2.2

23 4 1
                                    

Keesokan harinya, terlihat Ha-Neul yang terbangun dari tidurnya berkat siraman air yang dilayangkan oleh beberapa pria di depannya. Ha-Neul yang dipaksa sadar, kini mulai melihat sekelilingnya, "gudang kosong?" pikirnya.

Prokk!
Prokk!
Prokk!

Suara tepukan tangan, menggema di ruangan tersebut membuat Ha-Neul mencari dari mana asal suara itu tapi nihil, dia tidak menemukan siapapun disana kecuali dua penjaga yang menculiknya semalam.

"Wow! Lee Ha-Neul, hahaha!"

Gema suara itu pun datang membuat Ha-Neul terkejut, mengapa dia bisa mengetahui namanya dan mengapa dia sangat familiar dengan suara tersebut.

"Lepasin gue!! Lo mau apa sih dari gue, hah!" teriak Ha-Neul berharap jika pria itu mendengarnya.

"Wow! Wow! Santai sayang, aku tidak menginginkan apapun darimu. Tapi, temanku lah yang menginginkanmu." ucapnya kembali bergema di telinga Ha-Neul.

"Temen? Lo siapa sih? Kalo emang lo bukan pengecut, tunjukin wajah lo sekarang!!"

Kekehan pria itu kini memenuhi ruangan Ha-Neul,

"Kau memang tidak sabaran sayang, biarkan temanku ini berbicara sebentar denganmu, oke?" ucap pria itu yang kini menyuruh anak buahnya untuk memberikan telpon yang sudah tersambung pada Ha-Neul.

Melihat itu, pria tersebut memutuskan sambungannya intercomenya pada Ha-Neul, dia tidak ingin mendengar pembicaraan Ha-Neul dengan temannya, karena itu sudah bukan lagi menjadi urusannya.

Tak lama berselang, temannya menelpon dirinya dan memaki pria itu. Mendengar makian tersebut, pria yang kini tengah melihat Ha-Neul dari balik kaca besar pun, langsung menyuruh anak buahnya untuk menghabisi gadis itu, dan membuang jasadnya ke sebuah danau.

***

Derap langkah, kini terdengar di sebuah lorong yang mengarah pada sebuah ruang kerja, Kang-Dae dengan kesalnya mendobrak dan melontarkan beberapa peluru tepat di depan Ryan, yang tak lain adalah Jang-Su, tangan kanan dari Lee Han-Wol sang Collin.

Para pengawal yang sudah bersiap kini menodongkan senjatanya pada Kang-Dae. Cyan yang melihat suatu kebencian di mata Kang-Dae, kini menyuruh para pengawalnya untuk meninggalkan mereka berdua.

Bugh!!
Bugh!!

Pukulan demi pukulan pun, di terima oleh Cyan yang tidak tahu-menahu tentang apa sebabnya, hingga Kang-Dae melakukan itu padanya.

"Aku sudah peringatkan padamu, untuk tidak menyentuh keluargaku! Dan hal tersebut juga tertera dalam jaminan yang diberikan oleh Collin, tentang keselamatan keluargaku!" amarah Kang-Dae sambil mencengkram kerah Cyan.

Cyan hanya mengerutkan dahinya sambil melepaskan cengkraman Kang-Dae dari kerahnya, dan kembali merapihkan pakaiannya.

"Saya tidak mengerti apa maksudmu." ucapnya tenang sambil duduk di meja kerjanya.

"Apa maksudmu, menyuruh kami untuk membunuh seorang wanita dan anak kecil?" kini Kang-Dae yang mulai mereda pun duduk di depannya.

"Saya tidak mendapat perintah dari Collin untuk membunuh belakangan ini,"

"Berhenti membual, dia mengirimkan pesan itu melalui Atlas dan kau juga sudah mengonfirmasinya."

"Apa maksudmu? Collin hanya akan menghubungi saya jika dia memberikan sebuah tugas."

"Sudah ku bilang berhenti membual, dasar bedebah gila!!" bentak Kang-Dae yang berhasil menancapkan belatinya di samping tangan Cyan.

Cyan yang merasa ini tidak beres pun kini berusaha menelpon Collin di depan Kang-Dae, Cyan yang mendapati perintah untuk mengeraskan panggilannya kini menurutinya.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang