shan, punya suami biar bisa dijemput ga kecapean kerja juga" ucap veranda sambil mengelus punggung dan rambut putrinya itu.

"bun, aku lagi cape loh jangan bahas pasangan dulu" matanya sudah hampir tertutup tadi karna bundanya jadi melek lagi.

"iya-iya maaf, yaudaa ganti dulu baju kamu, makan kalo udah tidur istirahat badan kamu angget mau bunda bikinin teh? jangan lupa minum obat shani."

"boleh, anter ke atas ya bun aku udah makan, mau langsung tidur" balas shani sambil melepaskan pelukannya pada ve dan melangkahkan kakinya ke tangga untuk sampai di lantai dua.

shani menganti bajunya dengan baju rumahan setelah mandi, dia langsung merebahkan badannya yang lelah di kasur empu yang dia tinggali beberapa jam lalu untuk berkerja kali ini dia kembali memeluk guling untuk menjemput mimpi indahnya itu.

bahkan suara pintu yang dibuka oleh bundanya tidak membuat shani terbangun biasanya wanita itu akan terbangun walaupun sudah terlelap. veranda yang tidak tega itupun hanya menaikan selimut tebal kepada anaknya itu dan mencium kening anak itu.


.
.
.
.
.

balik lagi, kalo ada typo harap maklum.

shani itu cantik, tapi dia galak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang