Beranda SMA Elang

6 2 0
                                    

Seorang gadis tengah meringkuk di lantai yang dingin tanpa adanya alas apa pun. Dia lelah dengan semuanya, tetapi tidak ada jalan keluar apa pun selain menangis.

"Bunda ... hiks ...."

"Sesalah itu ya, Nana di mata bunda? Bukan salah Nana Bun.. Nana ngga salah ... hiks ...."

"Nana pengen dipeluk bunda ... kenapa cuma adek aja yang bunda sayang? Bunda udah ngga sayang ya, sama Nana?"

Hiks ... hiks ....

"Nana juga butuh kasih sayang bunda sama ayah. Nana pengen dipeluk juga sama bunda sama ayah ..."

Brakk...

Suara dobrakan pintu mengalihkan atensi gadis berusia 17 tahun yang sedang menangis tersedu-sedu disamping ranjang, ia membenamkan wajahnya di lipatan tangan.

"Nak? Nana? Kamu kenapa sayang? Kenapa nangis hmm? Sini cerita sama Bude, jangan nangis lagi ya, Ndukk..? Udah sayang ... udah ...."

Bude Narsih memeluk dan mengusap-usap punggung Nana lembut, berharap memberikan ketenangan kepada gadis itu.

Bude Narsih, merupakan bude sekaligus kakak dari ibu Nana, ia merupakan orang pertama yang selalu datang ketika Nana dalam keadaan seperti ini.

"Nana? Kamu kenapa? Cerita coba sama Bude, kamu di apain sama Bunda, hmm? Kamu kenapa nangis, Nak?" tanya Bude Narsih lembut.

"Nana pengen kaya Salsa Bude.. sesalah itu ya, Nana di mata bunda? Kenapa cuma Salsa yang dapet semuanya? Apa Nana juga salah kalo Nana iri sama Salsa? Hiks ...."

"Shttt ... udahh Nana ngga boleh berpikiran yang aneh-aneh, oke? Nana mau dipeluk, iya? Sini biar Bude peluk, Nana ngga sendirian kok, ada Bude disini, gapapa sayang ... udah ya?" Ucap Bude Narsih sambil mendekap Nana erat ke dalam pelukannya.

"Hiks ... maafin Nana ya, Bude? Nana bukan anak yang baik seperti yang ayah sama bunda inginkan, " ucap Nana masih dengan isak tangisnya.

•••


Pagi ini, Nana akan berangkat lebih pagi, karena ia sudah berjanjian dengan teman sebangkunya + sahabatnya sendiri, bukan karena rajin, tapi Nana mau mencontek hasil kerja rumah Silvia di mapel matematika, males banget klo udah berhubungan sama mapel satu itu! Lama-lama bisa pecah kepala Nana kalo di paksa mikir angka yg sukanya beranak!

"Aaaaa ganteng bangeettt!!" Heboh Silvia mengalihkan beberapa atensi orang yang sedang berlalu lalang dikoridor SMA Elang. Memang masih lumayan sepi si di jam sepagi ini, tetaapi tetap saja Nana akan malu! Dan perlu kalian tandai! Bahwa Silvia adalah teman sekelas Nana yang heboh dan tidak tahu malu!

"Ck! Lu kerasukan apaan sih Sill pagi-pagi gini udah tereak kek orang kesurupan tau ngga?! Budek gue dengernya!" decak Nana yang malu akibat perlakuan Silvia.

"Na! Lu harus liat sekarang diberanda Instagram SMA kita! Ada foto anak baru yang berdamage-nya Masyaa Allah, Naa! Keren bangett sumpahh! Aaaa jadi semangat ke sekolah nih gue buat cuci mata," ujar Silvia membuat Nana memalingkan wajahnya bosan.

Silvia itu memang kadang-kadang rada gila, bagaimana tidak? Setiap ada cogan pasti dia bakalan heboh seperti kesurupan setan perempatan. Dia sih tidak malu ya, lah Nana? Mau di taroh mana muka Nana? Malu bangett gilaa!!.

"Cepetan deh, Naa! Lu harus nurut sama gue! Cepetan buka beranda! Biar masa depan lu tu ikutan cerah kalo liat yg ganteng-ganteng kaya murid baru itu!" Paksa Silvia sambil berusaha mengambil handphone dari tangan Nana.

"Iya, iyaa, bentar napa! Gak sabaran banget sih lu! Mana maksa banget!" Nana pun membuka beranda di Instagram SMA Elang. Jika tidak, maka handphone-nyalah yang akan menjadi korban.

"Gimana? Ganteng, 'kan, Naa?"

"Ngga!"

"Mata lu tu kali yang belelekan! Orang cogan gitu dibilang engga," gerutu Silvia pada Nana akibat kesal.

Nana itu tidak tahu cogan apa bagimana sih? Sepertinya memang iya, dehh, matanya minta di cuciin sama sabun Sooklin deterjen biar matanya cerah kaya masa depan Silvia! Kalo cogan aja dibilang engga, tapi kalo penjual batagor saja iya, kan anehh!

"Udah deh, gue laper tadi blm sempet sarapan di rumah, mending ke kantin aja sekalian nyontek tugas minggu kemaren. " ajak Nana pada Silvia yg masih saja sibuk dengan foto di beranda SMA Elang.

"Iya, yaudahh, ayo!"

•••

"Pagi anak-anak." sapa Bu Umi selaku wali kelas juga yg mengajar di jam pertama di kelas Xl IPS 3.

"Pagi, Buu," jawab murid-murid dengan serempak.

"Pagi ini saya tidak akan berlama-lama karena ada rapat mendadak dari bapak ibu guru setelah ini, jadi ibu mohon tetap tertib di kelas! Jangan keluar kelas dan buka buku paket halaman 38 kemudian di lanjut mengerjakan tugas harian di halaman 40, mengerti anak-anak?"

"Mengerti, Buu."

"Kalau begitu saya tinggal dulu, assalamu'alaikum." Detik berikutnya Bu Umi meninggalkan kelas dengan cepat.

"Wa'alaikumussalam."

"Woi, Dim! Mabar yokk! Kalo kalah beliin es campur di kantinnya Mbak Jum!" Ajak Angga pada Dimas yang sedang asik menikmati mimpinya di pojokan kelas.

"Yokk! Karna gue yang bakalan menang!" ucap Dimas, kemudian segera membuka aplikasi game online di handphone-nya.

Sudah bisa dipastikan apa yang akan terjadi setelah ini, pasti kelas ini akan menjadi pasar di dalam sekolah ketika tidak ada guru yang masuk untuk mengajar disini.

Meskipun kalian tahu, bahwa guru tetap akan memberikan tugas untuk mereka sebelum keluar meninggalkan kelas, untung saja ruang kelas Xl IPS 3 berada di paling ujung lantai dua sekolah ini, jadi lumayanlah untuk amannya dari pengawasan guru ketika sedang ramai di jam kosong seperti ini.



•••



Yuhuuu, makasii ya, yang udah mau mampir ke sinii.

Tolong hargai setiap tulisan Author, karena mereka punya ciri khas yang berbeda antara satu sama lain. Jadi tidak perlu dibanding-bandingkan.

Saya menerima setiap saran dan kritikan, asalkan itu membangun.

Emm, sepertinya itu aja dehh, makasi banyak pokoknya yang udah mau mampir!

Papayyyy~


•••

FiiElmaira

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

People Come and Go GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang