kekhawatiran al.

2.5K 210 16
                                    

jam menuju pukul 4 sore, feni yang sudah pulang 1 jam yang lalu. dia menceritakan pertemuan serta perjodohan absurd yang orang tuanya rencanakan dengan sahabatnya itu, sungguh shani merasa lelah sekarang.

badannya ingin sekali tidur di kamar tapi dirinya sudah tidak kuat menyeret badannya menuju kamar karna pusing yang melanda kepalanya tiba tiba.

suara bunyi hp akhirnya terdengar, membuat sang empu yang tadi ingin terlelap disofa akhirnya mengangkat dengan mata yang masi tertutup.

"shani bunda gapulang dulu, nginep di kantor ada berkas yang harus selesai gapapa?" ternyata bundanya yang menelfon.

"gapapa bunda" suara serak itu terdengar ditelinga ve.

"kamu sakit, udah minum obat, udah makan?" begitu banyak rentetan pertanyaan yang dilontarkan veranda kepada shani.

"iya bun entar shani makan ini mau tidur dulu, udah ya shani ngantuk, malam bunda" shani mematikan hpnya, bukan dia tidak berniat tidak sopan pada bundanya tapi rasa sakit di kepalanya membuat dia malas berinteraksi dengan orang lain dia hanya ingin tidur.

veranda yang merasa kawatir pada putrinya itu akhirnya meminta tolong pada al untuk menemani shani malam ini, lagi pula disana masi ada pak umam, veranda yakin al tidak akan macam macam, anak itu adalah anak yang baik tidak pernah neko neko, dan al menyetujui sarannya karna dia juga menghawatirkan keadaan wanita itu. entah apa yang membuat al perduli pada wanita itu, dia padahal dari awal tidak mau di jodohkan tapi entah hatinya merasa perasaan berbeda saat pertama kali dia melihat shani di mall dan pagi tadi dirumah teman mamanya itu, yang notabenya bundanya shani. al membawa bakso makanan kesukaan shani serta jus mangga. serta terang bulan red velvet kesukaan shani. serta obat pusing bermacam macam dia tidak tau obat apa yang cocok untuk shani. dia berharap shani tidak mengusirnya lagi, namun saat dirinya sampai terlihat rumah itu seperti tidak berpenghuni dan keluarlah supir yang dia temui tadi pagi.

"eh den al, mau ketemu non shani ya?" tanya pak umam.

"iya pak, shaninya ada, tadi disuruh bunda buat nemenin shani, katanya bunda bakalan pulang tapi malem, dirumah juga gaada bibi jadi al kesini buat nganterin makanan juga obat." jawab al panjang lebar.

"aduh den kasep, suami idaman banget. pak umam doain jadi jodohnya non shani, pak umam mah lebih setuju den al yang jadi suaminya non shani dari pada den aran" pak umam membukakan pintu untuk al masuk.

"doain aja pak, shaninya diatas pak?" tanya al basabasi.

"kayaknya si gitu den, yasuda pak umam tutup ya. kamar non shani ada dilantai dua pintu warna putih." jelas pak umam dan menutup pintu utama itu.

al berjalan kearah tangga namun matanya melihat shani yang tertidur disofa itu, akhirnya membelokan kakinya ke arah sofa dan mematikan tv yang sedang menyala itu.

al mensejajarkan badannya dengan shani dan mengecek suhu panas didahi shani, dengan telapak tangannya. namun lebih panas dari sebelumnya mau tidak mau al mengambil air di baskom serta handuk kecil yang di ambilkan pak umam tadi dikamar bibi, al dengan telaten mengompres kepala shani berulang kali, dia tidak berniat membangunkan wanita itu, karna dia yakin wanita itu sangat amat lelah.

hingga waktu menuju pukul 7 malam, dan adzan berkumandang menandakan jam isya telah masuk dia beranjak dari sofa untuk ibadah sebelum beranjak dia menempelkan baby fever penurun panas yang dia ambil di kotak p3 tadi. dia menanyakan dimana letak tempat untuk beribadah dirumah ini kepada pak umam yang ada di teras rumah sedang ngopi itu.

alhasil setelah al bertanya dia menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim, shani terbangun saat merasakan ada yang tertempel di kepalanya itu baby fever berlogo anak kecil berada dikepalanya membuat shani terkekeh geli, apa bundanya ini dia pikir shani masi bayi mengunakan baby fever gini. shani belum sadar kalo itu bukan bundanya yang memasang.

shani itu cantik, tapi dia galak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang