"ARSEN!"
"YON, DIMANA ARSEN?!" Rendi mengguncang tubuh Dion yang baru saja selesai membereskan kursi.
"Dia ada di ruang musik. Ada apa lo teriak-teriak?"
Tak menjawab, Rendi berlari menuju ruang musik. "SEN!"
Arsen yang sedang menyusun kembali gitar ke tempatnya, menoleh kaget. "Apa? Ini udah malem, Ren, lo malah teriak-teriak!"
"Nara, Sen!" Kata Rendi panik. Tak ayal keringat dingin bercucuran di keningnya.
"Nara kenapa?" Tanya Arsen, mulai panik.
"Kecelekaan di persimpangan mall!"
Gitar yang ia genggam terjatuh. Lututnya lemas dan jantungnya berdegup dengan kencang.
"Parah, Sen, gu-gue lihat darah.. banyak banget." Lanjut Rendi. Arsen makin gemetar takut.
"Dimana dia sekarang?"
"Dibawa ke rumah sakit sama–" belum Rendi menyelesaikan perkataannya, Arsen sudah berlari keluar menuju rumah sakit menyusul Nara di sana.
......
"Gimana sekarang keadaan Nara, Sen?" Tanya Dion.
Baru saja Dion, Rendi dan Andi sampai di rumah sakit. Tepatnya di ruangan yang kini ditempati Nara. Arsen menungguinya.
Sudah satu minggu berlalu semenjak kecelakaan itu, Nara belum sadarkan diri sama sekali.
Selama itu pula Arsen tak pernah absen untuk menemani Nara. Pemuda itu terus ada di sampingnya berharap gadis itu membuka mata.
"Dia belum sadar juga, Yon." Jawab Arsen lesu.
"Ini buat lo, Sen. Nungguin Nara, lo harus jaga kesehatan biar gak sakit." Rendi menyodorkan nasi goreng dibungkus styrofoam.
Arsen mengangguk lemah, tapi tak meraih makanan itu. "Simpen aja di meja."
"Orangtua Nara mana?" Tanya Andi.
"Tadi baru aja mereka pulang. Bapaknya harus kerja dan ibunya nanti balik lagi ke sini, katanya mau ngambil baju ganti."
Dion menepuk punggung Arsen, menguatkan. "Kita gak bisa apa-apa selain berdoa dan berharap untuk kesembuhan Nara."
Arsen mengangguk tanpa berkata apa pun, ia hanya memandangi wajah Nara yang begitu tenang.
"Pelakunya dah ketangkap, Sen?" Tanya Rendi.
"Udah. Banyak saksi di sana, jadi gampang buat nangkap dia. Katanya dia sengaja nabrak Nara dan Arya."
"Siapa emangnya yang nabrak?" Tanya Rendi.
"Siska. Anak PBI itu."
Ketiganya membelalak kaget. "Siska yang pernah lo deketin, Ren?" Tanya Andi kepada Rendi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIFURKASI RASA [SEGERA TERBIT]
Novela JuvenilBifurkasi Rasa Tentang rasa yang terbagi dua Tentang luka yang pilu Tentang senyum penyembuh Dan Tentang rasa sesal yang tak akan pernah bisa mengembalikan waktu seperti sedia kala Aku tahu, menyesal tak akan pernah mengubah waktu. Namun biarlah r...