Chapter Nine: Internet Famous - 1

285 54 2
                                    

Otak sedang diperas sehabis-habisnya. Tidak cukup satu atau dua jalan keluar, ada berbagai pilihan untuk jadi solusi. Tetapi semua jawaban itu punya celah. Yerim tidak bisa menentukan jawaban apa yang akan dia katakan apabila Bomin mempertanyakan alasannya!

Sial.

Pemuda itu sudah tahu. Entah sebanyak apa yang diketahuinya. Bagaimana dia bisa tahu? Sejak kapan itu terjadi? Lalu apa yang mungkin dia lakukan? Semuanya masih abu-abu. Tiada angin tiada hujan, Bomin mengetahui kedoknya. Apa yang terjadi?

Sial. Tidak cukup satu atau dua kali Yerim menyumpahi kesialannya yang kecolongan siang ini.

Mobil Bomin melaju dengan kecepatan tinggi setelah berbalik arah menjauhi arah tempat di mana seharusnya dia mengantar Yerim. Jalan yang dia pilih bukan jalan menuju kampus, apartemennya, ataupun apartemen Hyunjin. Ini adalah arah yang sama menuju apartemen Heeseung. Oh, sial. Sekali lagi gadis itu merutuk dalam hati. Apa mungkin dia sudah tahu sampai sejauh itu?

Bukan hanya itu kekhawatiran yang meradang. Yerim sedang dilanda dilema, antara menjadi seorang penakut yang gemetar, atau pemberani yang menantang. Sikap yang ia pilih akan menentukan apa yang bisa dia lakukan. Dia tidak tahu seberapa berbahayanya Bomin saat ini. Salah langkah saja, dia mungkin akan menyesal. Ah, sial. Di mana bala bantuan pada masa sulit seperti sekarang?

"Aku harus bekerja."

Di tengah hati yang tidak menentu, Yerim memutuskan membuka mulut untuk mengurangi aura gelap yang mengelilingi mereka.

"Ke mana kau akan membawaku?"

Bomin diam seribu bahasa. Dia tidak melirik sama sekali. Matanya fokus pada kegiatan berkendara. Ini terasa seperti dia tidak mendengar apapun atau bahkan tidak mengakui keberadaannya. Inikah bentuk kekesalan pemuda itu? A silent treatment?

Yerim tidak suka ketika detak jantungnya dipermainkan. Menjadi batu yang tidak berguna dalam situasi ini membuat dia sesak. Apapun yang akan pemuda itu lakukan, sudah pasti dia tidak akan sebentar. Sudah pasti dia akan melewatkan pekerjaannya hari ini.

Mengabaikan pemuda yang lebih dulu acuh, gadis itu menghubungi rekan kerjanya untuk meminta izin. Dengan sengaja, dia membiarkan mode speaker terbuka. Percakapannya dengan kawannya bisa didengar oleh si pengendara.

"Iya, sunbae. Aku mendadak ada urusan genting yang tidak bisa ditinggal. Aku akan bayar jam kerjaku yang kau tutupi nanti. Biar aku yang mengurusnya nanti dengan bos. Tolong, ya?"

"Kau baru saja libur kemarin."

"Aku tahu. Tapi ini genting. Nyawaku dipertaruhkan."

Pemilihan kata yang tidak sesuai atau sangat tepat, Yerim melirik kecil untuk mengetahui reaksi Bomin. Pemuda itu masih diam saja.

"Tolong, ya?"

"Aku tidak bisa menolong kalau kau dipecat nanti."

Alis Yerim mengernyit ketika dia menyadari akhirnya Bomin melirik kecil dari spion.

"Iya. Aku akan tanggung akibatnya."

"Kau ini, kau bisa bekerja di sini karena lobi dari pe--"

Telepon buru-buru dihentikan sebelum ada informasi berlebihan tersebar. Dia tidak ingin Bomin yang sudah bereaksi itu mengetahui keterlibatan Heeseung. Semoga saja dia tidak tahu sampai sana.

Atau mungkin itu sudah terlambat?

"Sebaiknya kau lakukan sesuatu yang pantas karena aku sudah mempertaruhkan pekerjaanku saat ini," sindir Yerim. Dia membuang muka menatap ke luar jendela, menunjukkan kekesalan yang jelas. Entah sejak kapan dia memilih untuk melawan daripada menurut layaknya anak kucing.

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang