5. Night Talks

2K 250 6
                                    

〔༻ 𝟓𝟐𝟎 ༺〕

Begitu makan malam selesai, mereka lanjut mengobrol. Kali ini terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok para istri yang bertempat di ruang keluarga dan kelompok para suami yang bertempat di balkon.

"Gila sih! Gue gak nyangka bisa ketemu lagi sama kalian. Mana udah pada gandeng istri." Heksa tertawa heboh sendiri. Pikirnya hal itu amat lucu padahal Arel, Alan, dan Jeco tidak ada yang tertawa sama sekali.

"Gue sih paling gak nyangka sama lo yang ternyata udah nikah, Sa," balas Arel. Jika mengingat kelakuan Heksa, Arel pikir temannya itu akan menikah dengan komputer gaming-nya.

"Jelas lo gak nyangka, gue aja nikah di umur segini karena dijodohin," celetuk Heksa. Dia tersenyum kecut.

Suasana tiba-tiba hening, Heksa yang keheranan lekas bertanya, "Kenapa pada diem?"

Melihat raut wajah terkejut teman-temannya itu pikiran Heksa tertuju pada satu kesimpulan. Mulutnya menganga tak menyangka. "Jangan bilang ... kalian dijodohin juga?"

Hening kembali hadir di antara mereka sampai akhirnya Alan berdiri lalu berjalan ke dekat pagar balkon. Seraya memandangi pemandangan malam kota Jakarta, dia tertawa hambar dengan keras lumayan lama. Sifat anehnya seketika muncul saat bersama teman-teman karibnya.

"Udah bertahun-tahun gak ketemu, kok bisa sih nasib kita tetep sama?! Bahkan sampe alasan kita nikah juga?!" Alan menoleh pada ketiga temannya seakan meminta penjelasan.

Jeco mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Jangan tanya gue, gue juga udah ga ngerti lagi kenapa nasib kita selalu sama."

"Tapi yang kali ini samanya kebangetan!" Arel berceloteh tak habis pikir. "Istri kita semua saling kenal, katanya mereka sahabatan dari SMA. Terus pas lulus lost contact juga kayak kita."

"Oh, iya? Lo tau dari mana, Rel?" Jeco kelihatan antusias mendengar cerita Arel. Pasalnya, saat makan malam tadi mereka hanya mengobrol tentang pertemanan para suami bukan tentang pertemanan para istri.

"Nila kemaren cerita," jawab Arel.

"Ah, tapi masih kalah sama kita lah. Kita temenan dari TK! Sahabatan dari SMA mah masih seumur jagung," cibir Heksa yang malah membandingkan umur pertemanan mereka.

Alan tiba-tiba menyambar, "Umur jagung cuma tiga bulan kali, nggak sampe bertahun-tahun."

"Ya, maksud gue baru bentar doang elah. Ribet banget lu, Lan," koreksi Heksa yang langsung mendapatkan kekehan tanpa dosa dari Alan.

Setelahnya, Alan bicara lagi, raut wajahnya amat serius. "Mungkin ini kedengeran cringe tapi jujur, gue kangen kalian banget, banget, banget. Asli. Serius. Ga bohong."

Hening lima detik.

"BHUAHAHAHA."

Alan cuma tersenyum hambar sambil memandangi temannya satu persatu yang sedang asyik menertawainya. Dia sungguh menyesal sudah mengatakan pengakuan cringe itu. Bisa tidak kata-kata Alan barusan ditarik saja?

"Sama, Lan. Gue juga kangen berat sama lo." Heksa membalas sambil pura-pura menyeka air mata lalu merangkul brutal Alan yang kebetulan duduk di sebelahnya.

Setelah tawanya mereda, Jeco berujar, "Sebenernya gue juga kangen sama kalian. Dari sekian banyak temen gue sampe sekarang pun, temen yang paling baik ya cuma kalian. Gak tau kenapa sekarang susah banget nemu temen yang cocok."

Arel tersenyum miris dan mengangguk pelan, setuju dengan ungkapan Jeco. "Semakin dewasa emang semakin susah dapet temen yang bener-bener temen."

"Yaudah, mulai sekarang lu pada janji ya. Kita bakal sama-sama terus sampe kapan pun, ga bakal lost contact lagi kayak dulu." Heksa mewanti-wanti teman-teman seperjuangannya. Tanpa ada perdebatan atau saling ejek lagi, yang lain langsung setuju dengan Heksa.

520 | aedreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang