Bertahun-tahun silam, Bi Sumi menaruh curiga pada Ferdi dan Anjani. Mereka tiba-tiba datang setelah membuat banyak masalah.
Di antaranya adalah setelah sekian lama memutuskan hubungan keluarga dengan Kinan dan mendapatkan catatan kriminal atas kasus penipuan berulang-ulang. Namun betapa baiknya Faisal dan Kinan, mereka percaya Ferdi dan Anjani telah berubah.
Lantas dengan lapang dada Faisal menerima mereka untuk bekerja di perusahaan yang mereka rintis dari 0. Hingga waktu berlalu, banyak keganjalan terjadi.
Uang pemasukan yang sebelumnya aman, kini berkurang tak sesuai dengan catatan kas perusahaan. Belum lagi para investor yang mundur karena Faisal dan Kinan dituduh melakukan penggelapan uang.
Pada awalnya perusahaan hanya berakhir dibekukan sementara, karena belum ada bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa tuduhan itu benar.
Lantas tak berselang lama dari itu, penuduhan kembali terjadi ketika Kinan dan Faisal tengah merintis ulang perusahaannya. Saat itu Faisal dalam keadaan sakit karena stress dengan semua masalah.
Dengan kasus yang sama dan bukti yang cukup kuat, mereka diseret ke penjara. Berulang kali Kinan dan Faisal berupaya untuk membela diri bahwa bukti-bukti yang terkumpul adalah rekayasa. Mereka tidak melakukan hal keji itu demi kepuasan pribadi.
Namun pernyataan mereka tak sekuat bukti yang telah terkumpul. Hingga pasrah adalah pilihan terakhir. Dan meninggalkan Arya adalah keputusan terberat mereka.
"Bibi kerja di rumah saya saja. Rumah Faisal bakal disita bank." Bujuk Anjani kepada Bi Sumi.
"Saya sudah melakukan yang terbaik demi perusahaan dan seluruh pekerja di sana. Kalau saya diam saja, mungkin penggelapan uang itu akan terus dilakukan sama mas Faisal." Sahut Ferdi dengan bangganya.
Bi Sumi mengerutkan keningnya. Sirat amarah tertulis jelas di wajahnya. "Pasti ini semua gara-gara bapak dan ibu!"
"Loh kok kami?"
"Saya pernah lihat bapak dan ibu masuk ke ruang kerja pak Faisal diam-diam dan—mmm."
"Kalau bibi lanjutkan, hidup bibi dan anak bibi terancam, mau?" ancam Anjani.
Bi Sumi menggeleng dengan mulut yang masih dibekap oleh Anjani.
"Makanya kalau bibi mau selamat, mengabdi di rumah kami, dan tutup mulut."
......
"Untung aja kita sempet nyembunyiin sebagian uang yang ada di brankas mas Faisal sebelum disita bank dan polisi." Seru Anjani seraya menatap tumpukan uang di atas kasurnya. Tanpa mereka sadari di luar Bi Sumi menguping.
Ferdi tertawa puas. Dipeluknya istri tercinta.
"Ini semua karena ide aku, sayang. Kalau aja aku gak ngumpulin bukti palsu dan setelah itu meyakinkan para pekerja biar percaya sama aku untuk jadi atasan selanjutnya, kita gak akan ngerasain kekayaan ini," mereka berdua tertawa, "dan besok hari pertama kita menjadi pemilik perusahaan properti besar. Bodohnya mereka percaya pada bukti-bukti palsu dan menyerahkan begitu saja perusahaan tanpa menyitanya setelah ku beri sejumlah uang."
Tawa kembali pecah dari mereka berdua. Sementara di luar Bi Sumi mati-matian menahan tangis dengan membekap mulutnya sendiri. Kecurigaannya ternyata benar. Semua terjadi karena Ferdi dan Anjani.
......
Mereka yang mendengarkan sangat tidak menyangka dengan yang dilakukan oleh Ferdi dan Anjani demi sebuah kekayaan. Mereka rela menjerumuskan saudaranya sendiri demi kepuasan pribadi.
Apalagi Arya yang sepertinya tengah menumpuk dendam kepada kedua orang yang telah merawatnya sampai kini atas dasar dan maksud lain.
"Bibi sebenernya merasa bersyukur karena akhirnya bisa keluar dari rumah itu. Tapi bibi juga gak tega ngebiarin den Arya di sana sendirian." Ucap Bi Sumi sebagai penutup cerita panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]
Ficção AdolescenteBifurkasi Rasa Tentang rasa yang terbagi dua Tentang luka yang pilu Tentang senyum penyembuh Dan Tentang rasa sesal yang tak akan pernah bisa mengembalikan waktu seperti sedia kala Aku tahu, menyesal tak akan pernah mengubah waktu. Namun biarlah r...