Jeongyeon hanya pasrah saat Junho memukulinya dengan brutal. Susah payah Yoona menghentikan sang suami yang nyaris membunuh anaknya sendiri.
"Kamu bikin papa malu Jeong!! Papa merasa gagal ngedidik kamu!!"
"Pa, udah! Jeongyeon bisa mati!!" Yoona menarik Junho untuk menjauh dari Jeongyeon yang sudah berdarah-darah akibat pukulannya.
Bagaimana Junho tidak marah? Suzy, ibu Nayeon tiba-tiba menelpon dan memberi kabar bahwa Nayeon kabur dari mansion sambil terisak. Ia juga mengatakan bahwa Jeongyeon meminta Nayeon bercerai secara sepihak.
Tentu saja berita itu membuat Junho marah hingga mendatangi mansion Jeongyeon untuk memberi pelajaran.
"Apa maksud kamu minta cerai sama Nayeon?! Nggak liat apa dia lagi hamil?! Jangan gila kamu!!" pekik Junho.
Jeongyeon yang lemas hanya dapat dibantu oleh Yoona untuk duduk.
"Aku nggak cinta sama Nayeon.." ucap Jeongyeon purau.
"Jangan berani bohong sama papa!! Nggak cinta?! Terus anak yang dikandung Nayeon itu apa?!" Junho hendak memukul Jeongyeon sekali lagi namun Yoona melerainya.
"Udah!! Jangan sampe Jeongyeon mati gara-gara kamu! Biar aku yang bicara sama dia!"
"Oke! Urus anak kamu yang nggak tau diuntung itu!!" Junho akhirnya pergi meninggalkan Jeongyeon bersama Yoona. Kekecewaan pria itu begitu dalam hingga ingin melihat wajah sang anak rasanya enggan.
"Ma.." lirih Jeongyeon sampai terisak. Yoona tahu ada sesuatu yang disembunyikan sang anak. Insting seorang ibu tidak pernah salah.
"Mama obatin luka kamu. Kita duduk di sofa dulu,yuk!" ajak Yoona dengan nada lembut. Ia kemudian mengambil kotak obat untuk mengobati luka-luka Jeongyeon. Ia hanya diam dan menunggu waktu yang tepat untuk menanyakan langsung kepada Jeongyeon apa yang telah terjadi.
"Ma...aku nggak mau cerai sama Nayeon.." Jeongyeon terisak bahkan sampai sesenggukan. Tidak peduli dengan luka-lukanya karena yang lebih sakit saat ini adalah hatinya.
"Cerita sama mama. Kamu nggak mungkin langsung gugat cerai Nayeon tanpa sebab,kan?"
Jeongyeon menatap sendu Yoona. Hanya wanita ini yang dapat ia percaya dan menjadi tempat bercerita. Jika ada Junho, Jeongyeon akan sungkan untuk mencurahkan isi hatinya.
"S-sebenarnya..."
Flashback
Setelah makan malam dan membicarakan masalah perjodohan antara Nayeon dan Jeongyeon, disaat semua orang tengah asik berbincang satu sama lain. Soohyun mengajak Jeongyeon untuk berbicara empat mata. Saat itu Junho tengah berada di toilet.
"Ada apa ya om manggil saya kesini?" tanya Jeongyeon kepada Soohyun yang sudah duduk nyantai di bangku taman di depan restoran.
"Nayeon itu anak saya satu-satunya. Dari kecil sampe dewasa dia nggak pernah ngecewain saya. Dia selalu bikin kami bangga karena prestasinya.." ucap Soohyun bangga menceritakan kelebihan Nayeon. Ia kemudian menatap Jeongyeon dengan serius.
"Kamu pikir saya akan membiarkan Nayeon menikah begitu saja dengan laki-laki seperti kamu? Berandalan yang kerjanya tawuran dan selalu bikin Junho malu liat kelakuan anaknya. Saya nggak mau kelakuan kamu bikin Nayeon merasakan hal yang sama seperti papa kamu! Dia lahir dari keluarga baik-baik! Jangan sampai kehadiran kamu menodai keluarga kami!"
