3. Ada Apa Ini

33 5 1
                                    

"Gua masuk kelas duluan, Rin. Nanti kalau lo mau pulang bareng kabarin gua."

"Siap, Sep."

Mereka berdua pun melepaskan gandengan tangannya dan mulai menuju kelas masing masing.

Sesampainya di kelas, ia di sabut oleh teman sekelasnya-Herlino. "Sep, tumben lo jam segini baru sampai."

"Biasalah, kalau berangkat bareng sama Riani suka telat mulu."

"Besok-besok gua jemput aja, biar lo ke sekolah gak jalan."

"Dih! Males banget. Sana ah, jangan gangguin gua," sembari memukul bahu Herlino.

"Galak amat jadi cewek, tapi gua tetep sayang sama lo. Ya, walaupun lo udah tolak gua beberapa kali, itu bukan masalah buat gua. Gua bakalan tetep jatuh cinta sama lo, Sep."

"Berisik! Sana ihh!" Rengeknya

Herlino memang sudah lama jatuh cinta pada Septi, saat itu, saat pertama kali teman-teman cowok sekelas nya menjodohkan mereka berdua. Tapi sebelumnya Herlino sempat dekat teman sekelasnya, bahkan mereka juga bisa di sebut sebagai pacar, tapi entahlah. Herlino memang bukan tipe orang yang peka, tapi dia sangat baik dan peduli. Postur tubuh yang tinggi, berkulit hitam manis, kadang membuat Septi luluh padanya. Tapi tidak! Septi sekarang sudah mempunyai Jati. Ia tidak akan jatuh cinta pada pria maupun, hanya dia, Jati.

"Sep, lo bawa handphone kan? Sekarang jadwalnya Pak Aam masuk, mana harus nyanyi lagi, males banget." Tanya salah satu teman sekelasnya-Novi.

Pak Aam-guru seni budaya. Sangat tegas orangnya, walaupun begitu, beliau sangat baik. Tinggi, berkulit kuning langsat, dan berkumis tebal.

"Bawa, Nov. Tenang aja, Pak Aam baik kok. Mending sekarang kita santai santai dulu aja. Kita foto, yuk!"

"Ayo."

"Mau ikutan ihh." Suara kompak dari Herlino dan Ida.

"Ayo sini," semangat Septi.

Merekapun mulai berfoto bersama. Baru saja mendapatkan beberapa foto, Pak Aam sudah ada di dalam kelas saja. Mau tidak mau merekapun berlarian menuju tempat duduknya dan menghentikan kegiatan berfoto mereka.

Setelah adanya pandemi, sekolah jadi melarang untuk beristirahat. Sekolah hanya menghabiskan waktu 6 jam saja.

Bel pulang pun berbunyi. Seharian ini ia belum bertemu dengan pacar kesayangan itu.

Ih, kemana sih anak itu, kok belum lewat depan kelas gua sih. Gumamnya dalam hati.

"Hai, Sep. Lo udah lama nungguin gua? Sorry ya." Sorak Riani dari kejauhan.

"Dih! Kepedean banget sih, lo. Gua nungguin pacar gua tau."

"Si Jati itu? Kelas dia udah bubar dari 30 menit yang lalu tau."

"Oh ya? Sumpah nyebelin banget. Ayo pulang, mood gua udah gak bagus." Ia pun menarik tangan sahabat nya itu."

Plakkk!

Seperti biasa, Riani kalau kesal selalu saja memukul kepala. Ah, menyebalkan.

"Jangan narik narik, sakit tau."

Dear Stranger [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang