Abnormalitas Botani (4)

16 3 0
                                    

Alun-alun Sangkala Buana merupakan salah satu alun-alun yang berada di pusat Kota Cirebon. Alun-alun Sangkala sendiri tidak terlalu luas dan pelataran alun-alun dicor beton dengan dikelilingi para pedagang kaki lima dan asongan. Sama seperti alun-alun pada umumnya, alun-alun Sangkala sering kali didatangi oleh para warga kota yang hendak menikmati suasana alun-alun entah itu di jam-jam tertentu seperti pagi, sore ataupun malam. Di keempat arah mata angin terdapat gapura yang walaupun ke empatnya tidak sejajar secara simetris. Alun-alun Sangkala Buana tidak terlalu luas hanya tidak lebih dari separuh lapangan bola. Siang di hari sebelum-sebelumnya berjalan normal di alun-alun Sangkala, orang-orang menikmati suasana, berjalan santai, menikmati jajanan yang tersedia ataupun bertemu dengan orang sambil bercakap-cakap mengenang masa lalu mereka. Namun siang ini tempat itu gempar kala seorang bocah menemukan retakan yang ada pada tengah alun-alun yang tertutup beton, retakan hebat yang tiba-tiba saja muncul itu membuat orang mulai berkerumun dan membicarakan kenapa bisa retak. Sangat tidak mungkin apabila seorang bocah dengan keisengan dirinya dan membuat beton retak, yang menjadi pertanyaan adalah keisengan apa yang dilakukan bocah itu hingga beton tebal alun-alun Sangkala retak siang itu?

Kala semua orang mulai penasaran dan berkerumun, dari titik beton yang retak itu terlihat ada sesuatu yang hendak keluar dari tanah dan berusaha dengan keras mendobrak beton tebal itu dan keluar. Retak beton semakin hebat dan sedikit terangkat menandakan yang ingin keluar dari tanah berusaha dengan sangat keras yang membuat semua orang di alun-alun yang melihat panik seketika dan mundur menjauh. Kala semua orang mundur ketakutan dan bertanya-tanya apakah yang akan muncul dari dalam tanah— tiba-tiba sesuatu mendobrak paksa beton dari dalam tanah, sesuatu yang menjalar seperti akar hijau yang pekat dan berlumpur, beton berhamburan karenanya dan orang-orang berteriak ketakutan segera berlari menjauh. Akar itu terus menjalar ke atas dan dengan cepat membentuk batang, ranting dedaunan tumbuh dengan sangat cepat dan dalam waktu beberapa detik saja pohon setinggi lima meter tumbuh di tengah alun-alun dan merusak beton alun-alun. Pohon itu berdaun lebat dengan daun yang berbentuk sama dengan pohon bercahaya. Semua orang di sekitar alun-alun terdiam kala menyaksikan pohon yang tiba-tiba saja tumbuh. Semua orang merasa merinding, ada yang mengabadikan dalam bentuk video dan menjadi gempar di seluruh dunia.

Dan tidak hanya di alun-alun saja, pohon yang tumbuh dengan cepat juga muncul di beberapa tempat lain di Kota Cirebon. Yakni pada Taman Wahidin Sport Centre, Stadion Bima, dan Keraton Kanoman. Warga Kota gempar akan munculnya pohon dengan pertumbuhan yang begitu cepat di tempat-tempat di Kota Cirebon, semua dunia pun gempar kala melihat foto ataupun video di dunia maya. Dunia menjadi lebih gempar kala keempat pohon dengan tinggi yang sama yakni lima meter juga mengeluarkan cahaya— cahaya yang sama persis dengan yang ada pada pohon bercahaya di pelataran gedung negara Kota Cirebon. Pengunjung kota Cirebon jadi semakin membludak, kemacetan terjadi di area sibuk lebih sering daripada biasanya, terutama saat malam hari— saat kelima pohon itu bercahaya. Semua orang penasaran dan ingin melihat secara langsung bagaimana kelima pohon itu bercahaya. Semakin hari semakin menjadi topik pembicaraan yang menghebohkan dunia, menghebohkan pertelevisian Indonesia dan semakin menjadi buah bibir. Ekonomi Kota Cirebon meningkat di sektor pariwisata karena pengunjung yang membludak. Belum lagi tempat hiburan dan tempat wisata yang lain, yang juga kecipratan pengunjung serta tempat-tempat menginap di Cirebon hampir semuanya selalu penuh setiap hari karena pengunjung yang lebih memilih menginap dan itu dikarenakan pengunjung yang pulang larut malam dari lokasi pohon bercahaya.