Jeongyeon mulai takut saat tatapan Soohyun menjadi tajam.
"Kenapa? Bingung karna saya tau kebusukan kamu? Jeongyeon... Jeongyeon... seandainya papa kamu bukan sahabat saya, saya mana mau nikahin Nayeon sama kamu! Dia pantas dapatin laki-laki yang lebih baik dari kamu!" ketus Soohyun membuat Jeongyeon langsung ketar-ketir.
"O-om saya bisa berubah! Saya janji bikin Nayeon bahagia! Saya rela lakuin apa aja asalkan pernikahan ini nggak batal! Om..saya cinta sama Nayeon!" Jeongyeon pun bersimpuh dihadapan Soohyun sambil memohon-mohon.
Soohyun melipat kedua tangannya sambil menatap Jeongyeon dengan datar.
"Oke. Saya kasi kesempatan. Dan saya juga punya syarat untuk kamu. Kalo sampe syarat ini nggak bisa kamu penuhi, lepasin anak saya..."
Flashback end
Yoona menutup mulutnya tak percaya. Ia langsung memeluk Jeongyeon sambil terisak. Tak menyangka jika ini akan terjadi kepada anaknya.
"D-dan syarat itu aku harus lulus di universitas Harvard untuk melanjutkan mimpi papa Soohyun yang pengen Nayeon kuliah di sana. Dan kemarin...papa Soohyun nagih janji sama aku..."
Flashback
"Saya tau kamu pasti nggak bisa. Buang-buang waktu saja! Sekarang kamu harus tepatin janji kamu! Lepasin Nayeon! Dia nggak pantas buat kamu! Laki-laki yang nggak tau diuntung yang cuma mengandalkan kekuasaan papanya!"
"Pa..aku nggak mau cerai sama Nayeon! Dia lagi hamil, pa!"
Untuk yang kedu kalinya Jeongyeon bersimpuh bahkan memeluk kaki Soohyun sembari menangis, memohon untuk tidak memaksanya meninggalkan Nayeon.
"Kamu sudah berjanji Jeongyeon! Lelaki sejati tidak akan pernah mengingkari janjinya! Dan untuk anak kamu, biar kami saja yang rawat dia. Saya nggak mau cucu saya ikut-ikut kelakuan kamu yang jadi berandalan! Keputusan kamu saya tunggu sampai besok!" setelah mengatakan itu, Soohyun pun meninggalkan Jeongyeon.
Flashback end
"Ma..aku harus gimana? Aku udah nggak bisa ngebujuk papa Soohyun.."
"Mama akan bantu kamu! Jangan kasih tau papa dulu. Pasti papa bakalan marah besar.."
Yoona kembali memeluk Jeongyeon begitu pun sebaliknya. Hingga mata Jeongyeon membola saat melihat Junho yang kini menatapnya dengan tajam.
"Oh..jadi Soohyun yang berani-beraninya bermain api?!"
Yoona dan Jeongyeon tersentak saat mengetahui kehadiran Junho yang tidak disangka-sangka.
"P-papa.." Yoona mendekati sang suami yang sepertinya akan meledak-ledak.
"Kita akan ke rumah Soohyun! Ini nggak bisa dibiarin! Ini penghinaan!!"
Baik Jeongyeon dan Yoona tak dapat menghentikan Junho. Mereka yakin bahwa Junho akan menemui Soohyun. Entah apa yang akan terjadi, yang jelas ini akan menjadi masalah yang sangat besar.
To be continue..
Waduh!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Wife | 2yeon
FanficNayeon harus menerima fakta bahwa sekarang ia telah menjadi istri dari seorang berandalan sekolah yang juga menjadi anak walinya sendiri di kelas. Jeongyeon Raka Birawa. Bocah ingusan yang selalu membuat istri sekaligus gurunya naik darah akibat kel...