Doyoung duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan kamera, Junghwan menyiapkan beberapa kejutan untuknya setelah ia keluar dari rumah sakit, salah satunya adalah membuat video tentang perjalanan cinta mereka.
Awalnya Doyoung menolak, tapi mana bisa ia tidak menurut saat suaminya memohon dengan tulus? Maka saat ini, ia dihadapkan dengan kamera yang merekam langsung semua kalimat yang akan Doyoung ucapkan.
"Kenapa kamu mau menikah sama Junghwan?" Tanya sang videografer, Doyoung mendadak dibawa ke hari di mana Junghwan memintanya untuk menikah, memulai hidup baru di Seoul yang ternyata menyimpan banyak kejutan.
"Karena dia Junghwan." Jawab Doyoung singkat, ia tersenyum ketika mengingat seberapa besar kebenciannya terhadap Junghwan saat itu.
Videografer yang ada di depan mulai mencoret sesuatu di buku catatan yang ada di tangan, "Kurang spesifik, coba dijelasin lagi." Titahnya.
Doyoung menghela napas, "Karena Junghwan gak akan pernah nyakitin aku. Bertahun-tahun kita gak ketemu tapi Junghwan gak pernah berubah, dia gak pernah marah sama sikapku yang kadang kekanakan dan justru ngatasin itu dengan caranya sendiri. Junghwan cuma terlalu bodoh untuk ukuran manusia biasa." Jawab Doyoung lagi, tawa khasnya menguar di ujung kalimat, membuat Junghwan yang memandangnya dari sudut ruangan ikut tersenyum.
"You love him, don't you?"
"I do."
Junghwan terkejut, tidak menyangka bahwa Doyoung akan mengatakannya semudah itu, apalagi di depan kamera yang merekam semua gerak geriknya.
"Junghwan bukan orang yang sulit dicintai, no wonder ada orang yang bahkan rela mati cuma buat dia, tapi sayangnya itu bukan aku." Lanjut Doyoung, tetap berusaha menggoda Junghwan dengan jawaban yang ia berikan.
"Pertanyaan terakhir, ini pertanyaan yang diajukan langsung sama suamimu. Kenapa kamu memilih untuk menunggu? Padahal semuanya tau kalau kamu bukan orang yang sabar."
Pertanyaan konyol macam apa pikir Doyoung dalam hati, tapi ia merapikan posisi duduknya di kursi dan kembali tersenyum ke arah kamera.
"Karena kalau bukan Junghwan, aku gak tau akan berakhir sama siapa. Saat koma karena tenggelam sebelas tahun lalu, aku gak inget banyak hal yang terjadi selama beberapa minggu aku gak sadarkan diri, tapi aku inget satu hal. Junghwan bilang di sela tangisannya kalau aku harus nunggu dia, entah itu mimpi atau bukan tapi seenggaknya aku gak rugi karena berpegang teguh sama suara itu."
Semua orang terkejut, ini pertama kalinya Doyoung bicara soal kejadian yang membuatnya trauma dengan laut.
Kepala Doyoung bergerak, menoleh ke arah Junghwan yang menunjukkan ekspresi kagetnya, "Itu mimpi, atau bukan? Kamu pernah ngomong gitu?" Tanya Doyoung kemudian.
Netra Junghwan mengerjap beberapa kali, kedua tangan yang sejak tadi terlipat di dada pun terlepas begitu saja, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebelum berjalan ke tempat Doyoung duduk.
"Kenapa kamu gak pernah kasih tau soal itu?" Bisik Junghwan sambil mengisyaratkan videografer untuk menutup sesi tanya jawab.
"Kamu gak pernah nanya?" Jawab Doyoung santai sambil menyandarkan tubuh ke bagian belakang kursi.
Semua orang kecuali mereka berdua mulai meninggalkan ruangan, dengan kamera besar yang ikut mereka bawa untuk merekam suasana para tamu yang sibuk bercengkrama di luar.
Resepsi besar-besaran yang Junghwan impikan berjalan lancar, semua orang datang termasuk orang tua mereka dari Iksan. Junghwan berhasil menunjukkan hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun, tentu untuk Doyoung yang sedikit banyak telah membantunya untuk sampai ke tahap ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Buttercup [Hwanbby]✔
FanfictionBegitu banyak ingatan masa kecil yang terlintas di pikiran Junghwan begitu melihat Kim Doyoung, sahabatnya yang memilih untuk menetap di kampung halaman bahkan hingga umurnya sudah jauh dari kata remaja. Tapi hanya satu yang benar-benar tergambar je...