18. ujian sebelum jadi menantu

3.1K 351 39
                                    

_____________________
________________________
__________________
Tiba-tiba saja, tanpa peringatan Yanti merebut kotak perhiasan itu dari tangan Gus Farzan. Wanita itu membuka kotak perhiasan itu menatap cincin yang dibeli oleh Gus Farzan.

"Cincin apaan nih? kalo emang gak mampu buat ngelamar anak saya ya mending gak usah ngelamar. Udah miskin sok-sokan lagi mau ngelamar anak saya," maki Yanti.

"Dih dih dih, sok-sokan ngatain adek gue miskin, kalo Farzan miskin terus lo apa? melarat?" Batin Gus Farhan, lelaki itu benar-benar kesal kepada Yanti.

"Kali ini udah keterlaluan sih, rasanya gue pengen deh nunjukin siapa gue sebenarnya," batin Gus Farzan, lelaki itu pun ikut jengkel dengan perlakuan Yanti yang sangat tidak sopan.

"Bu, jangan keterlaluan dong. Cincin ini Nazira yang milih," ucap Nazira, gadis itu tentu tak suka melihat Gus Farzan dihina seperti ini.

Yanti menatap ke arah suaminya, "pokoknya jangan diterima ya Mas. Dia itu miskin!"

Wanita itu membuang kotak perhiasan itu ke lantai.

"Aku gak peduli soal harta Yanti. Yang lebih aku pedulikan adalah apakah Farzan itu mampu membimbing anak kita? Aku gak peduli mau dia miskin atau kaya," ucap Rahman penuh penegasan.

"Dasar sok alim! Zaman sekarang ini agama udah gak penting, yang lebih penting itu duit." Setelah berucap demikian, Yanti pergi begitu saja dari sana.

Rahman mengembuskan napas kasar,ia tak habis pikir dengan kelakuan sang istri.

Rahman beralih menatap Gus Farzan, "nak Farzan, sebelumnya saya ingin meminta maaf sekali atas ketidaknyamanannya. Nak Farzan, saya belum bisa memberikan jawaban untuk lamaran nak Farzan, bagaimana kalau nak Farzan di sini dulu sampai nanti malam?"

"Oh nggih pak, tidak apa-apa, saya bakal nunggu jawabannya sampai nanti malam," ucap Gus Farzan sembari mengembangkan senyumnya.

"Kayaknya ada bau-bau mau dites sebelum jadi mantu nih," gumam Gus Farhan sangat kecil.

"Oh ya, kalian pasti capek kan? istirahat aja dulu di kamar Nazira," ucap Rehman.

Rahman beralih menatap putri semata wayangnya, "Nazira, masakin makanan buat mereka ya ndo."

Nazira tersenyum lalu mengangguk, "nggih pak."

****

Saat ini sepasang saudara kembar itu tengah beristirahat di kamar Nazira. Mereka berdua tengah berbaring sembari memainkan ponselnya masing-masing.

"Woi makan siang!" Teriak Nazira membuat sepasang saudara kembar itu menjadi terkejut.

"Ra,mau gak saya ajarin caranya ngajak makan pas nanti udah nikah?" Tanya Gus Farhan.

"Gimana emang?"

"Gini Ra. Mas ayo maem, adek sudah bikin masakan spesial buat Mas."

"Oh gitu."

"Coba deh."

Nazira berdehem sebelum mengikuti ucapan Gus Farhan tadi.

"Mas ayo maem, adek sudah bikin masakan spesial buat Mas."

"Ayo," ucap Gus Farzan.

"Udah, gitu doang responnya? gak ada imbuhan kata sayang gitu?"

"Gak, belum halal."

****

Saat ini Gus Farhan, Gus Farzan dan keluarga Nazira tengah makan siang.

"Udah susah cari makan,eh malah ketambahan beban," gumam Yanti, walaupun wanita itu bergumam dengan sangat kecil, namun, Gus Farhan masih bisa mendengarnya dengan jelas.

Diantara Gus Kembar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang