SMA MATDA-Permata Dua. Ya, "matda" hanyalah singkatan yang sering dikatakan oleh murid-murid bahkan bisa dibilang oleh semua orang. Sekolah itu merupakan salah satu sekolah favorit di Bandung dengan fasilitas yang sangat memadai.
Sekolah itu terdiri dari 4 gedung dengan masing-masing memiliki 3 lantai. Gedung utama untuk ruang guru, ruang kepsek, wakasek, bendahara, tata usaha, tempat ibadah, perpustakaan dan aula. Gedung kedua untuk kelas IPS. Gedung ketiga untuk kelas IPA. Dan gedung keempat untuk kantin, uks, ruang ekstrakurikuler, ruang teater, dan laboratorium komputer serta laboratorium ipa.
Selain gedung, sekolah ini juga mempunyai 5 lapangan yang memiliki fungsinya tersendiri, yaitu lapangan upacara yang kerap kali dipakai juga untuk kegiatan pramuka dan paskibra, lapangan voli, lapangan basket, lapangan futsal dan lapangan beladiri.
Di setiap gedung kelas memiliki rooftop yang tentunya menjadi tempat favorit untuk melamun.
Tapi, ada satu murid yang setiap jam istirahat kedua selalu ke sana. Elzevan Prazeno yang kerap dipanggil Zevan. Ya, lelaki yang memiliki tinggi badan 181 cm itu yang selalu pergi ke rooftop. Ada banyak hal rumit di hidupnya dan dengan cara ini lah dia membenahi benang kusut itu yang entah kapan akan lurus kembali.
Saat Zevan tengah asik melamun, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk pundaknya sehingga membuatnya terperanjat kaget.
"Bangke! Ngagetin aja, lo!" beo Zevan.
"Lebay, lo!" ledek Marlo.
"Jangan kebiasaan ngelamun. Kesambet setan baru tau rasa!" ucap Rizo, sudah terhitung kesekian ratus kalinya ia mengucapkan hal itu kepada Zevan.
"Daripada bengong gitu kayak orang gila, mending ke bawah. Gue denger ada murid baru cakep, katanya sih crush dia waktu SMP," ledek Marlo lagi sambil menyenggol bahu Zevan. Emang dasarnya Marlo tukang ledek, dari mukanya aja tampang-tampang ngajak war.
"Crush gue? SMP?" tanya Zevan kebingungan. Tapi memang ada gadis yang ia incar dari SMP, bahkan hanya dia satu-satunya. Apakah benar, dia?
"Jangan berlagak bingung, deh, lo! Pasti di otak lo kepikiran satu nama, 'kan?" desak Marlo sambil memicingkan matanya.
"Tapi kenapa lo bisa tahu kalo ngincer tuh cewe waktu SMP?" Memang itu yang jadi pertanyaannya sekarang, bagaimana Marlo tahu? Sedangkan dia baru berteman dengan Marlo itu waktu masuk SMA.
"Naiva," balasnya santai.
"Kenapa pacar lo, tahu?" Kali ini Rizo yang bertanya.
"Ya iyalah, orang murid baru itu temennya ayang gue," ucap Marlo sambil memasukkan cilok buatan Mang Uhe langganannya ke dalam mulutnya. "Dunia sempit bet ye," lanjutnya.
"Kalo Naiva tahu, berarti Asya juga tahu? Sejak kapan?" batin Zevan.
"Ayo, ah! Kepo gue sama tuh anak baru." Marlo melengos pergi meninggalkan kedua sahabatnya itu. Tak lama kemudian Zevan dan Rizo mengikuti langkah Marlo.
...
tbc.
btw, ini cerita pertama aku xixi. gimana? suka ga? maafin laah kalo masi ada yang salah
kalo masi ada pengejaan yang salah, masi ada typo typonya bolee banget dikomen, kalo ga dikritik ma atu aku gaada pengembangan, yaaakaaann??
selamat bertemu di next chapter guyss!
eemmm, bikin kata kata panggilan kayaknya lucu deh, ya. kelenn panggil aku "ney" aja, aku panggil kalian apa? sarannya duuungg
KAMU SEDANG MEMBACA
Kandas Berbunga
Teen FictionTemen makan temen? Mungkin kalimat di atas bakalan cocok sama cerita ini. Penasaran? gasss dong!