Hal itu tak berlangsung lama, karena pemerintahan Kota Cirebon atas arahan pemerintahan pusat langsung menutup Kota Cirebon untuk orang di luar kota Cirebon, semua akses masuk Kota Cirebon sementara akan ditutup hal ini karena kepadatan yang tak terkendali juga tim peneliti yang kesusahan untuk meneliti kelima pohon bercahaya, khususnya keempat pohon bercahaya yang belum lama tumbuh. Dr. Philips dapat bernapas lega karena tim penelitinya mendapatkan keleluasaan untuk meneliti pohon bercahaya— di lain sisi tim penelitinya pun mendapatkan suntikan dana dan tenaga peneliti baru untuk membantu dalam penelitian pohon bercahaya. Namun biar begitu Dr. Philips tetap merasa kesal dan membanting kertas yang berisikan laporan pengamatan pertumbuhan pohon bercahaya utama yang ada di pelataran gedung negara.

"Pohon ini justru semakin tinggi— bahkan lebih menjulang dari waktu kita beranggapan dia berhenti tumbuh" Dr. Philips merasa sangat frustrasi karena tidak dapat memahami apa yang sebenarnya menjadi faktor penting dalam pertumbuhan pohon bercahaya. "Tidak hanya itu, dia bahkan tumbuh di tempat lain" Dr. Philips menghembuskan napas pelan, dia harus mengontrol dirinya sendiri— tidak baik mengambil keputusan di tengah emosi melonjak.

"Dari saksi mata di keempat tempat tumbuhnya pohon bercahaya dengan secara tiba-tiba itu mengatakan hal yang sama, Dok" bawahan Dr. Philips menyerahkan tumpukan beberapa foto ke meja Dr. Philips yang langsung menjadi perhatian Dr. Philips "mereka mengatakan pohon itu tahu-tahu tumbuh dengan cepat dan diawali dengan munculnya akar hijau pekat yang menjalar dari dalam tanah" kembali bawahan Dr. Philips menjelaskan.

"Mungkinkah pohon bercahaya berkembangbiak bukan dengan cara berkembangbiak seperti pohon yang kita kenal, Dok?" Ratna memberikan asumsinya. Ia pun ikut memperhatikan foto-foto yang sedang diperhatikan Dr. Philips.

"Mungkin saja, karena sedari awal kita tidak benar-benar paham dengan pohon itu" ada rasa jengkel di balik perkataan Dr. Philips. Dia memperhatikan lapangan Stadion Bima yang di tengah-tengahnya berdiri menjulang pohon bercahaya di dalam foto yang dibawakan oleh bawahannya. Lalu ia juga memperhatikan pohon bercahaya yang juga tumbuh lebat di depan gedung Sport Centre Wahidin dan bahkan memporak-porandakan taman di depan gedung tersebut. Setelahnya Dr. Philips memperhatikan daun-daun pohon bercahaya yang tumbuh dengan subur di alun-alun Sangkala Buana, bahkan di dalam foto itu ada anak kecil yang tengah memperhatikan pohon dengan wajahnya yang polos. Kemudian foto terakhir ialah pohon bercahaya yang tumbuh di pelataran Keraton Kanoman, pelataran bagian dalam dengan tembok putih yang mengitari. Foto itu bahkan menunjukan akar-akar dari pohon yang mulai menjalar masuk ke teras Keraton Kanoman.

Dr. Philips pun malam ini menenggak kopi kedua nya dan memperhatikan dengan mata telanjang dedaunan pohon bercahaya di pelataran gedung negara. Bahkan tidak perlu alat khusus maupun pengetahuan khusus dan semua orang dapat menyimpulkan bahwa cahaya pohon bercahaya dari malam ke malam perlahan mulai memerah. Sinar itu tidak lagi kuning keemasan, namun kuning kemerahan— hampir jingga namun lebih condong lagi ke arah warna merah. Namun belum merah sepenuhnya dan masih tersisa cahaya kuning lembutnya. Ini jugalah yang tak dapat dimengerti oleh tim peneliti Dr. Philips.

Respon warga mengenai tumbuhnya keempat pohon bercahaya yang baru beragam. Ada yang ketakutan, ada yang justru merasa senang kini pohon bercahaya ada di dekat rumahnya ada juga yang berpikiran buruk dan mengaitkan dengan bencana yang akan datang. Sementara yang lainnya tidak memperdulikan dan menganggap fenomena alam yang langka. Begitu pun cahaya dari daun pohon bercahaya utama yang ada di gedung negara yang cahayanya mulai memerah, juga mendapatkan respon yang sama beragamnya.

p.s

Aku juga nulis cerpen di Ig (IG: @andipati17) follow ya :)

Cirebon dan Pohon Balas Dendam (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang