Pintu kamar itu terbuka dengan bantingan lumayan keras, dua manusia berbeda surai itu melangkah sedikit terburu dengan bibir yang masih saling bertaut dan tangan saling merengkuh.Naruto setengah mengangkat Hinata, memojokan dan mendudukan Hinata ke meja rendah dalam kamar di lantai satu itu, yang mana adalah kamar wanita itu sendiri. Sedangkan pria itu berdiri dengan napas menggebu tepat di tengah kakinya yang terbuka.
Dia miringkan kepala Hinata sesukanya, agar lebih leluasa menguasai wanita itu. Hinata mengalungkan kedua lengannya di leher pria itu, ikut terbuai dalam permainan Naruto. "Buka mulutmu Hinata" wanita itu hanya mampu melakukan apapun yang di perintahkan Naruto, tidak mampu mengelak saat pria itu mengobrak-abrik dirinya sedemikian rupa.
Kecupan dan lumatan basah itu mereka bagi berdua, lebih di dominasi oleh sang pria yang terlihat seperti orang kehausan, Naruto ingin lebih dan lebih, lidah mereka bertaut.
Lenguhan pelan dari wanita itu tambah membakar hasrat Naruto, bibirnya perlahan menjauhi bibir wanita itu dan beranjak ke leher jenjeng putih yang selalu membuatnya lupa diri. Kecupan ringan itu berubah jadi gigitan gemas, Hinata tidak bisa berbuat banyak selain mendesah dan meremas surai pirang pria itu. Dirinya lupa diri, Naruto selalu mampu membuatnya jadi bukan dirinya sendiri, "Naruuu", desahan gadis itu lagi-lagi mampu membuat Naruto melayang, "ya sebut namaku sayang".
Hinata tidak sadar lagi akan sekitar, panggilan sayang dari pria itupun sudah tidak di hiraukannya, karena Naruto terbiasa akan berlaku manis padanya jika sudah dalam keadaan intim seperti ini. Wanita itu tanpa sadar, mengaitkan kedua kakinya ke pinggul kokoh Naruto dan menarik pria itu agar makin mendekat kearahnya.
Naruto mengangkat kepalanya dari ceruk leher wanita itu, menatap Hinata dalam. Matanya sudah di selimuti kabut. Dengan mudahnya pria itu menggendong tubuh Hinata, membawa ke keatas ranjang wanita itu, dirinya duduk di tepian ranjang dengan Hinata yang masih di pangkuan, Naruto membelai bahu dan lengan wanita itu lembut, sebelum melakukan hal yang lebih jauh nanti.
Naruto bisa menghirup aroma Hinata di kamar itu, harum wanita itu selalu menenangkannya. Tangannya sudah menjamah kemana-mana, mengabsen semua lekuk tubuh Hinata, tidak pernah ada kata bosan. Dengan pelan Naruto melepaskan dress floral sebetis wanita itu dengan mudah, Kulit Hinata yang masih di lapisi pakaian dalamnya selalu membuat Naruto takjub, wanita itu sempurna dimatanya.
Begitupun Hinata yang dengan susah payah dan malu-malu melepaskan pakaian Naruto, dimulai dari kemeja dan celana pria itu, menyisakan dalaman, entah kenapa dia mulai terbiasa.
Mata mereka menatap dalam satu sama lain, kali ini terasa sedikit berbeda bagi Naruto, karena wanita itu mulai mau melakukan ini dengannya dan membalas sebisanya, karena biasanya wanita itu hanya diam dan menerima saja.
"Bolehkah?" Naruto meminta ijin wanita itu, biasanya dia tidak pernah begini, jika dia ingin dia akan melakukan semaunya. Tapi kali ini berbeda, dia ingin bercinta dengan Hinata, ingin wanita itu mendambanya sama besar dengan dirinya mendamba wanita itu.
Hinata mengangguk singkat memberikan ijin untuk pria itu bertindak lebih juah, karena apa dia bisa mengelak, tentu saja tidak. Di paksa atau tidak, Hinata akan memberikan apapun yang pria itu minta.
Naruto membawa wanita itu ketengah ranjang, melepaskan sisa pakaian mereka dan siap menjemput surga dunia yang sudah diijinkan oleh wanita itu untuk di raihnya. Bibirnya kembali memagut bibir merah merekah wanita itu dengan kecupan dan lumatan yang menggebu. Kali ini akan dia buat Hinata juga merasakan bahagia dan terpuaskan bersamanya.
Setelah itu hanya ada suara geraman dan desahan lembut di tengah ranjang itu, sang pria yang menyentak dengan perlahan tapi bersemangat, sedangkan Hinata hanya melenguh sambil merengkuh punggung lebar Naruto, menyalurkan hasrat yang ditahan mati-matian.
***********
Naruto mengerjapkan matanya, terbangun di kamar yang dia ingat bukan kamarnya, melainkan kamar Hinata. Wanita itu masih tidur nyaman dalam rengkuhannya, meletakan kepalanya di dada bidang Naruto. Tubuh mereka hanya di lapisi selimut tebal yang nyaman.
Mengalihkan pandangan pada jam kecil di nakas, Naruto menghela napas pelan, saat melihat waktu sudah menunjukan pukul 3 pagi, setengah malam itu telah mereka habiskan untuk saling merengkuh di kamar wanita itu, membuat Hinata menyerah dan mendesahkan namanya berulang kali semalaman, dan mengisi wanita itu dengan cintanya beberapa kali tanpa dia berniat untuk berhati-hati.
Dia ingat, sebelum membawa Hinata pulang dengan sedikit terburu-buru, mereka ada di taman kota, menikmati malam. Entah hasratnya yang akhir-akhir ini sulit di tahan saat berdekatan dengan Hinata, dia ingin selalu merengkuh wanita itu.
Hubungan mereka makin hari makin hangat, wanita itu sudah tidak memanggilnya tuan lagi, mereka lebih terlihat seperti sepasang kekasih sekarang, walaupun tidak ada pernyataan resmi satu sama lain. Menghabiskan waktu bersama sudah jadi kebiasaan mereka jika ada waktu luang. Naruto akan membawa Hinata keluar jika tidak ada pekerjaan, dia tidak keberatan kalau Hinata menganggap itu kencan.
Tapi rasa bersalah masih selalu menghantui pria itu, dia dengan bahagia bisa memeluk dan merengkuh wanita itu, tapi jika wanita itu tau apa yang sudah di perbuatnya, apakah dia masih mau di renggut oleh dirinya terus menerus seperti saat ini ?
"engghh", Hinata menggeliat dalam tidurnya, mencari posisi ternyaman dan semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Naruto.
Pria itu tersadar dari lamunannya, menatap wajah polos Hinata yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya sendiri. Di belainya surai panjang wanita itu, Naruto sedikit menunduk, meraih kembali bibir wanita itu untuk di kecup. "Maafkan aku Hinata, kuharap kau tidak pergi saat tau kenyataannya, tetaplah disini, aku bisa membahagiakanmu". Naruto sungguh-sungguh saat mengatakannya, dia bisa berikan apapun untuk wanita itu, asal jangan ditinggalkan.
Naruto memeluk tubuh polos wanita itu erat, apapun yang terjadi nanti, dia bersumpah tidak akan melepaskan Hinata. Segala cara akan dilakukannya, agar wanita itu terikat selamanya dengannya dirumah ini.
Naruto merendahkan tubuhnya, dia ingin direngkuh juga oleh wanita itu, jadi dengan perlahan mereka berganti posisi. Saat ini Naruto yang meletakan kepalanya di dada wanita itu, Hinata tanpa sadar merengkuh kepala pria itu dengan erat, membagi kehangatan tubuh satu sama lain.
*******************
Hinata terbangun pagi itu dengan keadaan tubuh yang ngilu dan juga tanda kemerahan dimana-mana. Sebenarnya ini sudah biasa dia rasakan, tenaga pria itu memang luar biasa.
Tapi pagi ini wanita itu bangun dengan perasaan yang lebih baik, Hinata bahagia, mengingat pria itu yang memperlakukannya semalam dengan lembut dan membuainya dengan kata-kata manis. Walaupun Naruto tidak pernah berlaku kasar padanya, tapi semalam tetap terasa berbeda.
Diranjang itu hanya ada dirinya sendiri, masih dalam keadaan polos di balut selimut Lilac tebal miliknya, mungkin Naruto sudah pergi kerumah sakit lebih dahulu. Hinata merasa sedikit bersalah tidak bisa membuatkan sarapan untuk pria itu sebelum berangkat bekerja. Mungkin nanti dia bisa membuatkan makan siang untuk pria itu dan mengantarkannya kerumah sakit seperti biasa.
Hinata kembali tersenyum manis, membayangkan menu apa yang akan dia buat untuk pria itu nanti. Dengan perlahan, wanita itu beranjak duduk, tapi tangannya menyentuh sesuatu disebelah tubuhnya, dan itu ternyata sebuket bunga lili putih yang cantik dengan kartu ucapan yang berwarna serupa.
Diraihnya bunga itu oleh Hinata, di kartu itu tertulis ucapan 'Terima kasih dan maaf'. Hinata tersenyum lembut, dia tau pasti kalau Naruto yang meletakannya disana, tapi Hinata sedikit terusik dengan ucapan 'Maaf' itu, untuk apa pria itu berucap maaf padanya, apa karena semalam mereka terlalu berlebihan ?
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Sex Slave ?
RomanceNaruto x Hinata Ada rahasia dari kejadian yang dialami Hinata, sehingga membuatnya harus menghabiskan hari-hari dengan Naruto, sang dokter yang berhati malaikat, setidaknya itulah anggapan Hinata awalnya.